BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia
menyebabkan peningkatan kebutuhan protein hewani. Salah satu protein hewani
yang saat ini banyak diminati oleh semua lapisan masyarakat adalah protein
hewani yang berasal dari unggas. Usaha peternakan unggas mempunyai prospek
pasar yang sangat baik karena didukung oleh karakteristik produknya yang dapat
diterima oleh masyarakat Indonesia karena harga relatif murah dengan kemudahan
akses untuk memperoleh karena sudah merupakan barang publik. Komoditas ini juga
berperan nyata dalam ketahanan pangan nasional melalui penyediaan protein
hewani, dimana saat ini memberikan kontribusi sebesar 60,73% yang diikuti
daging sapi sebesar 23,39% (Anonim 2006), dan penyedian lapangan kerja baik di
pedesaan maupun perkotaan.
Secara nasional industri perunggasan
merupakan pemicu utama pertumbuhan pembangunan di sub sektor peternakan (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian 2006). Usaha perunggasan di Indonesia sangat
beragam baik dari jenis komoditas yang diusahakan, maupun skala ekonomi
masing-masing usaha. Usaha peternakan unggas merupakan suatu industri yang
sudah terintegrasi secara vertikal mulai dari industri hulu sampai hilir. Pada
umumnya usaha ini dikelola dengan manajemen profesional dan menggunakan input
teknologi maju dan modern dengan tetap mempertimbangkan tingkat efisiensi usaha
yang layak. Namun, tidak demikian halnya dengan usaha peternakan unggas lokal
seperti ayam kampung, itik, burung puyuh dan lain sebagainya. Sampai dengan
akhir tahun 2005 nilai investasi sektor perunggasan mencapai Rp 38,5 trilyun
dengan omset sebesar Rp 41,5 trilyun (Anonim 2006).
Usaha peningkatan kebutuhan protein
hewani tersebut disisi lain tidak diikuti dengan tindakan perbaikan kondisi
kesejahteraan hewan. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya peternakan unggas
yang sengaja dibangun untuk memproduksi telur dan daging dengan jumlah banyak,
waktu yang singkat dan dengan harga pemeliharaan yang murah (Anonim 2009).
Kondisi
kesejahteraan hewan di dunia saat ini menjadi perhatian ilmuan yang ada
diberbagai negara (Anonim 2009). Hal ini dapat terlihat dengan perumusan lima
asas kebebasan hewan (five freedom) yang dirumuskan oleh The Royal
Society for Prevention of Cruelty to Animals (RSPCA). Indonesia merupakan
salah satu negara di dunia saat ini juga turut serta dalam mensosialisasikan
rumusan lima asas kebebasan hewan. Berbagai tantangan dihadapi pihak-pihak
terkait dalam penerapan asas kebebasan hewan di Indonesia khususnya pada sektor
perunggasan. Rendahnya tingkat sumber daya manusia, cepatnya laju pertambahan
penduduk dan kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap
masyarakat perunggasan menjadi permasalahan klasik yang harus segera
terpecahkan (Anonim 2009).
Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu
dilakukan pembahasan terkait mengenai “Kesejahteraan hewan yang baik dalam
peternakan unggas”.
I.2 Tujuan
·
Sebagai salah satu tugas
wajib mata kuliah Kesejahteraan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner.
·
Memberikan pengetahuan
kepada mahasiswa tentang kesejahteraan hewan yang baik pada peternakan unggas.
I.3 Manfaat
Manfaat makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
bagi mahasiswa mengenai konsep kesejahteraan hewan yang baik pada peternakan
unggas. Juga dapat menjadi referensi bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya
para peternak unggas agar dapat menerapkan kesejahteraan hewan di peternakan
unggas.
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Pengertian Kesejahteraan Hewan
(Animal Welfare)
Kata ‘sejahtera’ dalam kesejateraan
hewan (animal welfare) berarti kualitas hidup yang meliputi berbagai
elemen yang berbeda-beda seperti kesehatan, kebahagiaan dan panjang umur yang
untuk masing-masing orang mempunyai tingkatan yang berbeda dalam memberikannya
(Tannenbaum 2007).
Menurut laporan Brambell Committee, setiap
hewan direkomendasikan memiliki cukup kebebasan untuk dapat bergerak,
menyarankan bahwa setiap hewan harus memiliki kebebasan untuk bergerak yang
cukup tanpa adanya kesusahan untuk berbalik, berputar, merawat dirinya, bangun,
berbaring, meregangkan tubuh ataupun anggota badannya. Berbagai upaya telah
diusahakan untuk mendefinisikan istilah welfare (Albright 2007).
Definisi lain memberikan gambaran bahwa animal welfare adalah sebuah
perhatian untuk penderitaan hewan dan kepuasan hewan (Gregory 2005). Sedangkan
ilmu animal welfare adalah ilmu tentang penderitaan hewan dan kepuasan
hewan. Kesejahteraan memiliki banyak aspek yang berbeda dan tidak ada ungkapan
sederhana, permasalahannya sangat banyak dan beragam.
Animal welfare mengacu
pada kualitas hidup hewan, kondisi hewan dan parawatan/perlakuan terhadap hewan
(Dallas 2006). Menurut Undang Undang No. 6 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan definisi kesejahteraan
hewan ialah usaha manusia memelihara hewan, yang meliputi pemeliharaan lestari
hidupnya hewan dengan pemeliharaan dan perlindungan yang wajar.
Upaya yang dapat dipertimbangkan untuk mewujudkan
kesejahteraan hewan ada dua macam, yaitu mengusahakan hewan hidup sealami
mungkin atau membiarkan hewan hidup dengan perjalanan fungsi biologisnya. Setiap
hewan yang dipelihara manusia setidaknya diusahakan terbebas dari penderitaan
yang tidak perlu (Damron 2006). Menurut Dallas (2006) kesejahteraan hewan (animal
welfare) dapat diukur dengan indikator Lima Kebebasan (five freedoms),
yaitu :
A. Bebas dari Rasa Haus dan Lapar (Freedom from Hunger and Thirst)
Untuk mencegah hewan dari rasa lapar dan
haus, makanan yang layak, bergizi dan juga akses langsung terhadap air bersih
perlu disediakan. Dengan menyediakan tempat makanan dan minuman yang memadai
akan dapat mengurangi terjadinya penindasan dan kompetisi diantara mereka.
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan
pertama dalam hidup. Kebebasan dari rasa haus dan lapar ini ditempatkan di
urutan pertama karena ini sangat mendasar, primitif dan tidak dapat ditolerir.
Lapar adalah saat-saat hewan terstimulasi
untuk makan. Hewan memerlukan akses yang
mudah terhadap makanan dan minuman untuk menjaga kesehatan dan kebugaran (Le Magnen
2005).
B. Bebas dari Rasa Tidak Nyaman (Freedoms from Discomfort)
Ketidaknyamanan disebabkan oleh keadaan
lingkungan yang tidak sesuai pada hewan. Bebas dari rasa tidak nyaman dapat
diwujudkan dengan menyediakan tempat yang sesuai seperti penyediaan
kandang/tempat berlindung yang nyaman (ventilasi memadai, suhu dan kelembaban
yang cukup, adanya lantai, tempat tidur dan sebagainya). Hewan akan merasa
nyaman pada lingkungan yang tepat, termasuk perkandangan dan area beristirahat
yang nyaman.
C. Bebas dari Rasa Sakit, Luka dan Penyakit (Freedom from Pain,
Injury and Disease)
Secara sangat sederhana, sehat pada
hewan secara individu dapat didefinisikan negatif sebagai ‘tidak adanya symptom
penyakit’. Penyakit yang sering timbul di peternakan adalah penyakit
produksi. Penyakit ini adalah penyakit akibat kekeliruan manajemen ternak atau
akibat sistem yang diberlakukan di peternakan. Penyakit produksi meliputi
malnutrisi, trauma dan infeksi yang diderita hewan selama hewan dipelihara oleh
manusia. Kebebasan ini dapat diwujudkan dengan pencegahan diagnosa yang tepat
dan perawatan.
D. Bebas Mengekpresikan Perilaku Normal (Freedom to Express
Normal Behavior)
Hewan mempunyai kebiasaan atau perilaku
yang khas untuk masing-masing ternak. Dalam perawatan manusia, hewan mungkin
memiliki lebih sedikit kesempatan untuk mengekspresikan perilaku normalnya.
Pada kondisi ekstrim, hal yang mungkin terjadi justru hewan menunjukkan
perilaku menyimpang. Penyediaan ruang yang cukup, fasilitas yang benar dan
teman bagi hewan dari sejenisnya akan membantu hewan mendapat kebebasan
menunjukkan perilaku normalnya (Phillips 2006).
E. Bebas dari Rasa Takut dan Stres (Freedom from Fear or
Distress)
Menurut Moberg (2005) stress berpengaruh
terhadap kesejahteraan hewan tergantung besar kecilnya kerugian biologis akibat
stress tersebut. Stres tidak hanya merupakan keadaan saat hewan harus
beradaptasi melebihi kemampuannya, tetapi juga pada saat hewan mempunyai
respons yang lemah bahkan terhadap rangsangan ‘normal’ sehari-hari (Duncan dan
Fraser 2006).
Takut merupakan emosi primer yang
dimiliki hewan yang mengatur respon mereka terhadap lingkungan fisik dan
sosialnya. Rasa takut kini dianggap sebagai stresor yang merusak hewan (Jones
2006). Rasa takut yang berkepanjangan tentu akan berimbas buruk bagi
kesejahteraan hewan. Oleh karena itu, perilaku peternak sangat berperan dalam
membangun sikap hewan terhadap peternak. Cheeke (2005) menitikberatkan pada
tehnik manajemen hewan yang mengurangi atau menghilangkan stres sebagi komponen
penting dari animal welfare.
Kelima poin di atas merupakan daftar
kontrol status kesejahteraan hewan secara umum saja. Penjabaran kesejahteraan
hewan ke dalam lima aspek kebebasan tidaklah mutlak terpisah dan berdiri
sendiri-sendiri. Aspek yang satu mungkin berpengaruh pada aspek lainnya
sehingga sulit untuk dibedakan. Bahkan satu problem dapat merupakan cakupan
beberapa poin di atas. Susunan yang berurutan pun tidak mutlak mencerminkan
prioritas.
II.2. Animal Walfare pada Industri
Perunggasan
Praktek kesejahteraan hewan di bidang
industri perunggasan berkaitan dengan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam
konsep animal welfare. Ukuran lapar dan haus tergantung dari frekuensi
pemberikan makanan dan air segar pada unggas dan seberapa mudah akses terhadap
makanan dan minuman bagi setiap unggas di dalam kandang. Kepadatan unggas yang
tinggi tidak memberikan ruang gerak yang cukup untuk makan dan minum (Mudiarta
2007).
Kondisi sakit dan luka pada unggas
disebabkan oleh penanganan yang kasar dari penjual atau pembeli, kepadatan
unggas di kandang yang kecil, dan peralatan yang tidak sesuai yang berakibat
patah tulang atau luka selama perjalanan (Mudiarta 2007).
Pada masalah-masalah yang lainnya, rasa
sakit dari penyakit dapat kita lihat dari tanda-tanda klinis dan perubahan kebiasaan.
Menurut Santhia (2005), ciri-ciri fisik yang dapat dilihat pada unggas yang
tidak sehat adalah mata yang kurang bersinar (memudar), mukosa yang pucat dan
jenggar ayam yang biru. Perubahan terhadap kebiasaan mempengaruhi jumlah
aktifitas. Unggas yang tidak sehat biasanya terlihat lesu.
Unggas dapat tertular penyakit virus dan
bakteri, juga mudah terkena stres karena rendahnya standar kesehatan dan
kesejahteraan. Stres dapat menyebabkan berubahnya sistem kekebalan tubuh dan kadang
dapat meningkatkan kemungkinan untuk terserang penyakit (Siegel 2006). Kandang
atau keranjang yang dipenuhi dengan kotoran juga dapat menimbulkan bakteri.
Bebas untuk mengekspresikan tingkah laku normal
dapat diwujudkan dengan memberikan ruang yang cukup dan peningkatan kualitas
lingkungannya. Jumlah unggas yang padat menyebabkan ruang gerak mereka menjadi
terbatas untuk mengekspresikan tingkah laku normalnya (SCAHAW 2007). Di dalam
kandang atau keranjang yang kecil yang digunakan di pasar tradisional, unggas
tidak dapat mengekspresikan tingkah laku yang alami seperti mengepakkan
sayapnya, berpindah pindah, mandi debu dan lain sebagainya. Menurut SCAHAW
(2007), menyatakan bahwa jumlah unggas di dalam kandang tidak boleh melebihi 25
kg/m2.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan stress dan takut meliputi
mencampuradukkan unggas dari berbagai umur, jenis kelamin dan kelompok sosial
yang berbeda dimana kondisi tersebut dapat menyebabkan stres pada binatang dan
menimbulkan luka karena pertengkaran yang terjadi diantara mereka, tempat yang
bising yang dipenuhi oleh banyak orang yang dapat menimbulkan kebingungan bagi
unggas tersebut, penanganan yang keras, kendaraan yang tidak sesuai untuk
transportasi, kandang yang tidak layak tanpa adanya perlindungan dari panas
ataupun hujan, dan mengikat kaki unggas ketika membawanya dari pasar yang
sering menimbulkan penderitaan pada unggas.
II.3
Kondisi Penerapan Kesejahteraan Hewan Pada Perunggasan di Indonesia
Menurut Mudiarta (2007), permasalahan
yang berhubungan dengan kesejahteraan hewan di pasar tradisional yang ada di
Indonesia adalah (1) unggas yang dijual ditampung dengan kepadatan yang tinggi;
(2) penjual dan pembeli tidak menangani unggas layaknya mahluk hidup sebagai
ciptaan tuhan, tetapi lebih tepatnya seperti barang/benda mati; (3) unggas
ditempatkan di dalam kandang yang sempit; (4) kondisi pasar yang sangat ramai
menyebabkan unggas menjadi stres; (5) unggas-unggas tersebut ditangani secara
tidak manusiawi selama transportasi serta tidak disediakan pakan dan minum.
Kondisi tersebut di atas, umumnya dapat
kita lihat di pasar-pasar tradisional yang menjual hewan hidup. Penjual hanya
berpikir mengenai keuntungan dan pembeli hanya menginginkan kebutuhannya akan
daging terpenuhi. Setelah unggas dipotong selanjutnya hanya dalam beberapa
detik kemudian langsung dicemplungkan ke dalam air mendidih (broiler)
tanpa mengecek lebih dahulu apakah unggas tersebut sudah mati atau belum.
Permasalahan lainnya adalah penjual
unggas hidup tidak/ kurang memiliki pengetahuan dan kepedulian terhadap
kebersihan/ kesehatan lingkungan dan pencegahan terhadap penyakit-penyakit
infeksius. Hal tersebut terlihat dari berbagai kebiasaan penjual di pasar, di
antaranya: (1) masih banyak penjual unggas yang menjual unggas-unggasnya bersebelahan
dengan penjual makanan seperti; kue-kue, buah, sayur mayur dan makanan lainnya
(beberapa penjual unggas hidup dalam waktu bersamaan juga menjual daging); (2)
tidak adanya pembatas antara tempat penjualan unggas hidup, pemotongan dan
penjual daging; (3) kandang unggas yang kotor; (4) penjual melayani pembeli
ayam hidup dan pembeli daging tanpa mencuci tangannya terlebih dahulu; dan (5)
penjual tidak menggunakan masker (Mudiarta 2007).
II. 4 Faktor Kesrawan yang Perlu Diperhatikan dalam
Peternakan Unggas
Faktor kesrawan yang
perlu diperhatikan dalam peternakan unggas yaitu sebagai berikut:
1.
Tempat dan perkandangan;
Idealnya
tempat tiggal hewan ternak tersedia dua areal, terbuka dan tertutup. Areal
terbuka berfungsi sebagai tempat hewan melakukan aktifitasnya disiang hari.
Sedangkan areal tertutup berfungsi sebagai tempat beristirahat hewan di malam
hari. Sesuai dengan fungsinya, areal terbuka ini hendaknya tersedia cukup luas
sesuai dengan jenis dan jumlah individu serta perilaku hewan yang dipelihara.
Selain itu, luasnya areal ini juga dapat menolong hewan–hewan yang ingin
menyelamatkan diri apabila terjadi perkelahian.
Pada unggas kandang sangkar/battery, berbentuk kotak terbuat dari kawat
atau bambu. Ukuran untuk setiap sebuah kotak panjang 40 cm, lebar 30 cm, dan
tinggi 40 cm. Biasanya, dibuat rangkaian yang terdiri dari beberapa buah untuk
memudahkan pembuatannya. kandang sangkar biasanya digunakan untuk ayam petelur
(Suprijatna, et al. 2005).
Kandang Litter berupa bangunan utama kandang sebagai tempat pemeliharaan
ayam. Lantainya diberi lapisan penutup berupa sekam padi yang disebut litter.
Litter berfungsi sebagai absorber atau penyerap cairan kotoran supaya kandang
tidak basah atau lembab. Ketebalan litter berkisar 10-15 cm dapat menampung 5
ayam petelur dewasa (Suprijatna, et al. 2005).
a. Lokasi
Kandang
1. Jauh dari permukiman
Lokasi
yang dipilih harus jauh dari prmukiman dan merupakan perpaduan antara tempat
yang cocok untuk kehidupan ayam, harga tanah relative murah serta mudah
dijangkau alat transportasi dan komunikasi. Memelihara ayam sebaiknya
dilakukan pada ketingian 100-400 meter diatas permukaan laut. Kurang dari ketinggian
100 meter dari permukaan laut maka ayam mudah stress karena pengaruh panas.
Sementara ketinggian diatas 400 meter akan berpengaruh buruk karena curah
oksigen semakin rendah, sehingga ayam akan rentan terhadap penyakit pernafasan
maupun penyakit metabolisme lainnya. Kasus-kasus yang sering terjadi
didaerah dataran rendah adalah ayam mudah mengalami panting (ayam bernafas
dengan mulut) karena panas yang berlebihan, bobot telur lebih ringan, kanibal
dan tingkat kematian lebih tinggi. Kasus-kasus yang muncul di dataran tinggi
adalah ascites (perut kembung berisi cairan) dan penyakit pencernaan lainnya
akibat bakteri gram negative.
2. Sumber
Air Bersih
Syarat mutlak lainnya adalah tersedia sumber
air yang cukup dan air bersih. Jenis tanah yang dipilih adalah yang mudah
menyerap air seperti tanah berpasir. Menurut pengalaman, jika jenis tanah
kandang mudah menyerap air maka air yang tersedia relative lebih bersih dan
tidak tercemar kuman penyakit. Karenanya ayam tidak mudah terserang penyakit.
Tanah yang sulit menyerap air seperti tanah lempung/ tanah liat sebaiknya
dihindari untuk lokasi kandang. Melakukan usaha ternak ayam didataran tinggi
yang ideal dan sumber air diambil dari sumur bor yang relative bersih masih
beresiko jika tanahnya tidak mudah menyerap air. Kenyataan di lapangan
membuktikan ayam yang dipelihara sering terserang penyakit pernafasan. Seperti
CDR, Snot serta penyakit pencernaan seperti coli dan penyakit enteritis
lainnya. Akibatnya, peternak didaerah yang tipelogi tanahnya seperti itu
sering mengalami kasus dan jumlah kematian yam jauh lebih banyak dari pada ayam
yang dipelihara di lokasi yang ideal.
Gambar
1. Lokasi Perkandangan yang baik
3. Kelembapan
lokasi.
Kelmbapan
idela untuk ayam sekitar 50-70%. Kelembapan ini akan membantu perkembangan bulu
akan semakin baik. Lingkungan dengan kelembapan rendah akan menyebabkan
perkembangan dan bentuk bulu menjadi jelek. Sebaliknya kelembapan tinggi akan
menyebabkan masalah seperti kadar amoniak yang tinggi diikuti masalah gangguan
pernafasan.
b. Arah
Kandang, sedapat
mungkin bangunan kandang tunggal dibangun menghadap ke timur dan kandang ganda
membujur ke arah utara selatan. sehingga hal ini memungkinkan sinar matahari
pagi bisa masuk ke dalam ruangan atau lantai kandang secara leluasa (Sugeng,
2007).
a.
Ventilasi merupakan jalan keluar masuknya
udara dari dalam dan dari luar kandang. Pengaturan ventilasi yang sempurna akan
sangat berguna untuk mengeluarkan udara kotor dari kandang dan menggantikan
udara bersih dari luar (Sugeng, 2007).
b.
Atap merupakan pembatas (isolasi) bagian
atas dari kandang dan berfungsi untuk menghindarkan dari air hujan dan terik
matahari, menjaga kehangatan ternak di waktu malam, serta menahan panas yang
dihasilkan oleh tubuh hewan itu sendiri (Sugeng, 2007).
c.
Sudut kemiringan atap sekitrar 30° dengan bagian yang
miring meluncur ke bagian belakang. Bahan yang bisa dimanfaatkan sebagai atap
kandang antara lain: genteng, seng, asbes, daun kelapa, daun nipah, ataupun
dari bahan lain. Bahan genteng cukup baik karena tahan lama, udara luar bisa
masuk ke dalam kandang melalui celah-celahnya, dan tidak begitu banyak menyerap
panas (Sugeng, 2007).
d.
Dinding kandang berfungsi sebagai penahan angin
langsung atau angin kencang, penahan keluarnya udara panas dari dalam kandang
yang dihasilkan tubuh ternak, dan penahan percikan air dari atap masuk ke dalam
ruangan kandang. Ada berbagai macam bahan yang bisa bermanfaat untuk dinding,
antara lain: anyaman bambu, dari papan, tembok, dan sebagainya (Sugeng, 2007).
e.
Lantai Kandang, pembuatan lantai kandang harus
memenuhi syarat: rata, tidak licin, tidak mudah menjadi lembab, tahan injakan,
atau awet. Lantai yang rata, tidak kasar atau tajam akan menjamin kehidupan
ternak. Lantai yang kasar atau tajam sangat merugikan ternak sebab kulitnya bisa
lecet, yang akhirnya bisa mengundang berbagai kuman. Sebaliknya lantai juga
tidak boleh terlalu licin. jika terlalu licin bisa menyebabkan hewan mudah
tergelincir atau jatuh sehingga bisa mengakibatkan fraktur. Yang tidak kalah
penting pembuatan lantai juga diusahakan agar tetap mudah kering dan juga
lantai harus dibuat agak miring agar air pembersih ataupun air kencing hewan
mudah lepas (Sugeng, 2007).
f. Suhu kandang, Telah diketahui
suhu bahwa suhu lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan ayam. Pada saat anak
ayam masih memerlukan panas tambahan, maka seyogyanya ayam mendapat panas
tambahan yang merata. Untuk itu, indukan harus diberikan cukup.
Sebagai contoh anak ayam mendapat panas berlebihan, akan
dapat menurunkan nafsu makan yang berarti anak ayam kurang mendapat gizi yang
cukup. Suhu yang terlalu panas akan mengganggu proses metabolisme dalam tubuh.
Demikian pula jika anak ayam kurang nyaman, dapat mengganggu proses metabolisme
yang dapat menimbulkan abnormalitas.
Demikian pula jika salah letak posisi kandang, misalnya
sebagian kandang yang lain terlindung dengan sinar matahari, hal ini tentunya
menyebabkan perbedaan suhu dan kelembaban kurang. Hal ini menyebabkan ketidakseragaman
berat badan.
Hari
|
Suhu
° C
|
1
|
33
|
2
|
32
|
3
– 7
|
30
|
8
– 14
|
28
|
15
– 21
|
25
|
22
– 28
|
23
|
29
- 35
|
20
|
Tabel 1. Brooding System
Kondisi
brooding atau indukan mencakup 4 hal yaitu sebagai berikut:
1. Suhu terlalu panas
Jika suhu terlalu panas bisa menyebabkan Ayam diam, nafas terengah-engah,
kepala dan sayap terkulai Ayam menjauh dari
Brooder
2. Suhu Ideal
Suhu ideal akan memberikan efek
yang bagus pada ayam yaitu Ayam tersebar merata ditandai dengan suara yang
timbul menandakan kenyamanan.
3. Suhu terlalu dingin
Jika suhu terlalu dingin akan
kondisi ayam mengumpul ditengah brooder ditandai dengan ayam mengeluarkan suara
karena stress.
4. Hembusan Angin
Kondisi ini terjadi karena adanya
hembusan angin dan istribusi lampu yang tidak merata ditandai dengan ribut
karena berdesakan di chick guard.
g. Kepadatan
kandang
Kepadatan kandang dapat mempengaruhi keseragaman berat
badan. Kandang yang terlalu padat menyebabkan ayam tidak mendapatkan pakan dan
minum secara serentak. Selain itu, kandang yang terlalu dapat menimbulkan
kanibalisme dan kebutuhan zat gizi tertentu meningkat. Ketidakseragaman ini
dapat menimbulkan prilaku dominasi pada sekelompok ayam. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa sampai dengan 14 ekor/m2, masih cukup baik. Jadi,
untuk 1000 ekor broiler memerlukan kandang dengan ukuran 6 x 12 meter.
h. Pencahayaan
Pencayahaan secara alami memegang peranan penting terhadap keseragaman.
Intensitas dan panjang matahari bervariasi dari hari ke hari karena musim,
posisi matahari dan lekukan bumi. Panjang hari secara normal berkisar antara
15-30 menit sebelum matahari terbit sampai dengan 15-30 menit setelah matahari
tenggelam.selama periode 15030 menit senjakala ini panjang gelombang 400-700
milimikron.
Beberapa ayam akan mencari cara untuk mendapatkan tempat
pakan dan makan ketika intensitas cahaya kurang dari 0,25 ft/candle (atau
kurang dari 400 milimikron). Juga kondisi berawan, debu, air dalam udara dan
faktor lain juga menurunkan panjang gelombang. Jadi jumlah stimulasi cahaya
terhadap glandula pituitari mungkin berbeda pada ayam yang berbeda dan kandang
yang berbeda.
Hal ini menyebabkan sebagian ayam mencapai dewasa kelamin
lebih awal. Untuk mengatasi masalah ini, intensitas cahaya dapat
disuplementasi secara buatan, jika cahaya yang tersedia secara alami menurun
selama periode ”reading”, sehingga semua kandang memperoleh stimulasi yang sama
untuk memperbaiki keseragaman.
c.
Pemeliharaan dan perawatan;
a.
Pakan dan pola makan
Pakan
hewan harus cukup jumlahnya dan berkualitas baik. Pakan hendaknya mengandung
nutrisi yang tinggi seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan
kandungan-kandungan lainnya (Akoso, dkk ; 2008). Pakan hewan dapat berupa serat
kasar dan konsentrat. Serat kasar terdiri atas sejumlah pakan yang berisi
nutrisi dengan konsentrasi yang rendah, seperti hay, silage, dan batang jagung
. konsentrat adalah bahan pakan dengan nutrisi tinggi dan termasuk tanaman
biji-bijian dan residu dari proses industri bijian dan bahan lain untuk konsumsi
orang (Akoso, dkk ; 2008).
Pakan yang dicampur secara tidak merata
dapat menyebabkan ketidakseragaman berat pasar ayam. Hal ini dikarenakan ayam
tidak menerima zat gizi yang merata. Dengan kata lain, mungkin terdapat ayam
yang menderita zat gizi yang berlebihan dan adapula yang kekurangan. Bentuk
butiran yang terlalu besar dengan bahan pakan lainnya, karena ayam cenderung
memilih butiran yang besar. Untuk menghindari hal ini, maka
pakan-pakan dibuat pelet. Dengan pelet ayam mau tidak mau akan memakan pakan
tersebut tanpa bisa memilih
b.
Kesehatan
Pemeriksaan berkala pada hewan juga
perlu dilakukan. Hal ini untuk mencegah terjadinya penularan dan penyebaran
penyakit serta terjadinya kerugian akibat hewan yang mati karena sakit. Hewan
tidak boleh menderita sakit terlalu lama karena luka atau penyakit. Hal yang
harus diperhatikan bahwa salah satu penyebab timbulnya penyakit pada hewan
ternak adalah kondisi lingkungan yang kotor. Kondisi kandang juga harus
diperhatikan sedemikian rupa agar tidak berpotensi melukai hewan, misalnya
adanya paku atau kawat yang tidak terpasang secara aman
Kelainan
metabolik seperti ascite, defisiensi dan kelebihan zat gizi, abnormalitas kaki
serta penyakit infeksi dapat menimbulkan ketidakseragaman. Sebagai contoh, ayam
yang mengalami kelainan kaki, menyebabkan ia sulit untuk mendapatkan makan dan
minum. Hal ini mengakibatkan sebagian ayam kekurangan zat gizi, sehingga
pertumbuhan terhambat. Secara umum ayam yang terkena penyakit atau kelainan
metabolisme turun nafsu makannya. Selain itu terjadi gangguan metabolisme yang
menyebabkan ketidakefisienan penggunaan pakan yang dapat menghambat
pertumbuhan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
untuk menjaga kesehatan yaitu sebagai berikut :
1.
Penyemprotan desinfektan
Penyemprotan
desinfektan bertujuan membasmi bibit penyakit yang masih tersisa di dalam
kandang, baik di lantai maupun udara kandang. Penyemprotan desinfektan yang
pertama sebaiknya dilakukan dengan optimal, dimana seluruh bagian kandang harus
basah atau terkena cairan desinfektan. Perlu diketahui, desinfektan hanya akan
bekerja jika kontak dengan bibit penyakit. Oleh karena itu, penyemprotan
desinfektan yang pertama kali sebaiknya menggunakan jetspray. Dengan demikian
cairan desinfektan dapat masuk ke pori-pori dinding atau lantai kandang.
2.
Vaksinasi
Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan ternak untuk
bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau
toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel
degeneratif.
Dengan adanya vaksin sangat membantu para peternak untuk meningkatkan
system kekebalan tubuh pada hewan ternaknya,sehingga ternak kuat terhadap
serangan penyakit, pemberian vaksin ibarat kita membuat benteng untuk menahan
serangan lawan sehingga kita memiliki kekuatan untuk menahan serangan tersebut.
Ada beberapa cara untuk melakukan vaksinasi salah satunya
dengan injeksi,tetes,dan cekok,semua cara tersebut baik untuk dilakukan tinggal
bagaimana kita melaksanakan..Adapun berapa perbedaan-perbedaan dari vaksin, hal
tersebut bisa kita lihat dari segi pemberian pada umur, metode pemberian dan
dosis yang diberikan.
3.
Cara
Pengangkutan Yang Benar
Sebelum unggas ditangkap, dinaikkan pada truk pengangkut dan
ditransportasikan ke RPU, pakan dan minum ditiadakan (dipuasakan) untuk
mengeluarkan isi pada usus dan tembolok. Pemuasaan ini bertujuan untuk
mengurangi kontaminasi feses selama proses produksi. Lamanya pemuasaan ini juga
mempengaruhi kontaminasi karkas dan yield, pembayaran, effisiensi prosessing
dan kualitas serta keamanan produk. Idealnya lama pemuasaan dilakukan hingga
saluran pencernaan menjadi kosong. Perlukaan selama penangkapan dan pemasukan
kedalam keranjang ayam
Hampir semua brolier ditangkap dan dimasukkan ke keranjang
ayam atau kontainer pengangkut dilakukan dengan tangan. Penangkap biasanya
berjumlah 7-10 orang yang kira-kira dapat menangkap 1000 unggas/jam. Penangkap
menagkap dengan satu tangan dengan jumlah unggas 5-7 unggas pada masing-masing
tangan karena metode penangkapan dan loading ini berhubungan dengan
permasalahan kesejahteraan hewan, kondisi pekerja yang butuh biaya tenaga kerja
tinggi, dan kerusakan karkas. Untuk itu diusahakan percobaan untuk membangun
metode penangkapan alternatif.
Ketidakrespekan dari penangkap ayam dalam metode penangkapan
broiler tidak hanya dapat menyebabkan takut/sterss, tapi dapat menghasilkan
perlukaan pada ayam. Perlukaan yang umum terjadi adalah memar dan dislokasio
atau patah tulang. Memar umumnya dihasilkan dari pukulan /tumbukan benda tumpul
pada kulit/otot.
Gambar 1. Pengangkutan Ayam Dengan
Menggunakan Keranjang
II.5 Konsep Peternakan Ayam yang Intensive
Sistem peternakan ayam intensive telah
berkembang untuk menyediakan kebutuhan protein hewani. Sebagian besar
peternakan ayam di Indonesia dipelihara secara intensive. Peternakan tersebut
sengaja dibangun untuk memproduksi telur dan daging dengan jumlah yang banyak,
waktu yang singkat dan dengan harga pemeliharaan yang murah.
1.
Ayam dapat mengepakkan
sayapnya dengan bebas, dibanding apabila mereka berada dalam kandang yang
sempit dan hanya bisa duduk dan berdiri saja.
Gambar
1. Ayam Mengepakan Sayap
2.
Disiang hari aktifitas
ayam sibuk mencari cacing dan serangga ditanah
disekitar kandangnya.
Gambar 2. Aktifitas Ayam
3.
Kebiasaan ayam disiang hari adalah mandi debu yang ternyata mempunyai
tujuan untuk mengurangi kadar minyak bulunya dan menghilangkan kutu ditubuhnya.
Gambar.3 Kebiasaan Ayam di Siang Hari
4.
Kekuatan perilaku alami
seekor induk adalah selalu meletakkan dan mengerami telurnya disarang
Gambar 4. Perilaku Alami Seekor Induk
5.
Saat malam tiba, ayam lebih suka bertengger di tempat yang
tinggi untuk beristiahat dan dengan tujuan mengamankan diri dari serangan musuh
( kucing atau anjing).
Gambar
5. Kondisi Ayam Pada Saat Malam
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Kesejahteraan
hewan (animal welfare) dapat diukur dengan indikator Lima Kebebasan (five
freedoms), yaitu: bebas dari rasa haus dan lapar
(freedom from hunger and thirst), bebas dari rasa tidak nyaman (freedoms
from discomfort), bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit (freedom from
pain, injury and disease), bebas mengekpresikan perilaku normal (freedom
to express normal behavior), bebas dari rasa takut dan stres (freedom
from fear or distress).
2. Faktor
kesrawan yang perlu diperhatikan dalam peternakan unggas yaitu tempat dan perkandangan,
pemeliharaan dan perawatan dan cara pengangkutan yang benar.
3. Peternakan
intensif sengaja di bangun untuk memproduksi telur dan daging dengan jumlah
yang banyak, waktu yang singkat dan dengan harga pemeliharaan yang murah. Untuk
memperoleh hasil yang maksimal, kesejahteraan hewan di peternakan adalah poin
yang penting untuk di perhatikan terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pakan dan
pengekspresian perilaku normal unggas. Karena kedua hal tersebut yang rentan di
abaikan pada peternakan ayam intensif.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2009. Peternakan, (Online). http://www.Peternakan.com/Tip/Ayam /topik 09.html,
diakses 3 Juni 2012.
Anonim. 2006. Usaha Peternakan, (Online). http://www. Usaha Peternakan
.com/Tip/Ayam /topik 09.html, diakses 3 Juni 2012.
Anonim. 2012. Media Peternakan. (Online) http://medpet.journal.ipb.ac.id/index
.php/mediapeternakan/article/download/3161/2104, diakses 3 Juni
2012.
Anonim. 2012. Sentral Ternak, (Online). http://sentralternak.com/ diakses 4 Juni 2012
Anonim. 2011. Laporan Peternakan, (Online). http://gallery4l
rozz.wordpress.com /2011/04/06/laporan-peternakan-pt-ciomas-bab-ii-dan-iii/,
diakses 4 Juni 2012
Anonim. 2012. Budidaya Ayam Pedaging, (Online). http://wongtaniku.
wordpress. com/2009/09/20/budidaya-ayam-pedaging-broiler/,
diakses 4 Juni 2012
Anonim. 2012. Animal Welfare,
(Online). http://animalnutrition-indonesia. blogspot.
com/2008/09/animal-welfare.html, diakses 4 Juni 2012
Anonim. 2012. Animal Welfare,
(Online). http://animalnutrition-indonesia. blogspot.
com/2008/09/animal-welfare.html, diakses 4 Juni 2012
Akosso,dkk. 2010. Pemeliharan ayam broiler secara intensive.Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Februari, 2010, Vol. XIII, No. 5
Dallas dan Darrom. 2012. Kesejahteraan Hewan di Indonesia, (Online). http://civas.
info/index. php?option= &view=article&id=71%3Amembumikan-animal-welfare-di-indonesia&catid=32%3Afokus&Itemid=47&limitstart=2.
diakses 31 Mei 2012
Santoso, Urip. 2012. Menciptakan
Broiler Berseragam, (Online). http://uripsantoso.
wordpress.com/2008/12/25/menciptakan-broiler-yang-seragam/, diakses 4 Juni
2012
Suhadji, Wahyu.
2012. Kesejahteraan Hewan Pada Unggas.
PPT. FKH UNHAS.
Sugeng. 2008. Animal Welfare pada Unggas, (Online). http://animalwelfareunggas-indonesia.
blogspot. com/2008/09/animal-welfare.html, diakses 4 Juni 2012
Tannenbaum. 2007. Animal Walfare, (Online). http://tannenbaum.blogspot.com
/2007/05/animal-walfare.html, diakses 1 Juni 2012
Yudi. 2012. Kesrawan, (Online). http://drhyudi.blogspot.com/2009/07/apa-itu-kesrawan.html
diakses 3 Juni 2012.
Winarso, Ajo. 2008. Kajian Kesejahteraan Hewan Ternak Dalam Ajaran Agama
Buddha, Hindu, Yahudi,Nasrani Dan Islam.
Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan-IPB.
[WSPA] World
Society for the Protection of Animals. Concepts in Animal Welfare. London:
WSPA, 2005.
Zonagroo. 2012. Kesejahteraan Hewan Animal Walfare, (Online). http://zonagroo.
blogspot.com/2011/05/kesejahteraan-hewan-animal-walfare.html,
diakses 4 Juni 2012