1. GANGGUAN
MAKRO DAN MIKRONUTRIEN PADA KUCING
a. Gangguan
Makronutrien Pada Kucing
1. Protein
Kandungan protein yang tinggi sangat baik untuk anak kucing yang masih
dalam masa pertumbuhan, tapi untuk kucing dewasa akan menyebabkan kegemukan,
maka perlu diperhatikan kandungan protien untuk kucing. Pada kasus dimana kucing kekurangan protein hewani, kucing akan
memdegradasi otot mereka sendiri, yang berakibat pada kelemahan dan berbagai
masalah kesehatan lainnya, termasuk cacat dan rendahnya kekebalan tubuh.
Asam Amino (Taurine)
Kekurangan taurine pada kucing dapat
menyebabkan hipertrofi kardiomiopati atau pembengkakan pada dinding jantung,
masalah pada otot, bahkan kebutaan. Defisiensi
taurine pada Felidae dapat menyebabkan degenerasi retina.
Selain itu, menunjukkan bahwa defisiensi taurine pada induk kucing bisa
menyebabkan gangguan reproduksi dan kelainan pertumbuhan pada anak yang
dikandungnya.
2. Karbohidrat
Malasimilasi kabohidrat dapat berkontribusi ke
patofisiologi dari jumlah perbedaan penyakit dikarenakan diare usus
kecil, termasuk insufiensi eksokrin pangkreas, dumping sindrom, sindrom short
bowel dan inflamasi. Konsekuensi dari malasilasi karbohidrat yaitu diare
osmotic, kehilangan air dan elektrolit
(terutama potassium) gangguan pencernaan dan kelebihan pertumbuhan bakteri dari
usus kecil.
3.Lemak (arachidonic
acid)
Arachidonic acid adalah asam lemak esensial yang
hanya ditemukan di lemak hewan. Makanan kucing harus mencakup asam arakidonat
karena membantu mengatur pertumbuhan kulit, bantu dalam pembekuan darah, dan
membantu mengoptimalkan sistem reproduksi dan pencernaan pada kucing.
3.
Serat
Kekurangan serat dapat
menyebabkan kucing mengalami sembelit.
b. Gangguan Mikronutrien Pada Kucing
1. Vitamin A dan D
Penyakit lain yang umum bisa terjadi adalah overdosis vitamin A dan D atau kalsium dan fosfor, baik vitamin secara langsung
atau berasal dari diet
yang mengandung produk yang tinggi di dalamnya (seperti hati mentah atau ikan minyak).
Kelebihan vitamin A menyebabkan kemandulan dan
kehilangan rambut. Kelebihan kalsium, fosfor, dan
vitamin D menyebabkan penyakit tulang metabolik dan penyakit ginjal. Kekurangan vitamin ini
menyebabkan otak mengalami kerusakan.
2. Vitamin B
Kekurangan asam arakidonat dapat menyebabkan
berkurangnya respon inflamasi akibat alergi.
3. Vitamin C (Niasin)
Jika makanan kucing tidak mengandung cukup niasin,
kucing mungkin mengalami kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, radang
gusi, atau diare.
4. Magnesium
Kandungan magnesium bisa membentuk kristal di saluran
pembuangan kucing dan bisa menyebabkan penyakit susah kencing (UTD) yang
berakibat kematian.
2. GANGGUAN
MAKRO DAN MIKRONUTRIEN PADA ANJING
a. Gangguan Makronutrien Pada Anjing
1. Protein
Akibat-akibat dari pada kekurangan protein hewani.
Ketika anjing kekurangan protein yang terbuat dari daging yang tentunya bagian
dari nutrisinya atau tidak adanya keseimbangan nutrients,kemungkinan akan berakibat :
dari nutrisinya atau tidak adanya keseimbangan nutrients,kemungkinan akan berakibat :
1.Penyakit kulit permanent(kronik) dan infeksi pada kuping
2.Sistem reproduksi tidak berjalan sebagaimana mestinya
seperti jantung, ginjal , paru-paru,kantung kencing dan lainnya:
- Ayan/epilepsi,beberapa jenis kangker
- Ekor anjing bergerak melebihi dari biasanya
- Agresif
- Ketakutan yang berlebihan
- Pigmentasi yang berlebihan
- Bulu rontok
- Kumis anjing pada bengkok
- Lambung perih,muntah atau diare
- Tidak ada napsu makan
- Bila sakit, proses penyembuhannya sangat lama
3. Karbohidrat
Makanan yang karbohidratnya tinggi membutuhkan waktu
yang lama dalam pencernaan bisa berakibat banyaknya gas dan kotorannya sangat
bau. Juga mengakibatkan tartar/plak pada gigi anjing, dan gusi menjadi perih
juga napas yang bau.
4. Lemak
Tidak cukup lemak daging mengakibatkan :
-
Kekurangan tenaga
-
Masalah pada jantung
- Kulit
kering
-
Kerusakan pada sel
Terlalu banyak lemak daging mengakibatkan :
-
Kegemukan
-
Terjangkit beberapa jenis kanker
b. Gangguan Mikronutrien Pada Anjing
1. Mineral
Kalsium (Ca)
Kekurangan kalsium dapat berakibat:
a. Anjing masa pertumbuhan:
- Gangguan pertumbuhan tulang
- Tulang panjang tumbuh bengkok (kaki bentuk X atau O)
- Penebalan
pada ujung tulang panjang cacat bentuk dan biasanya terlihat pada kaki depan dan tulang rusuk.
b. Pada anjing dewasa:
- Pelunakan tulang panjang sehingga mudah patah.
- Kelumpuhan pada kaki belakang.
- Dapat mengakibatkan kematian.
c. Pada anjing pada masa menyusui
- Gejala
dini adalah gemetat dan kejang-kejang, terengah-engah, cepat lelah, keluar air
liur dan mata melotot.
- Suhu badan naik/meninggi.
-
Kejadian yang berat akan anjing akan rebah dengan posisi badan dengan kaki terlihat kaku dan gemetar.
Phospor (P)
Kekurangan phosphor dapat berakibat:
a. Pada anak anjing:
- Gangguan pertumbuhan tulang atau yang dikenal dengan nama Rachitis.
- Pertumbuhan
tulang panjang abnormal yang ditandai dengan kaki bengkok, sendi tulang tidak
teratur, terdapat benjolan pada tulang rusuk.
- Persendian menjadi kaku dan otot-otot lemah.
- Dewasa seksual terlambat yang diikuti dengan kawin pertama yang
terlambat.
Gejala kekurangan phosphor sama dengan gejala pada
kekurangan kalsium. Biasanya apabila terjadi kekurangan kalsium maka akan
terjadi kekurangan phospor juga.
b. Pada anjing dewasa
- Tulang
keropos, lunak dan mudah patah atau dikenal dengan nama
osteomalacia/osteoporosis.
- Angka kesuburan terganggu/menurun, sering gagal bunting
bahkan pada kasus parah dapat menimbulkan kemandulan.
Kebiasaan yang sering aneh ditampakkan oleh anjing yang
kekurangan phospor adalah:
1. Sering makan rumput.
2. Menggigit-gigit dinding kandang.
3. Kadang-kadang makan tanah dan diikuti dengan
muntah-muntah.
Magnesium (Mg)
Kekurangan magnesium dapat berakibat:
- Pertumbuhan terganggu dan nafsu makan kurang
- Pertumbuhan tulang tidak sempurna, terdapat benjolan-benjolan
pada sendi.
- Kaki lemah, jalan tidak normal dan posisi kaki abnormal.
- Kaki belakang menelapak pada tanah sebatas sendi.
- Gangguan otot, gemetar, sempoyongan, kejang-kejang dan
mudah kaget.
Zat Besi (Fe)
Kekurangan zat besi ini dapat menyebabkan:
- Kurus, lemah, pucat, lesu dan anemia (kekurangan darah).
- Nafas agak cepat, nafsu makan menurun, pertumbuhan
terganggu (kerdil).
- Kaki dingin, mudah terserang penyakit, kadang-kadang
disertai mencret.
- Pada anjing bunting, anak yang dilahirkan kondisi lemah,
kulit anak anjing mengkerut atau lahir
dalam keadaan mati.
Mangan (Mn)
Kekurangan mangan dapat berakibat:
-
Pertumbuhan tulang terganggu dengan posisi kaki tidak normal, terutama kaki belakang
dengan posisi agak menyudut
-
Pada anjing dewasa terjadi gangguan ovulasi (pelepasan sel telur) sehingga terjadi
gangguan kesuburan
-
Kekurangan mangan yang hebat pada anjing jantan maupun betina dapat menyebabkan
kemandulan (steril)
-
Pada anjing yang bunting akan terjadi gangguan pertumbuhan embrionya, sering
melahirkan sebelum waktunya atau kebuntingan akan hilang sama sekali sebelum
sampai melahirkan (fetus diresorbsi kembali).
Zat Tembaga (Cu)
Kekurangan
zat tembaga dapat mengakibatkan:
-
Gangguan pertumbuhan tulang, tulang panjang akan menjadi lebih pendek (tidak
tumbuh normal, sering terjadi pertumbuhan tulang terhenti), bulu jelek.
-
Anjing dewasa terlihat lesu, pucat, lemah, mudah lelah, gemetar, pertumbuhan
bulu jelek, kusam, mudah rontok, anemia.
-
Induk bunting akan melahirkan anak yang lemah, kakinya lemas dan tidak kuat
berdiri normal.
-
Terjadi mencret.
Zinc (Zn)
Kekurangan
zat ini dapat mengakibatkan:
- Pertumbuhan
terganggu
- Kurus,
terjadi gangguan pada kulit, kemerah-merahan, gatal-gatal, kulit menebal, daerah sendi berkerak, bulu mudah
rontok dan luka sulit diobati.
Yodium (I)
Kekurangan
yodium dapat berakibat:
- Rendahnya
produksi hormon pada kelenjar gondok, kelenjar gondok membengkak.
- Gangguan reproduksi pada anjing dewasa.
- Gangguan pertumbuhan pada anjing muda/anakan.
- Anak anjing yang lahir dalam keadaan sudah
mati atau cacat.
3. GANGGUAN
MAKRO DAN MIKRONUTRIEN PADA DOMBA
a. Gangguan Makronutrien Pada Domba
1. Karbohidrat
Beberapa akibat malnutrisi karbohidrat pada domba yaitu :
–
Toleransi glukosa
–
Hipoglikemik/ kekurangan gula dalam darah
–
Diabetes Melitus
–
Galaktosemia (defisiensi enzim galaktose)
–
Intoleransi Laktose
–
Asidosis (asidosis pada pemamah biak (lebih sering sapi dibanding domba):
kelebihan karbohidrat)
2. Protein
Tanda-tanda kekurangan protein meliputi anoreksia,
penurunan rataan pertumbuhan, penurunan atau ketidakseimbangan N, penurunan
efisiensi penggunaan pakan, penurunan konsentrasi protein serum, anemia,
akumukasi lemak pada hati, edema, (pada beberapa kasus), penurunan bobot lahir,
penurunan produksi susu, dan penurunan sintesis enzim dan hormon tertentu.
a. Gangguan Mikronutrien Pada Domba
1. Vitamin
Vitamin A
Gangguan atau kurangnya fungsi pada mata ternak sapi
dan kambing, infeksi saluran pernapasan pada ternak, menurunnya daya tahan
tubuh ternak, kulit dan bulu ternak yang tidak sehat, dan lain-lain.
Vitamin D
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D adalah pertumbuhan gigi dan tulang yang tidak
maksimal pda ternak sehingga gigi dan tulang akan lebih mudah rusak.
Vitamin E
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin E adalah gangguan
pada system reproduksi, gangguan pada saraf dan otot.
2. Mineral
Sulfur
Defisiensi sulfur yaitu gangguan
pertumbuhan bulu wol pada domba.
Kalsium
Jika defisiensi calsium terjadi selama seminggu,
terjadi penurunan susu. Tingkat
kalsium pada ransum juga berperan penting untuk mencegah parturient
paresis (milk fever).
Phosfor
Defisiensi phosphor akan menghasilkan pertumbuhan yang
lambat, penurunan nafsu makan dan ketidakmampuan; sering terjadi pada rendahnya
phospor di dalam darah.
Natrium (Na)
Defisiensi Natrium
dalam ransum umumnya tidak pernah terjadi tapi dapat terjadi pada keadaan
abnormal, yakni penyakit addison yakni suatu penyakit dimana fungsi
adrenal dan aldosteron tidak ada. Apabila konsentrasi Na
rendah menimbulkan angiotensin dalam
darah ekskresi aldosteron dari korteks adrenal yang
selanjutnyameningkatkan resorpsi Na+oleh ginjal akibatnya
terjadi peningkatankehilalangan K melalui urin.
Kalium
Defisiensi Kalium menimbulkan Hipokalemia yang
menyebabkan diare, muntah, asiduria, penyakit cushing, yakni kelebihan steroid.
Kelebihan Kalium (Hiperkalemia) menyebabkan kerusakan jaringan (infark myokard)
ataupun kerusakan ginjal dan ulkus usus halus.
Tembaga
Penyakit defisiensi tembaga juga disebut enzootik ataksia, yang
ditemukan pada anak domba di Australia. Falling disease juga ditemukan di Australia, suatu
penyakit akibat defisiensi tembaga yang menahun karena ternak mengkonsumsi
hijauan pakan yang kadar tembaganya rendah.
Besi
Kekurangan besi dalam pakan akan mempengaruhi
pembentukan Hb. Sel darah merah muda (korpuskula) mengandung Hb yang diproduksi
dalam sumsum tulang untuk mengganti sel darah merah yang rusak. Dari sel darah
merah yang rusak ini besi dibebaskan dan digunakan lagi dalam pembentukan sel
darah merah muda.
Kobalt
Defisiensi kobalt sehingga nafsu makan berkurang, bobot
badan menurun, pika, anemia, dan akhirnya mati.
Iodine
Indikasi kekurangan iodine pada kelenjar tiroid menjadi
besar, kondisi ini disebut gondok. Hasil observasi sebagian besar frekuensinya
terjadi pada hewan yang baru lahir khususnya menyebabkan kematian pada anak
domba.
Seng
Defisiensi seng dapat mengganggu penghancuran mikroba (ingestion)
dan fagositosis, juga menghambat penyembuhan luka. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya kejadian infestasi parasit cacing nematoda.
Magnesium
Pada domba masa pertumbuhan membutuhkan pottasium 0,5 %
dalam ransumnya. Beberapa akibat defisiensi dapat menyebabkan kurus dan miskin
muscular tone.
4. GANGGUAN
MAKRO DAN MIKRONUTRIEN PADA UNGGAS
Kasus defisiensi nutrisi umumnya lebih beresiko terjadi pada layer dibandingkan
pada broiler karena masa pemeliharaan layer yang lebih panjang dan sifat dari layer itu sendiri yang sangat peka terhadap
kualitas serta kuantitas ransumnya. Nutrisi makro dan mikro yang umumnya
terjadi defisiensi antara lain protein (asam amino), vitamin (A, B6,
B12, D dan E) dan mineral (terutama trace mineral atau mikro mineral).
a.
Makronutrien Pada Unggas
1.
Protein
dan Asam Amino
Dalam usaha peternakan komersial, pemenuhan kebutuhan akan protein
mengambil biaya terbesar dari total biaya ransum. Karena alasan inilah,
pembatasan protein dalam ransum secara sembarangan akan berakibat sangat fatal.
Kebutuhan protein harus mewakili kebutuhan semua asam amino esensial yang juga
dibutuhkan oleh ayam. Beberapa bahan baku ransum memiliki satu atau dua
kandungan asam amino yang rendah. Contohnya jagung dan dedak yang masih rendah
kandungan lysine-nya atau bungkil kedelai yang rendah asam amino methionine.
Jika kandungan protein dalam ransum tidak memenuhi kebutuhan protein ayam, maka
pertumbuhan ayam akan lambat. Gejala defisiensi asam amino juga tidak terlihat
spesifik, gejalanya hanya terlihat dari pertumbuhan lambat, konsumsi menurun
atau penurunan produksi telur dan ukuran telur.
2.
Karbohidrat
Ayam tidak akan tumbuh maksimal bila energi metabolisme dari karbohidrat
kurang dari 2400 kkal/kg pakan.
3.
Lemak
Efek Kekurangan Asam Lemak
Linoleat pada unggas :
·
Menurunnya integritas membran karena sebagian besar komponen
dari membran terbuat dari asam-asam
lemak.
·
Meningkatnya kebutuhan air minum.
·
Menurunnya ketahanan
tubuh terhadap serangan penyakit.
·
Menurunkan produksi sperma.
·
Menurunkan fertilitas.
·
Menurunkan perkembangan embrio dalam telur.
b.
Mikronutrien Pada Unggas
1.
Defisiensi
Mineral
Mineral yang seringkali defisiensi pada ayam antara lain mineral kalsium
(Ca), fosfor (P), mangan (Mn) dan zat besi (Fe). Defisiensi mineral pada ayam
dapat menimbulkan efek seperti pertumbuhan lambat, konsumsi ransum menurun,
osteoporosis, sikap dan cara berjalan yang abnormal, kerabang telur tipis dan
lembek, produksi telur menurun, pertumbuhan bulu kasar dan lain-lain.
Defisiensi baik kalsium maupun fosfor pada ayam periode starter dan grower menyebabkan pertumbuhan tulang abnormal
meskipun ransum mengandung vitamin D yang cukup. Fosfor selain berfungsi dalam pembentukan
kerangka tubuh (tulang), juga berfungsi menjaga keseimbangan asam basa,
pertumbuhan dan katalis untuk reaksi biologis dalam proses metabolisme. Untuk
ayam petelur, penggunaan grit (grit batu, tulang dan kerang) bagus untuk
mensuplai kalsium dan fosfor.
Mangan
(Mn)
Defisiensi mangan bisa terjadi pada anak ayam dan
merupakan faktor penyebab penyakit seperti perosis (bone deformities),
kerabang telur tipis dan daya tetas telur rendah.
Zat
Besi (Fe)
Zat besi dibutuhkan unggas untuk pembentukan hemoglobin
(sel darah merah). Defisiensi Fe pada ayam akan menimbulkan anemia, otot agak
pucat dan gangguan pigmentasi bulu. Fe merupakan komponen yang esensial dari
darah, yang merupakan inti dari hemoglobin. Disamping itu, Fe juga merupakan
salah satu komponen beberapa enzim, seperti enzim katalase, peroksidase,
fenilalanin hidroksilase, tirosinase, dan prolin hidroksilase.
Seng
Defisiensi seng sering ditemukan pada anak ayam, dengan
gejala pertumbuhan terganggu, tulang kaki memendek dan menebal, sendi kaki
membesar, penyerapan makanan menurun, nafsu makan hilang, dan dalam keadaan
parah menyebabkan kematian.
Sulfur
Defesiensi sulfur disebabkan karena defisiensi asam-asam
amino pada ternak unggas, defisiensi asam-asam amino yang mengandung sulfur
akan mengakibatkan produksi telur menurun dan telur-telur lebih kecil,
pertumbuhan terhambat dan retensi nitrogen menurun.
2.
Defisiensi
Vitamin
Sebanyak 13 macam vitamin yang dibutuhkan oleh ayam dikelompokkan dalam
vitamin larut lemak dan vitamin larut air. Vitamin larut lemak terdiri dari
vitamin A, D, E dan K, sedangkan vitamin larut air meliputi thiamin (B1),
riboflavin (B2), nicotiniamide (B3), asam pantotenat (B5),
piridoksin (B6), biotin (B7), asam folat (B9),
sianokobalamin (B12) dan choline. Semua vitamin tersebut sangat
penting bagi ayam dan harus tercukupi kebutuhannya agar ayam bisa tumbuh dan
berproduksi. Sebutir telur yang normal mengandung ketersediaan vitamin yang
cukup dan hal inilah yang menjadi alasan bahwa telur sangat baik sebagai sumber
vitamin bagi pangan manusia.
Vitamin
A
Vitamin A berperan dalam memelihara fungsi lapisan saluran pencernaan,
pernapasan dan saluran reproduksi serta menjaga perkembangan tulang secara
normal. Defisiensi vitamin A dapat menurunkan respon kekebalan antibodi
terhadap tantangan bibit penyakit. Vitamin A tergolong sebagai vitamin yang
tidak stabil. Ransum yang disimpan dalam waktu yang lama atau dalam kondisi
yang tidak baik, kemungkinan akan kehilangan vitamin A. Pada anak ayam,
defisiensi vitamin A menyebabkan pertumbuhan lambat, diikuti dengan ataxia (kehilangan
keseimbangan), ruffled
feathers (bulu berdiri) dan
peradangan di daerah sekitar mata.
Vitamin
B Kompleks
Vitamin B kompleks terlibat dalam banyak proses metabolisme energi dan
metabolisme nutrisi penting lainnya. Semua vitamin B larut dalam air dan tidak
disimpan dalam jaringan tubuh. Gejala defisiensi vitamin ini tergantung dari
jenis vitamin B apa yang mengalami defisiensi. Namun secara umum, gejala
defisiensi vitamin B ditandai dengan penurunan nafsu makan, ayam terlihat lesu
dan lemah, dermatitis (radang kulit) dan pertumbuhan
serta kondisi bulu tidak normal. Bahan pakan sumber vitamin B diantaranya
kacang-kacangan dan biji-bijian.
Vitamin
B1 (thiamin)
Thiamin dibutuhkan oleh unggas untuk metabolisme karbohidrat. Defisiensi
vitamin B1 ini
mengakibatkan polyneuritis yang
menimbulkan kelumpuhan dan berakhir dengan kematian ayam. Defisiensi vitamin
tersebut dapat saja terjadi pada bahan baku ransum yang berjamur dan berbau
apek (karena terjadi oksidasi kandungan lemak/minyak). Vitamin B1 mudah terurai pada suhu tinggi
dan pada keadaan alkalis. Sehingga makanan ayam yang mengandung garam-garam
alkalis akan cepat kehilangan vitamin B1 nya. Sumber dari vitamin B1 dapat diperoleh dari
kacang-kacangan, dedak dan bungkil kacang tanah.
Gejala yang terlihat akibat kekurangan vitamin ini antara lain anoreksia
(kehilangan nafsu makan), diikuti oleh penurunan berat badan, bulu berdiri,
kaki lemah dan langkah kaki tidak teratur. Ayam dewasa kerapkali menunjukkan
jengger yang berwarna biru. Jika defisiensi berlangsung lebih lanjut, maka akan
terlihat adanya paralisis pada otot yang diawali dengan menekuknya jari,
kemudian diikuti oleh paralisis otot ekstensor pada kaki, sayap, dan leher.
Ayam akan segera kehilangan kemampuan untuk berdiri atau hanya duduk tegak dan
jatuh ke lantai dan terbaring dengan kepala yang meregang. Ayam yang menderita
defisiensi vitamin B1 dapat
mengalami penurunan temperatur tubuh sampai 35,6°C.
Vitamin B2
Gejala defisiensi vitamin B2 diantaranya terjadi curly-toe paralysis,
pertumbuhan lambat dan penurunan jumlah produksi telur.
Vitamin
B3 (nicotinamide)
Banyak bahan pakan ayam rendah akan kandungan vitamin ini. Defisiensi
vitamin B3 ini bisa
menyebabkan pertumbuhan terhambat, tulang bengkok, pertumbuhan bulu tidak
teratur, peradangan pada lidah (mulut) dan lubang hidung.
Vitamin
B5 (asam pantotenat)
Asam pantotenat adalah komponen koenzim yang ada hubungannya dengan
reaksi metabolik karbohidrat, protein, lemak. Gejala defisiensi asam pantotenat
ditandai oleh lambatnya pertumbuhan bulu, ayam sangat kurus dan pada sudut
paruh terbentuk keropeng dan kerak. Pada ayam petelur, defisiensi asam
pantotenat menghasilkan telur dengan daya tetas rendah karena kadar vitamin ini
dalam telur sangat rendah dan kematian embrio banyak terjadi pada akhir masa
inkubasi.
Vitamin
B6 (piridoksin)
Vitamin B6 berperan
sebagai koenzim metabolisme asam amino dan dibutuhkan dalam kerja sistem
syaraf. Defisiensi vitamin B6 bisa
menimbulkan kelainan sistem syaraf bahkan sampai kematian.
Vitamin
B12 (sianokobalamin)
Defisiensi vitamin B12 dapat
menyebabkan ayam mengalami anemia, pertumbuhan lambat dan kematian embrio
telur.
Folic
Acid (asam folat)
Asam folat merupakan senyawa anti anemia. Defisiensi asam folat bisa
menyebabkan pertumbuhan lambat, anemia, bulu terlihat kusam dan penurunan
produksi telur.
Vitamin
D
Vitamin D berperan dalam pembentukan tulang serta terlibat dalam
metabolisme kalsium dan fosfor serta proses penyerapan kalsium dan fosfor oleh
usus halus. Vitamin D juga berfungsi mengatur mobilisasi penyimpanan kalsium
dan fosfor di ginjal dan tulang, sehingga kalsium dari tulang dapat langsung
digunakan ketika diperlukan oleh tubuh. Efek defisiensi pada ayam meliputi
tulang dan paruh ayam yang rapuh (soft), kerabang telur lembek,
pertumbuhan lambat dan penurunan produksi telur.
Vitamin
E
Vitamin E merupakan salah satu vitamin larut lemak dan jika bahan pakan
yang banyak mengandung vitamin E tidak disimpan dalam kondisi yang baik, maka
akan terjadi ketengikan dan mudah sekali rusak karena vitamin peka terhadap
panas. Vitamin E berperan dalam reproduksi dan kerja sitem syaraf serta
muscular (otot). Defisiensi vitamin E seringkali berkomplikasi dengan jenis
penyakit lain seperti penyakit avian
encephalomyelitis, exudative diathesis dan muscular dystrophy.
Ayam mengalami
defisiensi vitamin E
(Sumber : www.thepoultrysite.com)
(Sumber : www.thepoultrysite.com)
Vitamin E juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh ayam. Kerja vitamin
E sangat berhubungan dengan kerja mineral selenium (Se). Kerusakan vitamin E
dalam ransum bisa dihindari melalui manajemen penyimpanan ransum yang baik.
Vitamin
K
Vitamin K berperan dalam proses pembekuan darah. Contoh kasus defisiensi
vitamin K pada ayam ialah terjadinya perdarahan di otot daging dan lamanya
waktu penutupan luka ketika ayam mengalami luka/perdarahan.
5. GANGGUAN
MAKRO DAN MIKRONUTRIEN PADA SAPI
a. Gangguan Makronutrien Pada Sapi
1. Karbohidrat
Kekurangan asupan karbohidrat berefek besar bagi
gametogenesis, pertumbuhan, prematur, anemia berat, berbagai bentuk cacat,
menyebabkan penyakit metabolik dan mengganggu pertumbuhan ternak.
2.Protein
Data dari sapi potong sedang laktasi dan sapi dara yang
menerima ransum protein rendah dengan berbagai level energi selama periode
kebuntingan mempunyai tingkat kebuntingan yang lebih rendah dibanding kelompok
yang mendapat ransum protein tinggi. Hal yang sama terjadi pada kelompok sapi
yang sedang menyusui, tingkat kebuntingan sangat dipengaruhi oleh kecukupan
protein dalam ransumnya.
3.
Lemak
Semua ternak yang diuji dengan diberi makanan yang kurang
asam lemak
esensial
menunjukkan pertumbuhan yang menurun serta efisiensi konversi pakan yang
rendah.
a. Gangguan Mikronutrien Pada Sapi
1. Vitamin
Vitamin A
Defisiensi vitamin A pada ternak akan mengakibatkan
keratinisasi pada jaringan epithel, mengganggu sistem pernafasan, saluran
pencernaan, reproduksi dan saluran urine serta gangguan penglihatan. Disamping
itu akan mengakibatkan perkembangan tulang terhambat, kelahiran yang tidak
normal pada ternak. Rabun senja merupakan penyakit yang klasik akibat
kekurangan vitamin A. Dari hasil percobaan pada unggas, defisien vitamin A
mengakibatkan nafsu makan berkurang, rendahnya berat badan, rabun senja dan
suara sengau.
Vitamin D
Jika ternak kekurangan vitamin D akan mengganggu
pertumbuhan normal tulang, tulang menjadi lunak baik pergelangan tangan dan kaki,
dan kekurangan secara regular akan mengakibatkan rakhitis. Pada ternak rakhitis
terjadi pada anak yang baru lahir sebagai akibat defesien vitamin D pada saat
kebuntingan.
Vitamin E
Ternak yang defesien vitamin E akan menyebabkan
penyakit jaringan putih yang disebut Stiff
lamb disease. Disamping itu kekurangan vitamin E akan mengganggu
reproduksi.
Vitamin K
Vitamin K berfungsi untuk membantu proses penggumpalan
darah, biasanya dapat disintesis oleh rumen. Sehingga defesiensi vitamin K
tidak nampak pada ternak.
Vitamin B12
Kekurangan Vitamin B12 menyebabkan menurunnya nafsu
makan, kurus, lesu, anemia dan penurunan produksi.
6. Mineral
Kalsium
Pada
sapi dapat menurunkan penampilan reproduksi dan defesiensi calsium pada ternak muda akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan
dan perkembangan dan dapat mengakibatkan rapuh
tulang (rakhitis).
Khlorida
Sapi yang kekurangan khlorida akan kehilangan
nafsu makan, lethargic, anorexia, emasiasi, hypogalaktia,
konstipasi, gangguan kardiovaskuler serta dehidrasi air susu.
Phospor
Defisiensi phosphor akan menghasilkan pertumbuhan yang
lambat, penurunan nafsu makan dan ketidakmampuan; sering terjadi pada rendahnya
phospor di dalam darah.
Magnesium
Defisiensi magnesium antara lain merangsang kalsifikasi
jaringan lunak. Sebagai catatan biasanya dihubungkan dengan masalah menimbulkan
hypomagnesimia yaitu grass tetany, yang sering terjadi pada sapi yang sedang
merumput pada pasture yang subur atau pada winter sereal pada pasture yang kaya
N dan Pottasium.
Pottasium
Defisiensi pottasium akan menghasilkan penurunan
konsumsi ransum, pertumbuhan dan produksi susu. Beberapa akibat defisiensi
dapat menyebabkan kurus dan miskin muscular tone.
Sulfur
Defesiensi sulfur akan menunjukkan penyakit anorexia, penurunan berat badan,
penurunan produksi susu, pengeluaran saliva yang berlebihan, kekurusan, kurus,
lemah dan akhimya mati.Tanda-tanda tersebut berhubungan erat dengan menurunnya
fungsi rumen serta fungsi sistem peredaran darah.
Iron
Defesiensi iron jarang terjadi pada hewan yang
merumput, tetapi ini dapat terjadi pada ternak muda menyebabkan penyimpanan
iron tubuh sedikit pada saat lahir dan iron susu.
Iodine
Pada ternak sapi yang kekurangan iodin, produksi
tiroksin pada kelenjar tiroid menurun, yang dicirikan oleh pembesaran kelenjar
tiroidea yang disebut goiter endemis. Karena kelenjar tiroidea terdapat pada
leher maka pada hewan yang menderita defisiensi iodin akan terjadi pembengkakan
pada leher. Penyakit ini dapat mengganggu daya reproduksi akibat fungsi tiroid
menurun.Bila induk melahirkan anak maka anak yang dilahirkan tidak berbulu,
lemah, dan mati muda.
Zinc
Kekurangan
Zinc mengakibatkan sympton parakeratosis, kekakuan tulang sendi, pengeluaran
saliva berlebihan, pembengkakan pada tanduk, kelebihan pertumbuhan, pengecilan
testicles dan rendahnya libido. Penurunan konsumsi ransum dan kurangnya berat
badan juga terjadi akibat kekurangan zinc pada ransum.
Fluorine
Kekurangan Fluorine memperlihatkan gejala keracunan
yang secara luas dihasilkan dari polusi industri sedangkan kekurangan Se secara
klasik menyebabkan penyakit pada jaringan putih.
Seng
Defisiensi seng pada anak sapi ditandai dengan
peradangan pada hidung dan mulut, pembengkakan persendian, dan parakeratosis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. All About Dog Food. http: //anjing dan hamster .blogspot. com / 2012/04/all-about-dog-food.html. Diakses Pada Tanggal 15 April 2014
Anonim. 2014. Penyakit Menghadapi Dilema Defisiensi Nutrisi .http:// info. Medion.co.id/ index. php/ artikel /broiler
/penyakit/ menghadapi - dilema defisiensi -nutrisi. Diakses Pada Tanggal 15 April 2014
Anonim. 2012. Nutrisi Ternak. http:/ /hairulpelaihari. blogspot.com/ 2012/01 /nutrisi-ternak-bab-vii-mineral-dan.html. Diakses Pada Tanggal 15 April 2014.
Anonim. 2014. Anjing dan Kucing. http://www. anjingdankucing. com/ anjing/
index.php?option=com_zoo & task = item & item_id =155 & Itemid =417. Diakes Pada Tanggal 14 April 2014
Anonim.2014. Kebutuhan Nutrisi Anjing dan Kucing.http://matoa.org/kebutuhan-nutrisi-kucing-dan-anjing/. Diakses Pada Tanggal 14 April 2014
Anonim.
2013. Kebutuhan Protein Hewan Ternak dan
Akibat Defisiensi Kekurangan Asam Amino. http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013 /03/
kebutuhan-protein- hewan- ternak- dan-akibat-defisiensi-kekurangan-asam-amino.html#ixzz2yySNNeuM. Diakses Pada Tanggal 15 April 2013
Anonim. 2008 .Ilmu Nutrisi Unggas.http://task-list.blogspot.com/2008/03/ilmu-nutrisi-unggas.html. Diakses Pada Tanggal 15 April 2014
Anonim.
2010. Ekses dan Defesiensi Mikronutrien. http:// intannursiam. wordpress.com/2010 /06/ 06/ ekses-
dan- defisiensi- mikronutrien/.Diakses
Pada Tanggal 14 April 2014
Piliang
W.G. dan S. Djojosoebagio Al Haj. 2006. Fisiologi Nutrisi, Volume II.
Robiam.2012. Malnutrisi Karbohidrat .http://robiamzr. wordpress. com/ 2012/ 11/
29/malnutrisi-karbohidrat/.
Diakses Pada Tanggal 15 April 2014