RSS

Pemeriksaan Hematologi


Laporan Praktikum Patologi Klinik


PEMERIKSAAN HEMATOLOGI


Oleh :
KELOMPOK 7
Andi Nuny Woniarsih (O11110110)
Suharmita Darmin (O11110127)
Darma (O11110135)
Muh.Yogi Wildan P (O11110257)
Zulfikar Basrul (O11110263)
Muh. Ishak Ahmad (O1111269)
Pratiwi M. Riso Dengen (O11110279)


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah dan petunjuk bagi umat manusia, demikian juga Shalawat dan Salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik dan patut kita contoh dalam kehidupan kita sehari- hari karena limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penyusunan makalah Laporan Praktikum Klinik ini dapat diselesaikan meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh Dosen Mata Kuliah Patologi Klinik yang telah membagi pengetahuannya kepada kami. Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan, senior-senior dan teman-teman yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.
Kami menyadari bahwa Makalah (Laporan Praktikum) ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dalam penyusunan laporan berikutnya dapat lebih baik. Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Makassar, Desember 2013


Kelompok VII


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3
BAB III MATERI DAN METODE ............................................................ 23
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................. 24
a. Pemeriksaan Sampel Darah A 26
b. Pemeriksaan Sampel Darah B 27
BAB V PENUTUP 30
DAFTAR PUSTAKA 31














BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Darah dalam istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah. Dimana darah merupakan suatu cairan yang terdapat pada semua jenis makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi dimana darah tersebut berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, untuk mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Namun pada serangga, darahnya (atau lebih dikenal sebagai hemolimfe) tidak terlibat dalam peredaran oksigen. Oksigen pada serangga diedarkan melalui sistem trakea berupa saluran-saluran yang menyalurkan udara secara langsung ke jaringan tubuh. Darah serangga mengangkut zat ke jaringan tubuh dan menyingkirkan bahan sisa metabolisme. Sedangkan pada hewan lain, fungsi utama darah yaituuntuk mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang ke jaringan tubuh.
Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Pada sebagian hewan tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran kecil, oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa oksigennya terlarut secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif dan terdapat pada hewan-hewan bertulang belakang atau vertebrata. Hemosianin, yang berwarna biru, mengandung tembaga, dan digunakan oleh hewan crustaceae. Cumi-cumi menggunakan vanadium kromagen (berwarna hijau muda, biru, atau kuning oranye).
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang merupakan bagian terpenting dalam system transport. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu ada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai: pembawa oksigen(oksigen carrier), mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu plasma darah yang merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah, sedangkankan butir darah (blood corpuscles) terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit.
Perhitungan sel darah menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam pemeriksaan status kesehatan hewan. Oleh karena itu Cara-cara menghitung sel darah secara manual tetap menjadi upaya penting dalam laboratorium klinik, terutama pada tenpat yang masih belum mempunyai sarana laboratorium yang lengkap.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Agar mahasiswa dapat memahami teknik pembuatan sediaan apus darah tepi.
2. Agar mahasiswa dapat memahami teknik dantata cara dalam melakukan hitung jenis leukosit pada hapusan darah tepi.
3. Agar mahasiswa dapat memahami teknik dan tata cara dalam melakukan evaluasi darah tepi.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswadapat mengetahui jenis-jenis leukosit.
2. Agar dapat mengetahui morfologi dari eritrosit, leukosit dan trombosit.
3. Agar dapat mengetahui jumlah leukosit serta mengetahui jenis-jenis leukosit dan kelainan morfologi sel pada hapusan darah tepi.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Pengenalan Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo atau hemato yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang ke jaringan tubuh. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Pada sebagian hewan tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran kecil, oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa oksigennya terlarut secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif dan terdapat pada hewan-hewan bertulang belakang atau vertebrata. Hemosianin, yang berwarna biru, mengandung tembaga, dan digunakan oleh hewan crustaceae. Cumi-cumi menggunakan vanadium kromagen (berwarna hijau muda, biru, atau kuning oranye).
Darah merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam jantung dan pembuluh darah. Beberapa cairan tubuh yang lain adalah (1) Cairan jaringan, merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam ruang antar sel. (2) Cairan limf, merupakan cairan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh limf dan organ limfatikus. Organ limfatikus meliputi nodus limfatikus, tonsil, timus dan limfa (3) Sinovial, merupakan cairan tubuh yang terdapat diruang-ruang antara persendian. (4) Aqueous, merupakan cairan tubuh yang terdapat di dalam bola mata.(5) Oendolimf, merupakan cairan tubuh yang terdapat di telinga bagian dalam yang membatasi membran labirin. (6). Perilimf, merupakan cairan tubuh yang juga terdapat di telinga bagian dalam yaitu di dalam tulang labirin.
Darah mempunyai daya hantar yang relatif besar, jadi penyebaran panas dari jaringan-jaringan yang letaknya jauh di dalam tubuh dapat merata dengan cepat.
Pada kebanyakan hewan mamalia sel darah merahnya tidak mempunyai inti, bentuknya bulan dan bikonkaf. Sel darah merah pada kebanyakan verebrata yang lain berbentuk lonjong, berinti dan bikonfeks. Pada umumnya sel darah merah yang tak berinti mempunyai bentuk dan ukuran yang lebih kecil jika dibandingkan dengan sel darah merah yang berinti. Sel darah merah yang paling besar terdapat pada amphibia. Dari lahir sampai tua sel darah merah dibuat di sumsum tulang. Jumlah sumsum tulang pada tubuh manusia berkisar antara 1,5-3,5 kg. Ada dua macam sumsum tulang yaitu sumsum tulang kuning dan sumsum tulang merah. Sumsum tulang kuning mengandung beberapa subtansi, diantaranya adalah sel lemak, pembuluh darah (Anonim, 2010).
Sistem peredaran darah adalah sistem yang mempunyai sangkut paut dengan pergerakan darah di dalam pembuluh darah dan juga perpindahan dari suatu tempat ketempat lain. Darah terdiri dari benda benda korposkuler dan cairan yang di sebut plasma.Benda-benda korposkuler merupakan individu yang terpisah dan bergerak bebas dalam sistem vaskuler. Dalam darah terdapat 3 jenis benda korposkuler, yauitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit.
Terdapat berbagai cara untuk membuat suatu preparat. Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu bahan. Sediaan apusan merupakan pembuatan preparat dengan menggunkan bahan berupa zat cair. Fungsi pembuatan preparat apusan adalah untuk mengamati sel-sel dalam cairan tubuh, misalnya pada darah (Malariasite, 2008).
Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Darah manusia bewarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen (Vanderbilt, 2002).
Upaya untuk membantu dan mempermudah suatu pengamatan terhadap benda yang berukuran kecil/ mikro sangat banyak sekali. Banyak metode yang telah dikembangkan dan semakin lam metode tersebut semakin maju. Sehingga dari kemajuan metode tersebut diharapkan sesuatu yang didapatkan dapat lebih banyak lagi. Berikut ini merupakan beberapa macam dari preparat (Wienholds dan Kloosterman, 2002).
II.2 Fungsi Darah
Sistem peredaran darah mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Mengangkut zat makanan (nutrien) dari usus keseluruh jaringan tubuh.
2. Mengangkut zat ampas dari jaringan tubuh ke alat pembuangan.
3. Mengangkut O2 dari paru-paru atau insang keseluruh jaringan tubuh.
4. Mengangkut CO2 dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru atau insang.
5. Mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke tempat saluran.
6. Mendistribusiksan padssads dari sumbernya ke seluruh bagian tubuh
Adapun fungsi darah yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai alat transport :
- O2 dari paru-paru diangkut keseluruh tubuh
- CO2 diangkut dari seluruh tubuh ke paru-paru
- Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh jaringan yang membutuhkan
- zat sampah hasil metabolisme dari seluruh tubuh ke alat pengleluaran
- Mengedarkan hormon dari kelenjar endokrin (kelenjar buntu) ke bagian tubuh tertentu.
2. Mengatur keseimbangan asam dan basa
3. Sebagai pertahanan tubuh dari infeksi kuman
4. Untuk mengatur stabilitas suhu tubuh
Dalam peredarannya, darah mempunyai banyak tekanan agar mampu dipompakan keseluruh tubuh. Tekanan tersebut ditentukan oleh 3 faktor. Yaitu:
1. Jumlah darah yang ada di dalam peredaran yang dapat membesarkan pembuluh darah
2. Aktivitas memompa jantung, yaitu mendorong darah sepanjang pembuluh darah
3. Tahanan terhadap aliran darah.
Susunan Darah. serum darah atau plasma terdiri atas:
1. Air: 91,0
2. Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
3. Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan zat besi, dll).
Adapun susunan plasma darah (cairan darah) yaitu sebagai berikut:
a. Protein, meliputi :
- fibrinogen : untuk pembekuan darah
- albumin : menjaga tekanan osmotik darah
- globulin : membentuk zat kebal / zat antibodi
Berdasarkan kerjanya zat anti dibedakan :
- prepsipitin : kerjanya menggumpalkan darah
- lisin : memecah antigen
- antitoksin : menetralkan racun
b. Sari-sari makanan, meliputi :
- glukosa
- asam amino
- asam lemak
- gliserin
c. Garam mineral, meliputi :
- kation : Na+, K++, Ca++, Mg++
- anion : Cl-, HCO3-, PO4-
d. Zat hasil produksi sel, meliputi :
- hormon
- enzim
- antibodi
e. Zat hasil sisa metabolisme, meliputi :
- urea
- asam ureat
f. Gas-gas pelepasan, meliputi :
- O2
- CO2
- N2
II.3 Pembagian Sel Darah
II.3.1 Sel Darah Merah
Pada awal pembentukannya, eritrosit mamalia memiliki nuklei, tapi nuklei tersebut akan perlahan-lahan menghilang karena tekanan saat eritrosit menjadi dewasa untuk memberikan ruangan kepada hemoglobin. Eritrosit mamalia juga kehilangan organel sel lainnya seperti mitokondria. Maka, eritrosit tidak pernah memakai oksigen yang mereka antarkan, tetapi cenderung menghasilkan pembawa energi ATP lewat proses fermentasi yang diadakan dengan proses glikolisis pada glukosa yang diikuti pembuatan asam laktat.
Lebih lanjut lagi bahwa eritrosit tidak memiliki reseptor insulin dan pengambilan glukosa pada eritrosit tidak dikontrol oleh insulin. Karena tidak adanya nuklei dan organel lainnya, eritrosit dewasa tidak mengandung DNA dan tidak dapat mensintesa RNA, dan hal ini membuat eritrosit tidak bisa membelah atau memperbaiki diri mereka sendiri.
Eritrosit mamalia berbentuk kepingan bikonkaf yang diratakan dan diberikan tekanan di bagian tengahnya, dengan bentuk seperti “barbel” jika dilihat secara melintang. Bentuk ini (setelah nuklei dan organelnya dihilangkan) akan mengoptimisasi sel dalam proses pertukaran oksigen dengan jaringan tubuh di sekitarnya. Bentuk sel sangat fleksibel sehingga muat ketika masuk ke dalam pembuluh kapiler yang kecil. Eritrosit biasanya berbentuk bundar, kecuali pada eritrosit di keluarga Camelidae (unta), yang berbentuk oval.
Pada jaringan darah yang besar, eritrosit kadang-kadang muncul dalam tumpukan, tersusun bersampingan. Formasi ini biasa disebut roleaux formation, dan akan muncul lebih banyak ketika tingkat serum protein dinaikkan, seperti contoh ketika peradangan terjadi (Anonim,2013).
Limpa berperan sebagai waduk eritrosit, tapi hal ini dibatasi dalam tubuh manusia. Di beberapa hewan mamalia, seperti anjing dan kuda, limpa mengurangi eritrosit dalam jumlah besar, yang akan dibuang pada keadaan bertekanan, dimana proses ini akan menghasilkan kapasitas transpor oksigen yang tinggi.
Sel darah merah atau eritrosit adalah sel sel yang bergaris tengah 5,0 – 7,34 mikron yang berfungsi secara khusus dlam transportas oksigen. Bentuknya pada mamalia seperti cakram yang bikonkav yang teabal pada ujung magmalnya dan tipis di tengah, sehingga bentuk yang seperti itu memungkinkan terjadinya penelusuran oksigen dari membran sel.
Eritrosit dari hewan dewasa dibentuk didalam sumsum tulang belakang, sedangkan pada waktu masih janin dihasilkan oleh hati, limpa, dan nodus limpatikus. Sel darah merah dewasa pada mamalia tidak berinti, tapi sel darah merah muda (eritroblast) berinti. Pada bangsa aves bentuknya oval dan mempunyai inti baik yang muda maupun yang tua.
Darah juga mengandung faktor-faktor penting untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit juga berperan dalam sistem buffer seperti bikarbonat dalam air. Darah yang kekurangan kandungan oksigen akan berwarna kebiru-biruan yang disebut sianosis. Darah dengan jumlah haemoglobin berkurang jauh dari standar karena pembentukan yang kurang memadai disebut anemia. Anemia juga dapat disebabkan oleh penyakit kronis, akut, kecelakaan yang mengeluarkan banyak darah, terserang penyakit cacing tambang, kanker darah, kekurangan gizi dan lain-lain. Anemia juga disebabkan oleh defisieansi zat Fe, Cu, vitamin dan asam amino (Frandson, 1992).
Proses pergantian sel darah merah dari atau oleh sel darah baru terjadi setelah sirkulasi 3 sampai 4 bulan. Sel darah merah mengalami desintergrasi atau pemecahan sehingga melepas haemoglobin ke dalam sel dan sel darah pecah. Pembentukan sel darah merah pada orang dewasa pada sumsum tulang belakang dan pada bayi terjadi di hati, kelenjar thymus dan nodula lymphatica (Frandson,1992)
Sel darah mengalami hemolisis yang lebih cepat dibanding dengan pembentukan atau produksi sel darah yang baru. Proses penggantian sel darah merah dari atau oleh sel darah yang baru terjadi setelah sirkulasi 3 hingga 4 bulan. Sel darah merah mengalami pemecahan sehingga melepas haemoglobin kedalam sel darah merah dan pecah. Sel darah merah yang mengalami degradasi ini kemudian disendirikan dari sirkulasi yang dilakukan oleh sistem makrofag atau sistem reticuloendotelia. Sel-sel makrofag mencengkeram fragmen, fragmennya dicerna dan dilepaskan dalam darah. Globin dari haemoglobin mengalami degradasi kedalam tulang, disimpan sebagai sel-sel jaringan sebagai homosiderin (Frandson 1992).
Pengaruh haemoglobin didalam sel darah merah menyebabkan timbulnya warna merah pada darah karena mempunyai kemampuan untuk mengangkut oksigen. Haemoglobin adalah senyawa organik yang komplek dan terdiri dari empat pigmen forpirin merah (heme) yang masing-masing mengandung iron dan globin yang merupakan protein globural dan terdiri dari empat asam amino. Haemoglobin bergabung dengan oksigen didalam paru-paru yang kemudian terbentuk oksihaemoglobin yang selanjutnya melepaskan oksigen ke sel-sel jaringan didalam tubuh (Frandson, 1992).
Susunan dari sel darah merah adalah air (62%-72%) dan kira-kira sisanya berupa solid terkandung haemoglobin 95% dan sisanya berupa protein pada stroma dan membran sel, lipid, enzim, vitamin dan glukosa serta urin. Umur sel darah merah pada manusia berkisar antara 90 hingga 140 hari, rata-rata 120 hari dan pada hewan umurnya kira-kira 25 hingga 140 hari (Guyton, 1986).
Eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metalloprotein kompleks yang mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk buangan seperti CO2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir keseluruhan molekul CO2 tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa oksigen di jaringan otot.
Warna dari eritrosit berasal dari gugus heme yang terdapat pada hemoglobin. Sedangkan cairan plasma darah sendiri berwarna kuning kecoklatan, tetapi eritrosit akan berubah warna tergantung pada kondisi hemoglobin. Ketika terikat pada oksigen, eritrosit akan berwarna merah terang dan ketika oksigen dilepas maka warna erirosit akan berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru-biruan pada pembuluh darah dan kulit. Metode tekanan oksimetri mendapat keuntungan dari perubahan warna ini dengan mengukur kejenuhan oksigen pada darah arterial dengan memakai teknik kolorimetri (Anonim, 2012).
Pengurangan jumlah oksigen yang membawa protein di beberapa sel tertentu (daripada larut dalam cairan tubuh) adalah satu tahap penting dalam evolusi makhluk hidup bertulang belakang (vertebratae). Proses ini menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang memiliki viskositas rendah, dengan kadar oksigen yang tinggi, dan difusi oksigen yang lebih baik dari sel darah ke jaringan tubuh. Ukuran eritrosit berbeda-beda pada tiap spesies vertebrata. Lebar eritrosit kurang lebih 25% lebih besar daripada diameter pembuluh kapiler dan telah disimpulkan bahwa hal ini meningkatkan pertukaran oksigen dari eritrosit dan jaringan tubuh (Anonim, 2012).
Pada mamalia, eritrosit dewasa tidak memiliki nukleus di dalamnya (disebut anukleat), kecuali pada hewan vertebrata non mamalia tertentu seperti salamander dari genus Batrachoseps. Konsentransi asam askorbat di dalam sitoplasma eritrosit anukleat tidak berbeda dengan konsentrasi vitamin C yang terdapat di dalam plasma darah. Hal ini berbeda dengan sel darah yang dilengkapi inti sel atau sel jaringan, sehingga memiliki konsentrasi asam askorbat yang jauh lebih tinggi di dalam sitoplasmanya.
Rendahnya daya tampung eritrosit terhadap asam askorbat disebabkan karena sirnanya transporter SVCT2 ketika eritoblas mulai beranjak dewasa menjadi eritrosit. Meskipun demikian, eritrosit memiliki daya cerap yang tinggi terhadap DHA melalui transporter GLUT1 dan mereduksinya menjadi asam askorbat.
II.3. 2 Sel Darah Putih

Sel darah putih berdasarkan ada atau tidaknya granula dalam sitoplasmanya diklasifikasikan dalam granulosit dan agranulosit. Granolosit terdiri dari neutrofil (pada bangsa aves disebut heterofil), eosinofil, basofil, sedangkan agranulosit adalah limfosit dan monosit. Sel darah putih ini dapat bergerak secara bebas.
Antara neutrofil dan eosinofil sulit di bedakan karena keduanya mempunyai iinti granula dengan ukuran yanga hampir sama. Neutrofil memppunyai inti yang bresaegmen-segmen dan bisa sampai 5 lobus dan dicat dengan warna netral, sehingga warnanya tidak biru maupun merah. Fungsi neutrofil adalah untuk memfagosit bakteri.
Eosinofil mempunyai ukuran yang hampir sama dengan neutrofil dan mempunyai inti bersegmen 1-4 lobus serta sitoplasma tercat pucat bewarna biru bening dengan granula yang tercat merah. Fungsi dari eosinofil tidak di ketahui dengan pasti, tetapi pada hewan yang terinfestasi cacing dan adanya kerusakan jaringan yang menimbulkan alergi biasanya meningkat.
Basofil mempunyai granula yang lebih kecil dari neutrofil, berbentuk bulat dan sitoplasmanya bewarna bening dengan granula bersifat basofilik. Basofil mempunyai inti dengan jumlah lobus 1 – 4 lobi (Anonim,2013).
Limfosit mempunyai ukuran yang bervariasi dengan bentuk bulat serta teratur dan sitoplasmanya hampir tidak mempunyai granula, sedikit basofilik dengan inti di tengah. Sel ini mempunyai peranan dalam sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit.
Monosit mempunyai banyak kesamaan dengan limfosit, tetapi monosit mempunyai rata-rata ukuran yang lebih besar dan mempunyai sitoplasma yang lebih banyakdibandingkan dengan limfosit yang besar. Bentuk bulat, permukaan halus dengan sitoplasma tercat biru kebuan yang berisi vakuola yang seragam dengan inti bulat dan terletak eksentris. Fungsi dari monosit diketahui dengan pasti, tetapi umumnya berimigrasi ke jaringan yang mengalami keradangan untuk melakukan fagositosis bakteri dan debris debris sel.
II.3. 3 Trombosit
Keping darah, lempeng darah, trombosit (platelet) adalah sel anuclear nulliploid (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3 µm yang merupakan fragmentasi dari megakariosit.
Keping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel dalam proses pembekuan darah dengan membentuk darah beku. Rasio plasma keping darah normal berkisar antara 200.000-300.000 keping/mm³, nilai dibawah rentang tersebut dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan nilai di atas rentang yang sama dapat meningkatkan risiko trombosis. Trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar.
Trombosit berasal dari megakaryosit, yaitu sel raksasa yng terdapat di dalam sumsum tulang. Sel ini mempunyai bentuk diskus oval dalam aliran darah sedangkan dalam preparat bebentuk diskus sirkuler, seperti bintang atau tumpukan yang tidak teratur. Fungsi utama dari sel ini adalam membentuk jendalan darah manakala terjadi luka sehingga mencegah kehilangan darah lebih lanjut (Anonim, 2012).
II.3.4 Hemoglobin
Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, pada mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin juga pengusung karbon dioksida kembali menuju paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia. ada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin; globin sebagai istilah generik untuk protein globular. Ada beberapa protein mengandung heme, dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan paling banyak dipelajari.
Eritrosit pada hewan dewasa dibentuk di dalam sumsum tulang merah, sedangkan pada waktu masih janin juga di hasilkan oleh hati, limpa dan nodus limpatikus. Sel darah merah dewasa pada mamalia tidak berinti, tetapi sel darah merahmuda (eritroblast) berinti. Pada bangsa aves bentuknya oval dan mempunyai inti baik yang muda maupun yang tua.
Warna merah darah di sebabkan oleh adanya hemoglobin dalam eritrosit. Hemoglobin ini yang bertanggung jawab dalam pengangkutan oksigen. Hemoglobin merupakan protein terkonjugasi yang terdiri dari 2 komponen yakni hemo (Fe + protporphirin) dan globin (suatu protein). Hemoglobin berikatan dengan oksigen membentuk oksihemoglobin dengan proses yang disebut oksigenasi, apabila hemoglobin berikatan dengan CO2 (teroksidasi) terbentuklahmethemoglobin.
Biosintesa hemoglobin dimulai dalam eritroblast dan melanjut dalam tahap-tahap perkembangan sel darah merah selanjutnya. Julah Hb dalam darah dinyatakan dalam gr/100 cc darah. Kandungan normal pada beberapa hewan adalah sebagai berikut :
• Anjing 13,5 gr%
• Kambing 11,0 gr%
• Babi dan sapi 12,0 gr%
• Kuda 12,5 gr%
Nilai Hb tersebut bervariasi karena dalam keadaan normal kadar Hb darah sangat tergantung pada umur, seks dan lingkungan. Merendahkan kadar Hb merupakan suatu tanda adanya anemia yang disebabkan oleh adanya defisiensi nutrisi terutama Fe dan asam amino tertentu, ketidakmampuan sumsum tulang merah, perdarahan yang hebat/berat dan meningkatnya hemolisis.
Kebanyakan sel darah merah mengalamai disintegrasi atau destruksi setelah beberapa lama didalam sirkulasi dan kemudian dipagosit oleh sel –sel retikuloendothelial sistem (RES) yang terdapat di dalam hepar, lien, sumsum tulang dan nodus limpatikus. Pada proses destruksi sel darah merah ini di hasilkan oleh pigmen empedu yang dinakan bilirubin dan biliverdin. Apabila dalam aliran darah banyak mengandungkedua bentuk pigmen ini maka membrana mukosa mata dan mulut akan bewarna kuning keadaan ini disebut icterus atau jaundice.
II. 3 Gangguan Sistem Sirkulasi Darah
Gangguan pada sistem sirkulasi darah yaitu sebagai berikut:
1. Hemofili : darah sukar membeku akibat faktor keturunan (genetis)
2. Anemia : penyakit kurang darah, akibat kandungan Hb rendah, kurangnya eritrosit atau menurunnya volume darah dari normal. Anemia (an = tanpa, emia = darah) terjadi apabila jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin sangat menurun di bawah normalnya anemia secara garis besarnya dapat di klasifikasikan kedalam anemia yang berkaitan kehilangan atau peningkatan kerusakan sel darah merah dan anemia yang disebabkan oleh karena pembentukan sel darah merah kurang sempurna. Termasuk anemia bentuk pertama adalah anemia yang di akibatkan perdarahan yang akut akibat pecahnya arteria dan yang kronik antara lain karena menderita cacingan, sakit magh, perdarahan pada rahim (uterus). Disamping itu juga akibat peningkatan, kerusakan sel darah merh antara lain disebabkan keracunan Pb dan As, malaria, hepatitis termasuk anemia bentuk kedua adalah anemia yang desabkan karena nutrisi yang jelek ternasuk defisiensi Fe, Cu, protein, Vitamin B dan C.
3. Polistemia : kelebihan eritrosit akibat meningkatnya viskositas (kekentalan) darah
4. Leukimia : kanker darah, akibat bertambahnya leukosit yang tidak terkendali.
5. Leukopenia : menurunnya jumlah leukosit karena infeksi kuman tifus sehingga eritrosit dapat menurun hingga 3000 per mm3.
6. Thalasemia : rendahnya daya ikat eritrosit terhadap O2 karena kegagalan pembentukan haemoglobin (eritrosit pecah). Penyakit ini genetis
7. Sklerosis : pengerasan pembuluh nadi akibnat endapan senyawa lemak atau zat kapur. Aterosklerosis, bila endapannya lemak dan Arteriosklerosis, bila endapannya zat kapur
8. Trombus & embolus : penyakit jantung yang disebabkan oleh penggumpalan di dalam arteri koroner
9. Koronarialis : penyempitan arteri koroner pada jantung
10.Varises : pelebaran pembuluh vena dan umumnya di bentis, sedang yang di anus disebut ameien (hemoroit)
11. Hipertensi : tekanan darah tinggi.
12. Hipotensi : tekanan darah rendah
II.4 Gambar-gambar Kelainan Darah
Gambar-gambar kelainan darah yaitu sebagai berikut :
• Gambaran Makrositik




Gambaran makrositik berarti volume eritrosit lebih besar dari normal. Dapat ditemukan pada penyakit anemia megaloblastik karena kurang vit.B12 atau asam folat, anemia setelah perdarahan akut, atau anemia karena penyakit hati kronik. Dari data pemeriksaan darah ditemukan MCV > 94 fl.
• Gambaran Hipokrom




Gambaran sel darah merah yang hipokrom dapat ditemukan pada anemia kurang besi (defisiensi fe), sickle cells anemia, thalassemia, atau anemia karena penyakit kronis. Selain dari hapusan, dapat juga kita lihat dari hasil pemeriksaan darah MCH < 26 pg dan MCHC < < 32%.
• Gambaran Bintik Basofil





Gambaran bintik basofil dapat ditemukan pada anemia sideroblastik dan keracunan timbal.
II.5 Diferential Count (Hitung Jenis Leukosit)
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL.
Hitung jenis leukosit dilakukan pada counting area, mula-mula dengan pembesaran 100x kemudian dengan pembesaran 1000x dengan minyak imersi. Pada hitung jenis leukosit hapusan darah tepi yang akan digunakan perlu diperhatikan hapusan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu dengan yang lainnya, hapusan tidak boleh mengandung cat, dan eritrosit tidak boleh bergerombol (Ripani,2010).
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/μl).
Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%. Bila pada hitung jenis leukosit, diperoleh eritrosit berinti lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/µl perlu dikoreksi.
Ada tiga tipe granulosit yang diberi nama berdasarkan sifat reaksinya terhadap zat warna tertentu. Leukosit eosinofil butirnya bersifat asidofil (berwarna merah dengan eosin). Leukosit basofil butirnya bersifat basofil (ungu), dan leukosit neutrofil butirnya tidak bersifat asidofil maupun basofil. Afinitas terhadap zat warna dari butir leukosit neutrofil bervariasi antara hewan satu dengan yang lain. Karenanya sering disebut dengan istilah heterofil, sebagai pengganti neutrofil, yang menyatakan bahwa butirnya tidak bersifat eosinofil maupun basofil. Lazimnya untuk leukosit neutrofil dipakai istilah khusus, yakni leukosit polimorfonuklear (PMN atau polymorphonuclear).
Leukosit Neutrofil berdiameter 10 sampai 12 µm, memiliki butir halus dalam sitoplasma dan inti berglambir. Kromatin inti pekat dan mengelompok. Benang kromatin antarglambir jelas terdapat pada manusia dan ruminansia, kadang-kadang tampak pada anjing. Karena konstriksi inti tidak lengkap atau sempurna, maka sulit menentukan gelambir secara pasti pada leukosit neutrofil pada hewan, kecuali ruminansia. Di antara hewan peliharaan, jumlah gelambir pada leukosit neutrofil domba paling banyak. Leukosit tua memiliki gelambir lebih banyak atau jelas dari yang muda. Karenanya bila leukosit neutrofil memiliki inti berbentuk V, U, atau S tanpa konstriksi jelas, dianggap sebagai leukosit muda. Pada kasus penyakit bakteri, lazimnya jumlah leukosit neutrofil dalam darah meningkat dan tampak pula leukosit muda. Hal ini disebabkan sumsum tulang merah perlu melepas leukosit muda untuk melawan infeksi. Secara klinik, bila jumlah leukosit muda meningkat dalam aliran darah disebut “bergeser ke kiri” yang penting untuk ramalan penyakit. Sebaliknya, bila jumlah leukosit neutrofil abnormal dengan hipersegmentasi disebut “bergeser ke kanan” pertanda adanya infeksi kronik atau stress.
Pada hewan betina, leukosit memiliki apendiks jelas pada intinya yang disebut Barr. Kromatin kelamin ini kecil (1,5 µm) bertaut pada gelambir utama melalui benang kromatin dan merupakan ciri khas bagi hewan betina. Tetapi khusus pada sapi agak sulit ditentukan adanya badan Barr, karena kromatin yang pekat sering menutupinya. Badan Barr atau kromatin kelamin ini dipakai untuk menentukan jenis kelamin betina pada hewan yang mengalami kelainan kelenjar endoktrin (endoctrine dysfunction) atau anomali pada kromosom.
Sitoplasma leukosit beraspek kelabu pucat, mengandung butir halus berwarna ungu, dan besarnya tidak merata. Dari berbagai hewan peliharaan, anjing memiliki butir paling kecil, sehingga hampir tidak tampak, sedangkan pada kambing butirnya paling jelas dan mengambil warna cukup kuat.
Dengan mikroskop elektron, leukosit neutrofil kadang-kadang menunjukkan mitokondria jelas, sedikit poliribosom dan butir glikogen. Butir-butir spesifik relatif kecil dan menyebar. Pada perkembangan dini, butir-butir azurofil lebih awal terbentuk dan disebut butir primer. Pembentukan butir ini terhenti dengan munculnya butir skunder atau butir spesifik. Karenanya jumlah butir primer berkurang (50%) pada mitosis berikutnya, sehingga pada sel dewasa hanya tinggal kira-kira 10 sampai 20% butir sitoplasma. Sebaliknya butir spesifik menonjol, karena selalu terbentuk pada tiap mitosis. Butir spesifik mengandung lisozim suatu bakterisida, karena enzim ini akan menghidrolisis glikosida yang terdapat pada dinding bakteri. Komponen penting lain adalah butir spesifik laktoferin, suatu protein yang berikatan bakterisida terhadap bakteri yang memerlukan zat besi. Laktoferin dikenal sebagai penghambat produksi leukosit neutrofil, karenanya aktivitas khusus merupakan hasil putaran umpan balik dalam produksi leukosit neutrofil. Butir azurofil mengandung enzim hidrolitik, lisozim, dan mieloperoksidase yang menjadi bakterisida bila kompleks dengan H2O2 melepaskan oksigen aktif. Kedua macam butir bekerja sama dalam menghancurkan benda asing yang difagositosis.
Sebagai respons terhadap infeksi, leukosit neutrofil mampu keluar dari pembuluh darah menuju daerah infeksi untuk membunuh bakteri dan membersihkan pecahan jaringan. Pada saat yang sama, sumsum tulang merah dirangsang untuk melepas lebih banyak leukosit neutrofil dalam aliran darah, dan terjadilah leukositosis yang ditandai dengan peningkatan leukosit muda. Leukosit neutrofil dikenal sebagai lini pertahanan pertama (first line of defense). Jangka hidupnya dalam aliran darah kira-kira lima hari.
Jumlah Leukosit Eusinofil dalam aliran darah berkisar antara 2 sampai 8% dari jumlah leukosit, berdiameter 10 – 15 µm. Inti bergelambir dua, dikitari butir-butir asidofil yang cukup besar berukuran 0,5 sampai 1,0 µm dan jangka hidupnya 3 sampai 5 hari. Hubungan antar-dua gelambir sering tertutup oleh butir sekreta sehingga tidak jelas.



















BAB III
MATERI DAN METODE

III.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut :
• Gelas objek 2 buah
• Bak pewarna, pipet tetes
• Mikroskop (objektif;10x ; okuler;10x)
• Zat warna Giemsa
• Metil alkohol
• Minyak emersi, xylol
• Alkohol 70%, kapas, jarum tusuk
III.2. Prosedur
III.2.1 Teknik Membuat Sediaan Apus Darah
Adapun teknik membuat sediaan apus darah yaitu sebagai berikut :
• Dua buah gelas objek disiapkan dalam keadaan bersih
• Darah ditempatkan 2 cm dari ujung sebuah gelas objek (sebelah kanan)
• Bagian ujung lain dari gelas objek tersebut dipegang pada kedua sudutnya (sebelah kiri) dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri (atau diletakkan saja gelas objek di atas meja rata)
• Gelas objek lainnya dipegang dengan tangan kanan (pinggir-pinggir gelas objek dipegang dengan ibu jari dan keempat jari tangan kanan) dan bagian ujung depan gelas objek ini diletakkan pada gelas objek yang tadi (pertama), sehingga terbentuk sudut 30o di depan setetes darah tadi
• Gelas objek yang di tangan kanan digerakan ke belakang (sudut tetap 30o) sampai menyinggung tetesan darah tadi, sehingga darah tersebar sepanjang sudut antara kedua gelas objek
• Segera setelah darah tersebar, dengan hati-hati, tanpa gelas objek diangkat, dan sudut tetap 30o, gelas objek di tangan kanan didorong ke depan, maka terbentuk sediaan apus yang tipis
• Ketebalan sediaan apus ditentukan oleh besarnya sudut antara kedua gelas objek. Makin besar sudut, makin tebal sediaan apusnya
• Sediaan apus dikeringkan, kemudian diwarnai.
III.2.2 Teknik Mewarnai Sediaan Apus Darah
Adapun teknik mewarnai sediaan apus darah yaitu sebagai berikut:
• Sediaan apus darah yang sudah dikeringkan di udara, dimasukkan ke dalam metal alkohol (cairan fiksasi) selama 5 menit
• Diangkat, dikeringkan, kemudian dimasukkan ke dalam larutan zat warna Giemsa, dibiarkan selama 30 menit
• Preparat diangkat, dan dicuci kelebihan zat warna dengan menggunakan air keran yang mengalir
• Dikeringkan di udara atau menggunakan kertas isap (preparat diletakkan di antara dua lembar kertas isap dan perlahan-lahan ditekan-tekan).
III.3 Cara Memeriksa Sediaan Apus dan Identifikasi Macam Butir-Butir Darah
Adapun cara memeriksa sediaan apus dan identifikasi macam butir-butir darah yaitu sebagai berikut:
• Mikroskop disiapkan dengan obyektif 100x dan okuler 10x
• Seluruh permukaan preparat diperiksa
• Preparat yang baik akan menunjukkan warna kontras merah, biru keunguan, dan biru tua, misalnya:
- Eritrosit berwarna merah
- Inti leukosit berwarna ungu tua atau biru tua
- Granula di dalam sitoplasma granulosit ada yang berwarna merah, biru atau netral (antara merah dan biru)
- Trombosit berwarna kebiru-biruan
• Pengamatan butir-butir darah pada sediaan apus
• Preparat ditetesi dengan minyak emersi (obj : 100x ; ok : 10x)
Eritrosit
Bentuk : sama atau tidak
Besar : sama atau tidak
Warna : sama atau tidak
Retikulosit (kadang-kadang terlihat)
Trombosit
Leukosit ada dua yaitu:
1. Granulosit:
Eosinofil : granula merah, besar-besar
Basofil : granula biru tua, besar-besar
Neutrofil : granula netral, halus
- Bentuk muda : inti berbentuk batang
- Bentuk tua : inti berbentuk segmen
2. Agranulosit:
Limfosit : inti bulat, biru tua, sitoplasma sedikit, biru muda
Monosit : inti berlekuk, biru tua, sitoplasma banyak, biru muda
III. 4 Cara Menghitung % Jenis-Jenis BDP (Diferential Leucocyte Count)
Adapun cara menghitung % jenis-jenis BDP (Diferential Leucocyte Count) yaitu sebagai berikut:
• Setelah bentuk jenis-jenis BDP diamati
• Kemudian % masing-masing jenis pada preparat ulas darah tersebut dihitung
• Usahakan agar butir darah yang telah dihitung tidak terulang lagi
• Bila telah selesai bekerja, mikroskop dibersihkan dengan lap bersih dan halus sebelum dikembalikan lagi ke tempatnya, jika pada penggunaan mikroskop menggunakan minyak imersi, maka lensa objektif dibersihkan dengan menggunakan xylol.





BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh pada saat praktikum yaitu sebagai berikut:
1. Sampel A (darah pada hewan sakit)
Data yang diperoleh pada sampel A yaitu sebagai berikut:
• Jumlah leukosit yang ditemukan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
Jenis-Jenis Leukosit Jumlah
Monosit 1
Limfosit 14
Neutrofil 16
Eusinofil 2
Total 33
Tabel 1. Jumlah Leukosit Darah Pada Hewan Sakit
• Neutrofil mengalami kerusakan
• Ditemukan eritrosit yang tidak normal
• Diduga adanya thrombcytopenia
• Nuklear RBC jumlah yang didapat yaitu 3
2. Sampel B (darah pada kuda)
Data yang diperoleh pada sampel B dapat dilihat pada tabel 2 :
Jenis-Jenis Leukosit Jumlah
Monosit 1
Neutrofil 7
Limfosit 8
Total 16
Tabel 2. Jumlah Leukosit Darah pada Kuda
IV.2 Pembahasan
1. Sampel A (Darah Pada Hewan Sakit)
• Perhitungan Leukosit
Pada perhitungan leukosit pada sampel darah pada hewan sakit itu hanya diperoleh 33 jumlah leukosit yang terdiri dari 1 monosit, 14 Limfosit, 16 neutrofil dan 2 eusinofil. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa penghitungan differensiasi leukosit dilakukan dengan menghitung setiap jenis sel leukosit (Limfosit, monosit, netrofil band, netrofil adult, basofil, eosinofil, limfoblas, dan mieloblas) hingga mencapai jumlah sel 100 leukosit (M. Abd. Anshoril, 2011). Hal ini terjadi karena disebabkan oleh faktor pelaksanaan praktikum yang kurang efektif sehingga jumlah preparat yang dihitung hanya berjumlah 33 dan perhitungan leukosit ini tidak dapat diubah dalam bentuk persen (%) karena jumlahnya tidak mencapai 100.
• Neutrofil Mengalami Kerusakan
Pada praktikum ini ditemukan neutrofil yang mengalami kerusakan berarti ditemukan bakteri pada sel darah ini dan neutrofil ini menunjukkan adanya penyakit yang disebbakan oleh bakteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Junqueira dan Caneiro (2005) bahwa neutrofil dikenal sebagai garis pertahanan pertama (first line of defense). Neutrofil bersama dengan makrofag memiliki kemampuan fagositosis untuk menelan organisme patogen dan sel debris (Lee et al. 2003). Neutrofil merupakan sistem imun bawaan, dapat memfagositosis dan membunuh bakteri. Neutrofil akan mengejar organisme patogen dengan gerakan kemotaksis (Weineret al. 1999). Kemampuan neutrofil untuk membunuh bakteri berasal dari enzim yang terkandung dalam granul yangdapat menghancurkan bakteri maupun virus yang sedang difagosit.Granul neutrofil tersebut sering disebut dengan lisosom (Colville & Basster 2008). Penyakit yang disebabkan oleh agen bakteri, pada umumnya menyebabkan peningkatan jumlah neutrofil dan akan tampak neutrofil muda. Jumlah neutrofil di dalam darah dipengaruhi oleh tingkat granulopoiesis, laju aliran sel darah dari sumsum tulang, pertukaran antar sel di dalam sirkulasi dan depo marginal, masa hidup dalam sirkulasi dan laju aliran sirkulasi darah menuju jaringan (Jain, 2009).
• Eritrosit yang tidak normal
Setelah diamati dibawah mikroskop, didapatkan gambar eritrosit yang tidak normal dengan bentuk hanya bulatan saja. Menurut Fujaya (2004), bahwa eritrosit berdiameter 6,6-7,5 pM dan berbentuk seperti cakram. Jika eritrosit tidak berbentuk cakram maka itu dapat diindikasikan terkena penyakit atau proses saat pewarnaan dengan larutan giemsa yang kurang baik. Pemberian larutan giemsa pun tidak boleh terlalu banyak karena jika terlalu banyak akan memberikan kesulitan saat melihat tipe sel darah dibawah mikroskop, sehingga tidak dapat dibedakan sesuai dengan jenis darahnya.
• Ditemukan Adanya Trombhocytopenia
Pada preparat darah ditemukan adanya kekurangan trombosit berarti hewan ini mengalami kelainan darah yaitu Trombositopenia. Hal ini sesuai dengan Anonim (2010) mengatakan bahwa Trombositopenia berarti trombosit dalam sistem sirkulasi jumlahnya sedikit sekali. penderita trombosipenia cenderung mengalami perdarahan seperti halnya hempofilia, bedanya ialah perdarahannya biasanya berasal dari kapiler-kapiler kecil, bukan dari pembuluh yang lebih besar seperti pada hemofilia. sebagai akibatnya timbul bintik-bintik perdarahan di seluruh jaringan tubuh. Kulit penderita menampakan bercak-bercak kecil berwarna ungu.
2. Sampel B (Darah Pada Kuda)
Pada pengamatan sampel darah pada kuda hanya diperoleh perhitungan jumlah leukosit. perhitungan leukosit pada darah kuda sama halnya dengan pada sampel darah pada hewan sakit, itu hanya diperoleh 16 jumlah leukosit yang terdiri dari 1 monosit, 7 neutrofil dan 8 limfosit . Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa penghitungan differensiasi leukosit dilakukan dengan menghitung setiap jenis sel leukosit (Limfosit, monosit, netrofil band, netrofil adult, basofil, eosinofil, limfoblas, dan mieloblas) hingga mencapai jumlah sel 100 leukosit (M. Abd. Anshoril, 2011). Hal ini terjadi karena disebabkan oleh faktor pelaksanaan praktikum yang kurang efektif sehingga jumlah preparat yang dihitung hanya berjumlah 16 dan perhitungan leukosit ini tidak dapat diubah dalam bentuk persen (%) karena jumlahnya tidak mencapai 100.









































BAB V
PENUTUP


V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
• Pada sampel darah hewan yang sakit
Pada perhitungan leukosit pada sampel darah pada hewan sakit itu hanya diperoleh 33 jumlah leukosit yang terdiri dari 1 monosit, 14 Limfosit, 16 neutrofil dan 2 eusinofil. Neutrofilnya mengalami kerusakan berarti ditemukan bakteri pada sel darah ini dan neutrofil ini menunjukkan adanya penyakit yang disebbakan oleh bakteri sedangkan eritrosit tidak berbentuk cakram (abnormal) maka itu dapat diindikasikan terkena penyakit atau proses saat pewarnaan dengan larutan giemsa yang kurang baik dan pada preparat ini diduga memiliki kelainan Trombhocytopenia.
• Pada sampel darah kuda
Sampel darah pada kuda hanya diperoleh perhitungan jumlah leukosit. perhitungan leukosit pada darah kuda sama halnya dengan pada sampel darah pada hewan sakit, itu hanya diperoleh 16 jumlah leukosit yang terdiri dari 1 monosit, 7 neutrofil dan 8 limfosit
V.2 Saran
Praktikum ini belum berjalan dengan baik karena dalam pembuatan preparat ulas tidak terlalu bagus jadi hasil pemeriksaan mikroskop tidak jelas dan hasil yang ingin didapatkan tidak tercapai selain itu perhitungan leukosit tidak mencapai jumlah 100 disebabkan praktikum yang dilakukan kurang efektif.






DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2012. Laporan Praktikum Hematologi. http:// sovasilinzuensik. blogspot. com/2012/06/laporan-praktikum-hematologi.html. diakses pada tanggal 19 Desember 2013.

Anonim. 2012. Darah. http://taripanya.blogspot.com/2012/12/darah.html. diakses pada tanggal 19 Desember 2013.

Anonim. 2013. Hitung Leukosit. http:// sketsaistjourney .wordpress .com/ 2013/ 03/23/hitung-leukosit-2/. diakses pada tanggal 19 Desember 2013.

Anonim. 2010. Pembuatan Preparat Apusan Darah. http:// bangkoyoy. blogspot. com/2 010/ 10/ pembuatan -preparat-apusan-darah. html. diakses pada tanggal 19 Desember 2013.

Ayu. 2011. Laporan Praktikum Patologi Klinik. http://sismami-ayu.blogspot. com/2011/10/laporan-praktikum-patologi-klinik.html. diakses pada tanggal 19 Desember 2013.

Bijanti, Retno dan Utomo, Budi. 2010. Buku Ajar Patologi Klinik Veteriner. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP): Surabaya.

Ervina. 2013. Laporan Fisiologi Darah. http://willaervina9 .wordpress .com/2013 /05/15/laporan-fisiologi-darah/. diakses pada tanggal 19 Desember 2013.
Dharmawan, S. et all. 2000. Penuntun Praktikum Hematologi Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Denpasar.
Dharmawan, S. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner. Hematologi Klinik. Cetakan II. Penerbit Universitas Udayana Kampus bukit Jimbaran. Denpasar.
Windarti. 2012. Rupa Darah Secara Makroskopis. http://windarti-nofriyan. blogspot.com/2012/05/rupa-darah-secara-makroskopis-dan.html. diakses pada tanggal 19 Desember 2013.

Kusumawati, Diah. 2006.Perbandingan Jumlah leukosit dan Eritrosit Pada Kucing. Bagian Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Volume 22. No 2, Surabaya.

Wijayanti, Tri. 2008. Diagnosa Ultrasonografi Untuk Mendeteksi Kelainan Darah Kucing (Felis Catus) [Skripsi], Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor.

LAMPIRAN

 Gambar 1









 Gambar 2








 Gambar 3



















Copyright 2009 Assalamualaikum Penikmat BIRU..!!!. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy