A. Pengertian
Termoregulasi
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir.
Proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan
dinamis. Mekanisme Termoregulasi terjadi dengan mengatur keseimbangan antara
perolehan panas dengan pelepasan panas.
Termoregulasi manusia
berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau
penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf
eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu
yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya
Mekanisme pengaturan
suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling
berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor
pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada
jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam)
dari tubuh.Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung
dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang
mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung,
paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat,
diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah .
Sebagian panas hilang
melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi
berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim
sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan
countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan
panas tubuh. Mausia menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam
termoregulasi
Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar. Pada
suhu -2oC s.d suhu 50oC hewan dapat bertahan hidup atau
pada suhu yang lebih ekstrem namununtuk hidup secara normal hewan memilih
kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan
disukai agar proses fisiologis optimal.
Klasifikasi hewan berdasarkan perubahan temperature tubuh
hewan, jika ditempatkan pada temperature lingkungan yang berbeda dengan
temperatur tubuhnya yaitu pertama, golongan hewan homeotheme adalah hewan yang
temperatur tubuhya relative konstan pada berbagai variasi temperatur lingkungan
sedangkan yang kedua yaitu golongan poikilotheme yaitu hewan yang temperatur
tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.
Kedua defenisi ini
sekarang sudah kurang digunakan karena kedua istilah ini tidak menjelaskan
mekanisme pertukaran energy kalori. Para pakar fisiologi sekarang lebih suka
membedakan kelompok heewan dengan istilah ekstoterm dan endoterm.
Sebagian besar hewan memperlihatkan metabolisme sedikit
aktif (hewan-hewan bradymetabole, yang menghasilkan sedikit energy kalori) dan
suatu konduksi panas tinggi (isolasinya jelek terhadap pengaruh lingkungannya)
sehingga temperature tubuhnya bergantung sepenuhnya kepada panas yang berasal
dari lingkungannya. Kelompok hewan ini disebut Eksoterm. Contohnya yaitu
sebagian besar spesies hewan akuatik.
Pada kelompok spesies lainnya (hewan tachymetabole),
produksi panas oleh metabolisme (terutama oksidasi) adalah tinggi dan isolasi
panas cukup untuk temperature tubuh individu tergantung kepada produksi panas
yang dihasilkan tubuhnya sendiri. Kelompok hewan ini disebut Endoterm.
Contohnya yaitu sebagian besar burung dan mamalia.
B. Pengaruh Temperatur terhadap
Aktivitas Enzim
Sebagian besar enzim mempunyai suhu optimum yang sama dengan
suhu normal sel organisme tersebut. Suhu optimum enzim pada hewan poikilotermik
di daerah dingin biasanya lebih rendah daripada enzim pada hewan homeotermik.
Contohnya, suhu optimum enzim pada manusia adalah 37 derajat celcius, sedangkan
pada katak adalah 25o Celcius.
Kenaikan suhu di atas suhu optimum dapat mengakibatkan
peningkatan atau penurunan aktivitas enzim. Secara umum, tiap kenaikan suhu 10oC,
kecepatan reaksi menjadi dua kali lipat dalam batas suhu yang wajar. Hal
tersebut juga berlaku pada enzim. Panas yang ditimbulkan akibat kenaikan suhu
dapat mempercepat reaksi sehingga kecepatan molekul meningkat. Hasilnya adalah
frekuensi dan daya tumbukan molekuler juga meningkat.
Akibat kenaikan suhu dalam batas tidak wajar, terjadi
perubahan struktur enzim (denaturasi). Enzim yang terdenaturasi akan
kehilangan kemampuan katalisnya. Sebagian besar enzim mengalami
denaturasi yang tidak dapat balik pada suhu 55-65oC. Enzim
yang secara fisik telah rusak biasanya tidak dapat diperbaiki lagi. Hal
tersebut merupakan salah satu alasan bahwa enzim lebih aman dimakan pada
makanan yang sudah dimasak.Khususnya daging dan telur daripada makanan mentah.
Pengontrolan panas terhadap susu dan makanan dengan bahan
susu lainya secara dramatis mengurangi penyebaran penyakit seperti TBC. Pada
suhu kurang dari suhu optimum, aktivitas enzim mengalami penurunan. Enzim masih
beraktivitas pada suhu kurang dari 0oC dan aktivitasnya hampir
terhenti pada suhu 196oC.
C. Termogenesis
dan Termolisis
Keseluruhan proses-proses yang
membuat hewan mendapatkan energy panas terbentuk disebut termogenesis. Pada
hewan endotherm, termogenesis terutama bersifat kimiawi (metabolisme).
Termolisis adalah pengelompokkan proses-proses pengurangan panas dari dalam
tubuh (misalnya konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi). Hewan-hewan yang
memperlihatkan suatu termoregulasi yang baik (seperti unggas dan mamalia)
mempunyai mekanisme yang dapat menyesuaikan termogenesis dan termolisis pada
kondisi suatu lingkungan.
D. Suhu Tubuh Hewan
Suhu tubuh ideal yang paling disukai Suhu Ekritik berkisar
antara 35-40oC. Kisaran Toleransi Termal Kisaran suhu yang lebih
luas dan dapat diterima hewan. titik terendah dari kisaran toleransi termal
adalah suhu kritis minimum, dibawah suhu tersebut tidak cocok. Sedangkan titik
tertinggi dari kisaran toleransi termal adalah suhu kritis maksimum. Suhu tubuh
konstan sangat dibutuhkan karena perubahan suhu berpengaruh pada konformasi
protein dan ativitas enzim sehingga aktivitas enzim terganggu, maka Reaksi
dalam sel juga terganggu. Selain itu juga berpengaruh pada energi kinetik
molekul zat di mana partikel zat saling bertumbukan sehingga laju reaksi dalam
sel terganggu. Kenaikan suhu lingkungan mengakibatkan peningkatan laju reaksi
yang berpengaruh aktivitas metabolisme sel tubuh.
Proses biokimia yang berlangsung dalam tubuh binatang juga
akan dipengaruhi oleh temperatur dan karena itu berlangsung secara terbatas.
Laju kecepatan sebagian besar reaksi kimia akan berlipat ganda dengan setiap
peningkatan temperatur 10oC.
Sejumlah
besar senyawa biokimia, dan utamanya protein, menjadi labil karena panas.
Senyawa tersebut secara kimiawi berubah karena terdedah (terpapar) dengan
temperatur 40-41oC atau lebih. Perubahan tersebut pada giliran berikutnya akan
mempengaruhi peran senyawa tersebut dalam proses fisiologi yang berlangsung
dalam tubuh. Misalnya, peningkatan temperatur akan menyebabkan perubahan
kimiawi (denaturasi) protein yang merupakan enzim sehingga enzim tersebut
menjadi tidak aktif. Selanjutnya, reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim
tersebut tidak bisa berlangsung dengan sepatutnya.
Sebaliknya, karena terdedah dengan temperatur lingkungan
yang sangat dingin, pembentukan kristal es dalam jaringan secara umum dapat
merusak membrana sel dan hal ini pada giliran berikutnya dapat menyebabkan
kematian. Dengan demikian, walaupun binatang mampu tetap hidup pada kisaran
temperatur tubuh sampai 40oC, mereka akan memperoleh keuntungan kimiawi
bila dapat mempertahankan temperatur tubuhnya dekat dengan batas tertinggi dari
kisaran temperatur yang dapat ditolerirnya karena proses biokimianya
berlangsung dengan sempurna pada temperatur tersebut.
Temperatur dari sebagian besar badan air berada dalam
kisaran yang dapat diterima oleh makhluk hidup. Akan tetapi, temperatur udara
sangat berfluktuasi atau berada dalam kisaran yang sangat lebar. Karena itu,
upaya mempertahankan temperatur tubuh agar berada dalam kisaran normal (termoregulasi)
jauh lebih penting artinya pada organisme yang hidup di darat ketimbang
organisme air.
Binatang memperoleh panas melalui:
·
Aktivitas
metabolisme (produksi energi) yang berlangsung dalam tubuhnya.
·
Dengan
menyerap panas dari lingkungan. Bahkan, bila lingkungan sekitarnya (misalnya
udara sekitar) lebih dingin daripada jaringan atau tubuh binatang, makhluk
tersebut masih juga dapat menyerap energi radiasi matahari.
Interaksi panas hewan dengan lingkungan menguntungkan untuk
mengatur suhu tubuh meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan
memperoleh panas melaui :
1.
Konduksi
Perpindahan atau pergerakan panas antara dua benda yang
saling bersentuhan. Panas mengalir dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda
bersuhu lebih rendah. dipengaruhi oleh:
1. Luas permukaan benda yang saling
bersentuhan
2.
Perbedaan
suhu awal antara kedua benda tersebut
3. Konduktivitas panas (tingkat
kemudahan untuk mengalirkan panas yang dimiliki suatu benda) dari kedua benda
Mamalia
dan Aves:
1. Konduktivitasnya rendah
2. Penahan panas yang baik ialah rambut
dan bulu
3. Hanya akan melepaskan sejumlah kecil
panas dari tubuhnya ke benda lain yang bersentuhan dengannya
2.
Konveksi
Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat
alir (fluida) yang bergerak.
Proses
Konveksi:
1. Berlangsung sampai suhu tubuh
kembali ke suhu normal
2.
Perpindahan
panas bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di sekeliling tubuh
ditingkatkan
3. Terjadi dari lingkungan ke tubuh
hewan, misalnya pada saat udara panas bertiup di dekat hewan, lama-kelamaan
tubuh hewan akan menjadi lebih panas juga
3.
Radiasi
Perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling
bersentuhan misalnya pada proses perpindahan panas dari matahari ke tubuh
hewan.
Frekuensi
dan Intensitas Radiasi:
1. Tergantung pada suhu benda yang
mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi suhu benda yang mengeluarkan radiasi,
semakin tinggi pula intensitas radiasinya
2. tubuh hewan (kulit, rambut, dan
bulu) menyerap panas radiasi dengan baik
3. berjemur pada hewan (khususnya
poikiloterm) untuk menaikkan atau memperoleh panas tubuh
4.
Evaporasi
Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas.misalnya
pada mekanisme ekskresi kelenjar keringat.
Evaporasi:
1. Cara penting untuk melepaskan panas
tubuh
2. Hewan yang tidak memiliki kelenjar
keringat, jika tubuhnya panas, penguapan melalui saluran pernafasan dengan cara
terengah-engah (pada anjing diikuti dengan menjulurkan lidahnya)
3. Jika suhu tubuh meningkat, keringat
akan membasahi kulit, selanjutnya keringat akan menyerap kelebihan panas dari
tubuh dan mengubahnya menjadi uap, setelah keringat mengering, suhu tubuh pun
turun
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi
terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia
dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon
yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm
(misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok
dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan
panas di dalam sarangnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi
kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di
bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat
exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh.
Perilaku adalah hal yang penting dalam
hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan
pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah
tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun
telinga ke tubuh.
Manusia menggunakan pakaian adalah salah
satu perilaku unik dalam termoregulasi. Jenis-Jenis
Dan Macam-Macam Adaptasi pada termoregulasi berbagai hewan :
1.
.AdaptasiMorfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian
pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya
seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam
untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba
dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai
untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan.
2.
Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian
yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian
pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi
fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di
punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam
jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang
tebal untuk bertahan di daerah dingin.
3.
Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian
mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap lingkungannya seperti pada
binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di
lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.
E. Termoregulasi pada Hewan Ekstoterm
1.
Hewan ekstoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu
lingkungan sekitarnya.
· Perolehan panas tubuh tergantung
pada berbagai sumber panas di lingkungan luar
· Masalah yang dihadapi tidak sama,
tergantung pada jenis habitatnya
Hewan Ekstoterm Akuatik
Suhu lingkungan akuatik relatif stabil Hewan tidak mengalami
permasalahan suhu lingkungan yang rumit. Suhu tubuh stabil dan relatif sama
dengan suhu air. Ikan Tuna mempunyai laju reaksi metabolik yang tinggi.
Perbedaan suhu antara bagian tubuh otot lebih panas daripada bagian lainnya
yang digunakan untuk berenang. Heat Exchanger (penukar panas) bekerja dengan
prinsip counter current (arus bolak-balik)
Hewan Ekstoterm Terestrial
Suhu selalu berubah dengan variasi yang cukup besar.
perbedaan signifikan antara suhu udara siang dengan malam. hewan harus berusaha
mengatur suhu tubuhnya dengan cara mengatur perolehan dan pelepasan panas
melalui mekanisme termoregulasi. Hewan ekstoterm terestrial memperoleh panas
dengan cara menyerap radiasi matahari baik pada vertebrata maupun invertebrate
misalnya:
Mengubah
warna permukaan tubuh (ubah penyerapan melanin, contoh: belalang rumput dan
kumbang mengubah warna tubuhnya menjadi lebih gelap
Menghadapkan
tubuh ke arah matahari, contoh: belalang Locust tegak lurus ke arah matahari
Sedangakan
cara pelepasan panas:
- Mengubah orientasi tubuh
menjauhi sinar matahari
- Memanjat pohon
- Vasokonstriksi
- Vasodilatasi
Adaptasi
Hewan Ekstoterm terhadap Suhu Sangat Panas dan Sangat Dingin
Adaptasi
terhadap suhu sangat panas dilakukan dengan:
- Meningkatkan laju pendinginan
dengan penguapan:
- melalui
kulit, bagi hewan yang berkulit lembab (cacing dan katak) atau dengan
cara berkeringat (untuk hewan yang mempunyai kelenjar keringat)
- melalui
saluran pernafasan, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air (reptil
dan insekta)
- Mengubah mesin metaboliknya
agar bisa bekerja pada suhu tinggi (kadal dan reptil gurun)
Sedangkan
untuk adaptasi terhadap suhu sangat dingin dilakukan dengan:
- meningkatkan konsentrasi
osmotic, titik beku cairan tubuh dapat diturunkan hingga dibawah 0oC.
Zat terlarut: gula, seperti fruktosa atau derivatnya, dan gliserol
(bermanfaat untuk melindungi membran dan enzim dari denaturasi akibat suhu
yang sangat dingin. contoh: lalat dari Alaska, Rhabdophaga strobiloides,
yang dapat bertahan hingga suhu -60oC.
- menghambat pembentukan kristal
es di dalam sel untuk mencegah kerusakan membrane. Dilakukan dengan cara
menambahkan glikoprotein antibeku ke dalam cairan tubuh (misal: ikan es
dari antartika (Trematomus borchgrevink). Glikoprotein ialah molekul
polimer dari sejumlah monomer yang tersusun atas tripeptida, yang terikat
pada derivat galaktosamin (alanin-alanin-treonin- galaktosa derivat).
F.Termoregulasi pada Hewan Endoterm
Hewan Endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari
dalam tubuh sebagai hasil dari proses metabolisme sel tubuh. Suhu tubuh
dipertahankan agar tetap konstan, walaupun suhu lingkungannya selalu berubah
(contoh: burung dan mamalia) dengan cara menyeimbangkan perolehan dan pelepasan
panas.
Bila
suhu tubuh terlalu tinggi dilepaskan dengan cara:
- Vasodilatasi daerah perifer
tubuh
- Berkeringat dan terengah-engah
- Menurunkan laju metabolisme
(misal: menekan sekresi tiroksin)
- Respons perilaku (misal:
berendam di air)
Sebaliknya
bila suhu tubuh terlalu rendah:
a.
Vasokonstriksi
b.
Menegakkan rambut (merinding)
c.
Menggigil (shivering)
d.
Meningkatkan laju metabolisme (dengan meningkatkan sekresi tiroksin)
e.
Respons perilaku (menghangatkan diri)
Mekanisme
Produksi Panas pada Hewan Endoterm
Pertama,
meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka (kontraksi otot):
- Terjadi secara sadar dengan
cara menggerakkan anggota tubuh
- Tanpa sadar dengan cara
menggigil (gerakan yang tidak teratur dan tidak mempunyai tujuan
pergerakan tertentu, misalnya saat dingin)
Kedua,
- Memetabolisme jaringan lemak
cokelat:
·
jaringan
lemak coklet berbeda dengan jaringan lemak putih
- jaringan
lemak coklet dibungkus oleh selaput yang dipersarafi dengan baik oleh
sistem saraf simpatis
- jika
dirangsang, lemak akan dimetabolisme dalam mitokondria sel lemak, dan
panas akan dihasilkan
·
membutuhkan
banyak oksigen sehingga hewan harus meningkatkan pasokan oksigen
2. Meningkatkan sekresi hormon tiroid
(T3 dan T4), hormon yang dapat meningkatkan aktivitas metabolisme dalam sel
- Menyerap
radiasi panas matahari
- Menegakkan
rambut/bulu sehingga pelepasan panas secara konveksi dapat diperkecil
- Mengurangi
aliran darah ke organ perifer dengan vasokonstriksi (menyempitkan pembuluh
darah)
- Memberikan berbagai tanggapan
perilaku
G. Adaptasi Hewan Endoterm terhadap
Suhu Sangat Panas dan Sangat Dingin
· Adaptasi
terhadap Suhu Sangat Dingin
Pertama, masuk ke dalam kondisi heterotermi, yaitu
mempertahankan adanya perbedaan suhu di antara berbagai bagian tubuh. Contoh:
burung dan mamalia kutub yang mempunyai suhu pada pusat tubuh sebesar 38oC,
namun suhu kakinya hanya sekitar 3oC, secara fisiologis, kaki tetap berfungsi normal
(telah beradaptasi pada tingkat sel dan tingkat molekul)
Kedua,
Hibernasi atau torpor, yaitu penurunan suhu tubuh yang berkaitan dengan adanya
penurunan laju metabolisme, laju denyut jantung, laju respirasi, dan
sebagainya. Periode hibernasi, mulai dari beberapa jam hingga beberapa minggu,
bahkan beberapa bulan. Berakhirnya hibernasi dicapai dengan kebangkitan spontan
melalui peningkatan laju metabolisme dan suhu tubuh secara cepat, yang akan
segera mengembalikannya ke keadaan nomal
· Adaptasi
terhadap Suhu Sangat Panas
Pertama, meningkatkan pelepasan panas tubuh dengan
meningkatkan penguapan, baik melalui proses berkeringat ataupun
terengah-terengah.
Kedua, melakukan gular fluttering: yaitu menggerakkan daerah
kerongkongan secara cepat dan terus-menerus sehingga penguapan melalui saluran
pernafasan (dan mulut) dapat meningkat, akibatnya pelepasan panas tubuh juga
meningkat. Misalnya pada ayam yang sedang mengerami telur.
Ketiga, menggunakan strategi hipertermik, yaitu
mempertahankan atau menyimpan kelebihan panas metabolik di dalam tubuh sehingga
suhu tubuh meningkat sangat tinggi, contoh: unta dan rusa gurun.
Hipertermik
mengurangi pelepasan air dari tubuh, yang seharusnya digunakan untuk
mendinginkan tubuh melalui penguapan (untuk sementara). Hipertermik menimbulkan
masalah karena organ tertentu dalam tubuh (misalnya otak) kurang mampu
mentoleransi kenaikan suhu yang terlalu besar. Pendinginan dilakukan dengan
cara kerja mirip heat exchanger, lokasinya terletak pada rongga hidung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012.
Keseimbangan Panas pada Hewan. http://www. blogspot.com, diakses pada
tanggal 25 Februari 2012.
Anonim. 2012. Pengaturan Suhu Tubuh. http://bima.ipb.ac.id. diakses pada tanggal 25
Februari 2012.
Anonim. 2012.Pengaturan
Suhu Tubuh Hewan. http://Robertino Linux’s blog.com. diakses
pada tanggal 25 Februari 2010.
Anonim. 2012.
Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim. www.baltimore.ohlog.com, diakses pada tanggal 25
Februari 2012.
0 komentar:
Posting Komentar