RSS

Resume Vitamin & Mineral


BAB I
PENDAHULUAN

Istilah vitamin mula-mula diutarakan oleh seorang ahli kimia Polandia yang bernama Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam air itu suatu amina yang sangat vital, dan dari fakta tersebut lahirlah istilah vitamine dan kemudian menjadi vitamin. Vitamin dikenal sebagai kelompok seyawa organik yang tidak masuk dalam golongan protein, karbohirat, maupun lemak. Pada tahun 1912, Funk, seorang sarjana biokimia bangsa Polandia yang bekerja di London untuk pertama kali memperkenalkan istilah vitamin (amine yang vital) yang kemudian terkenal dengan nama vitamin (dari bahasa Latin, vital yang berarti hidup), untuk menandakan kelompok dari senyawa-senyawa organik tersebut
Vitamin merupakan komponen penting di dalam bahan pangan walaupun terdapat dalam jumlah sedikit, karena berfungsi untuk menjaga keberlangsungan hidup serta pertumbuhan.   
Vitamin diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat dalam jumlah yang cukup oleh tubuh, oleh karena itu harus diperoleh bahan pangan yang dikonsumsi. Kecuali vitamin D, yang dapat dibuat dalam kulit asal kulit mendapatkan sinar matahari yang cukup. Vitamin dapat dikelompokan dalam 2 golongan yaitu vitamin yang larut di dalam lemak yaitu  A, D, E, F dan K; Vitamin yang  larut dalam air yaitu vitamin C dan vitamin B kompleks. Vitamin yang larut dalam lemak sekali diserap tubuh akan disimpan dalam hati atau jaringan-jaringan lemak. Vitamin yang larut dalam lemak memerlukan pengangkut berupa protein untuk memindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka vitamin-vitamin tersebut tidak diekskresikan, akibatnya  vitamin ini  ditimbun  dalam  tubuh bila dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Mineral adalah suatu zat ( fasa ) padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal. Mineral dalam arti farmasi lain dengan pengertian di bidang geologi. Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-molekul dari berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan menjadikan mineral mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik.(Murwanto, Helmy, dkk. 1992)
BAB II
PEMBAHASAN

II. 1 VITAMIN
Vitamin adalah molekul organik yang di dalam tubuh mempunyai fungsi yang sangat bervariasi. Fungsi vitamin dalam metabolisme yang paling utama adalah sebagai kofaktor. Di dalam tubuh diperlukan dalam jumlah sedikit (micronutrient). Biasanya tidak disintesis di dalam tubuh, jika dapat disintesis jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan tubuh, sehingga harus diperoleh dari makanan atau diet.
Di bidang peternakan, dewasa ini sebagian vitamin dapat dihasilkan secara sintetik dan penggunaan penentuan secara kimiawi makin meningkat. Vitamin-vitamin sintetik tersebut sama efektifnya seperti dari sumber-sumber alam dan lebih disukai karena kualitas standarnya, garansi potensinya, dan stabilitasnya. Vitamin-vitamin sintetik memungkinkan formulasi ransum yang fleksibel, sesuai dengan kebutuhan setempat dan penggunaan ekonomisnya. Bentuk-bentuk stabilitas vitamin A, D, dan E dapat diperoleh di pasaran. Vitamin dapat diberikan terdiri dalam konsentrasi tinggi atau sebagai premiks yang berpotensi rendah dalam kombinasi dengan zat-zat makanan aktif lainnya, seperti zat-zat mineral, antibiotika dan lain-lain. Bila hanya tersedia sumber-sumber vitamin alami, maka perlu diperhatikan bahwa konsentrasi vitamin-vitamin tersebut dalam bahan makanan dapat bervariasi luas dengan musim, panenan dan kondisi penyimpanan. Nilai hayati vitamin dapat berkurang atau hilang akibat terdapatnya zat-zat antagonis dalam sumber-sumber vitamin alam tersebut. Vitamin A, D3, E, riboflavin, dan B12 perlu mendapat perhatian khusus. Akan tetapi jumlah kholin, asam nikotinat dan kadangkala asam pantothenat yang tidak mencukupi dapat dijumpai dalam berbagai ransum, terutama pada ransum-ransum yang tidak mengandung protein hewan.
Pada ternak, daun hijau leguminosa dan rumput diketahui merupakan sumber vitamin yang baik, terutama karoten. Pada manusia, vitamin yang alami bisa didapat dari sayur, buah dan produk hewani.
            Secara klasik, berdasarkan kelarutannya, vitamin digolongkan dalam dua kelompok, yaitu (1) vitamin yang larut dalam lemak dan (2) vitamin yang larut dalam air, karena yang pertama dapat diekstraksi dari bahan makanan dengan pelarut lemak dan yang terakhir dengan air. Beberapa vitamin larut lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, yang hanya mengandung unsur- unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Vitamin yang larut dalam air  terdiri atas asam askorbat (C) dan B-komplek (B1 sampai  B12), yang selain mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, juga mengandung nitrogen, sulfur atau kobalt
II. 1.1 Vitamin yang larut dalam Lemak
A.  Vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin yang larut lemak. Vitamin A (Acon, Aquasol) membantu menjaga pertumbuhan jaringan epitel, mata, rambut, dan tulang. Selain itu juga digunakan untuk pengobatan kelainan kulit seperti acne. Vitamin mempunyai efek toksik jika digunakan secara berlebihan. Contohnya, efek lahir dapat terjadi jika pasien mengkonsumsi lebih dari 6000 IU selama kehamilan. Hal ini penting untuk diingat bahwa vitamin disimpan di liver sampai lebih dari dua tahun, dimana dapat mengakibatkan toksisitas jika pasien mengkonsumsi dengan dosis yang besar (Kamiensky, Keogh 2006).
Vitamin A didapat dalam 2 bentuk yaitu preformed vitamin A (vitamin A, retinoid, retinol, dan derivatnya) dan provitamin A (karotenoid/ karoten dan senyawa sejenis) (Dewot 2007). Sumber makanan yang mengandung vitamin A antara lain semua jenis susu, mentega, telur, sayuran dengan daun berwarna hijau dan kuning, buah-buahan, dan liver. Menurut U.S Recommended Dietary Allowance (RDA) kebutuhan vitamin A pada pria dewasa sebanyak 1000 µg atau 5000 IU, wanita dewasa 800 µg atau 4000 IU, pada kehamilan membutuhkan sebanyak 1000 µg atau 5000 IU, dan pada ibu menyusui 1200 µg atau setara dengan 6000 IU (Kamiensky, Keogh 2006).
Fungsi vitamin A pada ternak kambing dan sapi adalah untuk mencegah masalah kesehatan mata, meningkatkan sistem imun, juga berperan penting dalam pertumbuhan & perkembangan sel serta menjaga kesehatan kulit.
Penyakit yang ditimbulkan pada hewan ternak  akibat kekurangan vitamin A:
Gangguan atau kurangnya fungsi pada mata ternak sapi dan kambing, infeksi saluran pernapasan pada ternak, menurunnya daya tahan tubuh ternak, kulit dan bulu ternak yang tidak sehat, dan lain-lain.
v Mekanisme Kerja
Diperlukan untuk regenerasi pigmen retina mata dalam proses adaptasi gelap. Pigmen retina yang fotosensitif yaitu rodopsin dan iodopsin, bila terkena cahaya akan memutih, terurai dan menimbulkan impuls sehingga penguraian ini akan terjadi kehilangn sebagian vitamin A. Sedangkan pada tempat gelap akan terjadi regenerasi pigmen yang memerlukan vitamin A. Peranannya penting pada kesempurnaan fungsi dan struktur epitel, karena retinol berperan dalam deferesiensi sel dan proliferasi epitel. Dengan adanya retinol sel epitel basalis distimulasi untuk memproduksi mucus. Kelebihan retinol akan menyebabkan mukus yang berlebuihan dan menghambat keratinasi. Fungsi vitamin A yang lain adalah untuk pertumbuhan tulang, alat reproduksi dan perkembangan embrio.
v Farmakodinamik Obat
Pada fibroblast atau jaringan epitel terisolasi, retinoid dapat meningkatkan sintesis beberapa jenis protein seperti fibronektin dan mengurangi sintesis protein seperti kolagenase dan keratin. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan transkripsi pada inti dan asam retinoat lebih kuat dalam menyebabkan perubahan tersebut. Asam retinoat mempengaruhi ekspresi gen dengan bergabung pada reseptor yang berada di inti sel. Terdapat dua kelompok reseptor, yaitu Retinoid Acid Receptors (RARs) dan Retinoid X Receptors (RXRs). Reseptor retinoid segolongan dengan reseptor steroid, hormone tiroid, dan kalsitriol (Dewoto 2007).
Retinoid dapat mempengaruhi ekspresi reseptor hormon dan faktor pertumbuhan       sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan, diferensiasi, dan fungsi sel target. Selain itu juga diperlukan untuk pertumbuhan tulang, alat reproduksi, dan perkembangan embrio (Dewoto 2007).
v Farmakokinetik Obat
Vitamin ini diabsorpsi sempurna melalui usus halus dan kadarnya dalam plasma   mencapai puncak setelah empat jam tetapi absorpsi dosis besar vitamin A kurang efisien   karena sebagian akan keluar melalui feses. Gangguan absorpsi lemak akan menyebabkan   gangguan absorpsi vitamin A, maka pada keadaan ini dapat digunakan sediaan vitamin A   yang larut dalam air. Absorpsi vitamin A berkurang bila diet kurang mengandung protein atau pada penyakit infeksi tertentu dan pada penyakit hati seperti hepatitis, sirosis hepatis atau obstruksi biliaris. Berkurangnya absorpsi vitamin A pada penyakit hati berbanding lurus dengan derajat insufisiensi hati (Dewoto 2007).
Vitamin A diabsorpsi sempurna melalui saluran cerna. Kadar dalam plasma mencapai puncak setelah 4 jam. Absorpsi vitamin A berkurang bila diet kurang mengandung protein, atau pada penyakit infeksi tertentu, dan pada penyakit hati seperti hepatitis, sirosis hati atau   obstruksi biliaris. Vitamin A terutama disimpan di dalam hati sebagai palmitat, dalam jumlah kecil ditemukan juga di ginjal, adrenal, paru, lemak intraperitoneal dan retina
v Indikasi
Vitamin A diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin A.
v Posologi
Jenis sediaan untuk vitamin A antara lain oral, suntikan, dan topical. Penggunaan oral terdapat bentuk tablet, kapsul, atau larutan/sirup. Sediaan vitamin A dalam larutan air paling cepat diabsorpsi dan memberikan kadar plasma lebih tinggi dibandingkan sediaan minyak.     Vitamin A kapsul mengandung 3-15 mg retinol (10.000-15.000 IU) per kapsul. Sediaan suntikan dalam bentuk larutan mengandung 50.000 IU vitamin A/ml dapat diberikan secara IM untuk pasien malabsorpsi, mual, muntah, dan gangguan mata berat. Dosis lebih dari 25.000   IU/hari   hanya   dapat   diberikan   pada   pasien   defisiensi   berat.   Penggunaan   oral   lebih   baik   daripada parenteral (Dewoto 2007).
v Kategori dalam kehamilan
Protein Binding tidak diketahui; waktu paruh: minggu-bulanan
v Kondisi kekurangan
Terapi kekurangan vitamin A nya, cegah rabun senja, atasi kelainan kulit, tingkatkan pertumbuhan tulang
v Efek samping
Nyeri kepala, fatigue, drowsiness, iritabel, anorexia, muntah, diare, kulit kering,   perubahan visus, hipoprotrombinemia
v Adverse Reactions
Bukti dengan toksisitas: lekopenia, anemia aplastik, papiledema, peningkatan      tekanan intracranial, hypervitaminosis A (rambut rontok dan kulit mengelupas). Dosis besar   selama  kehamilan dapat mengakibatkan cacat bawaan.
v Kontra indikasi
Minyak mineral, kolestiramin, alcohol, dan obat anti dislipidemia karena dapat menurunkan absorpsi vitamin A. Vitamin ini diekskresi di ginjal dan feses. (Kamiensky, Keogh 2006)
B.  Vitamin D
Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya, seperti keju. Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang.Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D saat terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet). Bila kadar vitamin D rendah maka tubuh akan mengalami pertumbuhan kaki yang tidak normal, dimana betis kaki akan membentuk huruf O dan X.
Di samping itu, gigi akan mudah mengalami kerusakan dan otot pun akan mengalami kekejangan. Penyakit lainnya adalah osteomalasia, yaitu hilangnya unsur kalsium dan fosfor secara berlebihan di dalam tulang. Penyakit ini biasanya ditemukan pada remaja, sedangkan pada manula, penyakit yang dapat ditimbulkan adalah osteoporosis, yaitu kerapuhan tulang akibatnya berkurangnya kepadatan tulang. Kelebihan vitamin D dapat menyebabkan tubuh mengalami diare, berkurangnya berat badan, muntah-muntah, dan dehidrasi berlebihan
Fungsi vitamin D pada ternak kambing dan sapi adalah untuk memperkuat tulang karena vitamin D membantu penyerapan kalsium oleh tubuh.
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D : pertumbuhan gigi dan tulang yang  tidak maksimal pda ternak sehingga gigi dan tulang akan lebih mudah rusak .
v Mekanisme Kerja
Vitamin D mempunyai fungsi fisiologis sebagai pengatur homeostastis kalsium plasma. Pengaturan ini diperlukan untuk mempertahankan kadar kalsium dan fosfat plasma yang penting untuk mineralisasi tulang dan untuk mempertahankan fungsi normal neuromuskuler serta fungsi yang bergantung pada kalsium. Vitamin D berefek meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfat melalui usus halus, sehingga menjamin kebutuhan kalsum dan fosfat yang cukup untuk tulang. Vitamin D memperlihatkan efek mobilisasi kalsium tulang dari tulang tua ke dalam plasma untuk selanjutnya mungkin digunakan pada mineralisasi tulang baru.
C.  Vitamin E
Vitamin E adalah vitamin yang larut dalam lemak dan dapat melindungi jantung, arteri, dan komponen selular untuk tetap melakukan oksidasi dan mencegah lisis sel darah merah. Jika terdapat ketidakseimbangan garam, sekresi pancreas, dan lemak, vitamin E   diabsorpsi di saluran pencernaan dan disimpan di seluruh jaringan, terutama liver, otot, dan jaringan lemak. Tujuh puluh lima persen dari jumlah vitamin E diekskresi di empedu dan sisanya melalui urin (Kamiensky, Keogh 2006).
 Delapan jenis tokoferol alam mempunyai aktivias vitamin E. RRR-α-tokoferol  (dahulu disebut d-α-tokoferol) merupakan bentuk paling  penting  karena  merupakan   90% dari tokoferol   yang   berasal dari hewan dengan aktivitas biologik paling besar (Dewoto 2007). Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin E antara lain sereal gandum utuh, minyak sayuran, daun bawang, biji bunga matahari. Kebutuhan vitamin E per hari menurut U.S RDA yaitu pada pria sebanyak 10 mg/hari; 15 IU, wanita sebanyak  8  mg/hari;  12  IU,   pada kehamilan dibutuhkan sebanyak 10-12 mg/hari. Kebutuhan vitamin A pada orang   Indonesia belum diketahui akan tetapi diperkirakan sama dengan rekomendasi U.S RDA (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007).
Vitamin E pada ternak sapi dan kambing merupakan anti oksidan yang dapat melindungi sel dari kerusakan. Vitamin E juga penting untuk kesehatan sel darah merah.
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin E : Gangguan pada system reproduksi ternak sapi dan kambing betina, gangguan pada saraf dan otot.
v Mekanisme Kerja
Aktifitas vitamin E diduga berhubungan dengan sifat antioksidasi. Vitamin E mencegah oksidasi bagian sel yang penting atau mencegah terbentuknya hasil oksidai yang toksis. Vitamin E juga memegang peran penting dalam sistensi hame. Fungsi lain adalah meningkatkan untilisasi, absorbsi kadar dihati dan lain-lain. Vitamin E menghambat produksi prostagaldin dan merangsang kofaktor yang penting pada metabolisme steroid. dan membantu mempertahankan fungsi dan struktur syarat
v Farmakodinamik Obat
Vitamin E berperan sebagai antioksidan dan dapat melindungi kerusakan membrane biologis akibat radikal bebas. Vitamin E melindungi asam lemak tak jenuh pada membrane fosfolipid. Radikal peroksil bereaksi 1000 kali lebih cepat dengan vitamin E daripada dengan asam lemak tak jenuh dan membentuk radikal tokoferoksil. Radikal ini selanjutnya   berinteraksi dengan antioksidan yang lain seperti vitamin C yang akan membentuk kembali   tokoferol. Vitamin E juga penting untuk  melindungi  membrane sel darah merah  yang   kaya   asam lemak tak jenuh ganda dari kerusakan akibat oksidasi. Vitamin ini berperan dalam melindungi lipoprotein dari LDL teroksidasi dalam sirkulasi. LDL teroksidasi  ini  memegang      peranan penting dalam menyebabkan aterosklerosis. Selain efek antioksidan, vitamin E juga berperan mengatur proliferasi sel otot polos pembuluh darah, menyebabkan vasodilatasi dan menghambat baik aktivasi trombosit maupun adhesi lekosit. Vitamin E juga melindungi β-karoten dari oksidasi (Dewoto 2007).
v Farmakokinetik Obat
Vitamin E diabsorpsi baik melalui saluran pencernaan. Beta-lipoprotein mengikat vitamin E dalam darah dan mendistribusikan ke semua jaringan. Kadar plasma sangat    bervariasi diantara individu normal, dan berfluktuasi tergantung  kadar lipid. Rasio vitamin   E terhadap lipid total dalam plasma digunakan untuk memperkirakan status vitamin E. Nilai di bawah 0,8 mg/g menunjukkan keadaan defisiensi. Pada umumnya kadar tokoferol  plasma   lebih berhubungan dengan asupan dan gangguan absorpsi  lemak  pada  usus  halus daripada   ada tidaknya penyakit. Vitamin E sukar melalui sawar plasenta sehingga bayi baru lahir   hanya mempunyai kadar tokoferol plasma kurang lebih seperlima dari kadar tokoferol    plasma ibunya. ASI mengandung α-tokoferol yang cukup bagi bayi. Ekskresi vitamin   sebagian besar dilakukan dalam empedu  secara  lambat dan sisanya diekskresi  melalui   urin   sebagai glukoronida dari asam tokoferonat atau metabolit lain (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007).
v Indikasi
Pemberian vitamin E hanya diindikasikan pada keadaan defisiensi yang dapat terlihat sari kadar serum yang rendah dan atau peningkatan fragilitas eritrosit terhadap hydrogen peroksida. Hal ini dapat terjadi pada bayi premature, pada pasien dengan sindrom   malabsorpsi dan steatore, dan penyakit dengan gangguan absorpsi lemak, Penggunaan   vitamin E untuk  penyakit yang  mirip dengan  keadaan yang  timbul akibat defisiensi vitamin E seperti distrofia otot, abortus habitualis, sterilitas, dan toxemia gravidarum hasilnya mengecewakan (Dewoto 2007).
v Posologi
Vitamin E tersedia dalam sediaan per oral dan parenteral
v Kondisi kekurangan
Lisis sel darah merah
v Efek samping
Tidak signifikan
v Adverse Reactions
Dosis besar dapat menyebabkan fatigue, kelemahan, mual, rasa tidak nyaman di perut, nyeri kepala, mammae mengeras, dan waktu pembekuan memanjang
v Kontra indikasi
Pasien  yang  mengkonsumsi warfarin (antikoagulan) harus sering  memantau waktu   pembekuan. Besi dan vitamin E sebaiknya tidak diberikan bersama karena besi dapat mengganggu absorpsi dan penggunaan vitamin E (Kamiensky, Keogh 2006)
D.  Vitamin K
Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, kita perlu banyak mengonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh.
II.1.2 Vitamin yang Larut dalam Air
A.  Vitamin B
Vitamin B Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal ini terkait dengan peranannya di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa koenzim yang dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi. Beberapa jenis vitamin yang tergolong dalam kelompok vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit). Sumber utama vitamin B berasal dari susu, gandum, ikan, dan sayur-sayuran hijau.
  Vitamin B1 
Vitamin B1, yang dikenal juga dengan nama tiamin, merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu mengkonversi karbohidrat menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-hari. Di samping itu, vitamin B1 juga membantu proses metabolisme protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi vitamin B1, kulit akan mengalami berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik. Tubuh juga dapat mengalami beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung, dan sistem saraf. Untuk mencegah hal tersebut, kita perlu banyak mengonsumsi banyak gandum, nasi, daging, susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan. Bahan makanan inilah yang telah terbukti banyak mengandung vitamin B1.
  Vitamin B2
 Vitamin B2 (riboflavin) banyak berperan penting dalam metabolisme di tubuh manusia. Di dalam tubuh, vitamin B2 berperan sebagai salah satu kompenen koenzim flavin mononukleotida (flavin mononucleotide, FMN) dan flavin adenine dinukleotida (adenine dinucleotide, FAD). Kedua enzim ini berperan penting dalam regenerasi energi bagi tubuh melalui proses respirasi. Vitamin ini juga berperan dalam pembentukan molekul steroid, sel darah merah, dan glikogen, serta menyokong pertumbuhan berbagai organ tubuh, seperti kulit, rambut, dan kuku. Sumber vitamin B2 banyak ditemukan pada sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, dan susu. Defisiensinya dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, kulit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, dan sariawan.
  Vitamin B3
Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah niasin. Vitamin ini berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein.Di dalam tubuh, vitamin B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging unggas, dan ikan. Akan tetapi, terdapat beberapa sumber pangan lainnya yang juga mengandung vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain gandum dan kentang manis. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh mengalami kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan, muntah-muntah, dan mual.
  Vitamin B5
Vitamin B5 (asam pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme, seperti dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak Peranan lain vitamin ini adalah menjaga komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan otak dan memproduksi senyawa asam lemak, sterol, neurotransmiter, dan hormon tubuh. Vitamin B5 dapat ditemukan dalam berbagai jenis variasi makanan hewani, mulai dari daging, susu, ginjal, dan hati hingga makanan nabati, seperti sayuran hijau dan kacang hijau. Seperti halnya vitamin B1 dan B2, defisiensi vitamin B5 dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain itu, gangguan lain yang akan diderita adalah keram otot serta kesulitan untuk tidur.
  Vitamin B6
Vitamin B6, atau dikenal juga dengan istilah piridoksin, merupakan vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan tubuh untuk menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid dan fosfolipid. Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh. Vitamin ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah didapatkan karena vitamin ini banyak terdapat di dalam beras, jagung, kacang-kacangan, daging, dan ikan. Kekurangan vitamin dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kulit pecah-pecah, keram otot, dan insomnia.
Vitamin B6 merupakan jenis vitamin yang larut air. Pemberian vitamin B6 pada umumnya untuk mengkoreksi kekurangan vitamin B6 dan membantu mengurangi gejala neuritis yang disebabkan oleh pemakaian isoniazid (INH) pada terapi TB. Sumber makanan   yang banyak mengandung vitamin ini antara lain daging, sayuran dengan daun berwarna hijau, sereal gandum utuh, ragi, dan pisang. Kebutuhan vitamin B6 berdasarkan U.S. RDA   adalah untuk pria sebanyak 15-19 mg/hari, wanita 14-15 mg/hari, kehamilan 18 mg/hari, dan   laktasi sekitar 20 mg/hari (Kamiensky, Keogh 2006).
v Farmakodinamik Obat
Pemberian piridoksin secara oral dan parenteral tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang nyata. Dosis sangat besar yaitu 3-4 g/kg BB menyebabkan kejang dan kematian pada hewan coba tetapi dosis kurang dari ini umumnya tidak menimbulkan efek   yang jelas. Piridoksal  fosfat  dalam tubuh merupakan koenzim yang berperan  penting  dalam   metabolisme berbagai asam  amino, di antaranya dekarboksilasi, transminasi, dan rasemisasi triptofan, asam-asam amino yang bersulfur dan asam amino hidroksida (Dewoto 2007).
v Farmakokinetik Obat
Piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin mudah diabsorpsi melalui saluran cerna.   Metabolit terpenting dari ketiga  bentuk  tersebut adalah 4-asam piridoksat. Ekskresi melalui   urin  terutama  dalam  bentuk  4-asam piridoksat dan piridoksal (Dewoto 2007).
v Indikasi
Pencegahan dan pengobatan defisiensi B6, diberikan bersama vitamin B  lainnya  atau   sebagai multivitamin untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B kompleks. Indikasi lain adalah untuk mencegah dan mengobati neuritis perifer  oleh obat seperti  INH,   sikloserin, hidralazin, penisilamin yang bekerja sebagai antagonis piridoksin dan/atau  meningkatkan ekskresinya melalui urin. Pemberian pada wanita yang menggunakan   kontrasepsi  oral   yang   mengandung   estrogen   juga   dibenarkan   karena   kemungkinan   terjadinya defisiensi piridoksin pada wanita-wanita tersebut.  Piridoksin juga dilaporkan     dapat  memperbaikin  gejala keilosis, dermatitis seboroik, glositis, dan stomatitis  yang   tidak memberikan respon terhadap tiamin, riboflavin, dan niasin  serta  dapat  mengurangi   gejala-gejala yang menyertai tegangan prahaid (pramesntrual tension). Indikasi lain yaitu untuk anemia yang responsive terhadap piridoksin yang biasanya sideroblastik dan mungkin disebabkan kelainan genetik (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007).
v Posologi
Piridoksin tersedia sebagai tablet piridoksin HCl 10-100 mg dan sebagai larutan steril 100 mg/ml piridoksin HCl untuk injeksi (Dewoto 2007).
v Kondisi kekurangan
Neuritis, kejang, dermatitis, anemia, lymphopenia
v Efek samping
Nyeri kepala, mual, somnolen; dosis tinggi menyebabkan neuropathy sensorik   (paresthesia, unstable gait, clumsiness of hands)
v Adverse Reactions
Megadosis jangka panjang dapat menyebabkan neuropathy sensorik
v Kontra indikasi
Dihindarkan pada pasien yang mendapat levodopa, terapi IV pada pasien jantung.
Perhatian: megadosis pada kehamilan (Kamiensky, Keogh 2006)
  Vitamin B12
Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian sering kali mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin ini banyak berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf, pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah. Telur, hati, dan daging merupakan sumber makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan anemia (kekurangan darah), mudah lelah lesu, dan iritasi kulit.
B.  Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang larut dalam air. Vitamin C   bekerja sebaga suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil   hidroksilase dalam biosintesis kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan kering (Dewoto 2007).
Vitamin ini  dapat ditemukan  di buah citrus,  tomat,  sayuran  berwarna  hijau, dan   kentang. vitamin ini digunakan dalam metabolisme karbohidrat dan sintesis protein, lipid, dan kolagen. Vitamin C juga dibutuhkan oleh endotel kapiler dan perbaikan jaringan. vitamin C bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan metabolisme asam folat. Tidak seperti vitamin yang larut lemak, vitamin C tidak disimpan dalam tubuh dan diekskresikan di urine. Namun, serum level vitamin C yang tinggi merupakan hasil dari dosis yang berlebihan dan diekskresi tanpa mengubah apapun (Kamiensky, Keogh 2006). Kebutuhan vitamin C  berdasarkan  U.S. RDA   antara lain untuk pria dan wanita   sebanyak   60   mg/hari,   bayi sebanyak   35   mg/hari,   ibu   hamil sebanyak 70 mg/hari, dan ibu menyusui sebanyak  95 mg/hari. Kebutuhan vitamin C   meningkat 300-500%   pada   penyakit   infeksi,   TB,   tukak   peptik,   penyakit   neoplasma,   pasca bedah atau trauma, hipertiroid, kehamilan, dan laktasi (Kamiensky, Keogh 2006).                                   
v Farmakodinamik Obat
 Vitamin C berperan sebagai kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi dan amidasi dengan memindahkan electron ke enzim yang ion logamnya harus berada dalam keadaan   tereduksi; dan dalam keadaan tertentu bersifat sebagai antioksidan. Vitamin C dibutuhkan untuk mempercepat perubahan residu prolin dan lisin pada prokolagen menjadi   hidroksiprolin dan  hidroksilisin   pada   sintesis   kolagen. Perubahan   asam   folat   menjadi asam folinat, metabolisme obat oleh mikrosom dan hidroksilasi dopamine menjadi    norepinefrin juga membutuhkan vitamin  C. Asam askorbat meningkatkkan  aktivitas enzim    amidase yang berperan dalam pembentukan hormon oksitosin dan hormon diuretik. Vitamin   C juga meningkatkan absorpsi besi dengan mereduksi ion feri menjadi fero di lambung. Peran vitamin C juga  didapatkan   dalam   pembentukan   steroid adrenal (Kamiensky,Keogh 2006; Dewoto 2007).
Fungsi utama vitamin C pada jaringan adalah dalam sintesis kolagen, proteoglikan   zat organik matriks antarsel lain misalnya pada tulang, gigi, dan endotel kapiler. Peran vitamin C dalam sintesis kolagen selain pada hidroksilasi prolin juga berperan  pada  stimulasi   langsung  sintesis  peptide  kolagen. Gangguan sintesis kolagen terjadi pada pasien  skorbut. Hal ini tampak pada kesulitan dalam  penyembuhan luka, gangguan pembentukan gigi, dan pecahnya kapiler yang mengakibatkan petechiae dan echimosis. Perdarahan tersebut disebabkan oleh kebocoran kapiler akibat adhesi sel-sel endotel yang kurang baik dan mungkin juga karena gangguan pada jaringan ikat perikapiler sehingga kapiler mudah pecah oleh penekanan (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007).
Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang jelas. Namun pada keadaan defisiensi, pemberian vitamin C akan menghilangkan gejala penyakit dengan cepat.
v Farmakokinetik Obat
 Vitamin C mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. pada keadaan normal tampak kenaikan kadar vitamin C dalam darah setelah diabsorpsi. Kadar dalam lekosit dan  trombosit   lebih besar daripada dalam plasma dan eritrosit. Distribusinya luas ke seluruh tubuh dengan kadar tertinggi dalam kelenjar dan terendah dalam otot dan jaringan lemak. Ekskresi melalui urin dalam bentuk utuh dan bentuk garam sulfatnya terjadi jika kadar dalam darah melewati ambang rangsang ginjal yaitu 1,4 mg% (Dewoto 2007).
Beberapa obat diduga dapat mempercepat ekskresi vitamin C misalnya tetrasiklin, fenobarbital, dan salisilat. Vitamin C dosis besar dapat memberikan hasil false negative  pada   uji glikosuria (enzymedip test) dan uji adanya darah pada feses pasien karsinoma kolon. Hasil false positive dapat terjadi pada  clinitest dan tes glikosuria dengan larutan Benedict.
v Indikasi
Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan skorbut. Selain itu,   vitamin C juga digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak ada hubungannya dengan defisiensi vitamin C dan seringkali digunakan dengan dosis besar. Namun, efektivitasnya     belum terbukti. Vitamin C yang mempunyai sifat reduktor digunakan untuk mengatasi   methemoglobinemia  idiopatik  meskipun  kurang efektif dibandingakan dengan metilen blue. Vitamin C tidak mengurangi insidens common cold tetapi dapat mengurangi berat sakit dan lama masa sakit (Dewoto 2007).
v Posologi
Vitamin C terdapat dalam berbagai preparat baik dalam bentuk tablet yang mengandung 50-1500 mg maupun dalam bentuk larutan. Kebanyakan sediaan multivitamin mengandung vitamin C. Sediaan suntik mengandung vitamin C sebanyak 100-500 mg dalam larutan. Air jeruk mengandung vitamin C yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk terapi menggantikan sediaan vitamin C (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007).  Kalsium askorbat dan natrium askorbat didapatkan dalam bentuk tablet dan bubuk unutk penggunaan per oral.
v Efek samping
Nyeri kepala, fatigue, drowsiness, mual, dada terbakar, muntah, diare.Vitamin C dengan aspirin atau sulfonamid dapat menyebabkan pembentukan Kristal di urin (Crystalluria); dapat memberikan hasil false negative adanya darah pada uji feses dan false positive glikosuria jika diperiksa dengan Clinitest                                 
v Adverse Reactions
Batu ginjal, crystalluria, hiperurecemia; dosis massif dapat menyebabkan diare dan rasa tidak enak di perut (GI upset)
v Kontra indikasi
Dosis besar dapat menurunkan efek antikoagulasi oral, kontrasepsi oral dapat menurunkan kadar vitamin C dalam   tubuh;   merokok   menurunkan   kadar   serum   vitamin   C, digunakan dengan  perhatian  pada renal calculi (batu ginjal); gout, anemia, sel sickle, seideroblastik, thalassemia
v Interaksi obat
Menurunkan uptake asam askorbat jika digunakan dengan salisilat; dapat menurunkan efek antikoagulan oral; dapat menurunkan eliminasi aspirin (Kamiensky, Keogh 2006)
II. 2 MINERAL
Mineral   merupakan   komponen   lain   dari   nutrisi   mikro   yang   diperlukan   oleh   tubuh manusia untuk berfungsi secara normal. Satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa kekurangan mineral termasuk cukup jarang terjadi karena kesediaannya dalam  jumlah  yang cukup dari makanan kita sehari-hari. Namun trend kekurangan mineral bisa menjadi salah satu problema nutrisi masa depan apabila tingkat stress dan pola makan manusia modern semakin tidak sehat. Secara garis besar mineral dibagi menjadi  dua bagian yakni  organik dan anorganik. Mineral organik berarti mineral yang memiliki struktur kimiawi yang alamiah dan bisa diserap oleh tubuh dengan baik. Sementara anorganik adalah mineral yang memiliki kimiawi baku dan  sulit bahkan tidak bisa diserap oleh tubuh. Berbeda dengan vitamin yang mencolok berbeda jenisnya pada yang larut dalam air (vitamin B, C, H, K) dan yang larut dalam lemak (A, D, E, K) mineral organik dan inorganik lebih menggambarkan ragam bentuk dari mineral. Contohnya:  mineral calcium memiliki 2 ragam bentuk, yakni mineral calcium organik dan mineral calcium inorganik.
Semua makhluk hidup memerlukan mineral untuk proses kehidupan yang normal, karena mineral merupakan salah satu zat nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh karena berfungsisebagai pembentukan struktur, untuk fungsi fisiologis, sebagai katalis dan berfungsi sebagai regulator. Semua jaringan ternak dan pakan mengandung mineral dalam jumlah dan proporsi yang sangat bervariasi.
Mineral yang essensial untuk ternak diklasifikasikan menjadi mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro terdiri dari Ca, P, K, Na, Cl, S,dan Mg. Sedangkan untuk mineral mikro terdiri dari Fe, Zn, Cu, Mo, Se, I, Mn,Co, Cr, Sn, V, F, Si, Ni, dan As. Dalam pemberian ransum atau pakan pada ternak harus diperhatikan kandungan dan kualitas mineralnya. Karena jika mineral yang dikonsumsi kurang atau berlebih dari yang dibutuhkan akan menyebabkan efek negatif pada ternak
A.  Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan mineral makro yang sangat penting. Sekitar 70% dari total Mg dalam tubuh terdapat dalam tulang atau kerangka, sedangkan 30% lainnya tersebar dalamberbagai cairan tubuh dan jaringan lunak. Mg dibutuhkan oleh sebagian besar sistem enzim, berperan dalam metabolisme karbohidrat dan dibutuhkan untuk memperbaiki fungsi sistem saraf. Selain itu Mg berperan penting untuk sintesis protein, asam nukleat, nukleotida, dan lipid.
Indikator defesiensi Mg adalah menurunnya kadar Mg dalam plasma menjadi 1,2 – 1,8 mg/100ml dari kadar normal sebesar 1,8 – 3,2mg/100ml. Tempat utama absorsi Mg pada ternak ruminansia adalah pada bagian reticulorumen, sekitar 25% Mg diabsorsi oleh hewan dewasa. Jumlah Mg yang diabsorsi menurun seiring dengan penurunan tingkat mineral di dalampakan. Dalam kondisi defisiensi status Mg cadangan dalam tubuh untuk menggantikan sumbangan dari absorpsi Mg yang rendah.
v Farmakokinetik
Magnesium dibutuhkan tubuh 20-40meq/hari dimana hanya 1/3 bagian diserap dibagian proksimal usus halus melalui suatu proses aktif yang berhubungan erat dengan sistem transport kalsium. Garam magnesium sedikit sekali diserap oleh saluran pencernaan. Pemberian magnesium parenteral segera didistribusikan ke cairan ekstrasel, sebagian ketulang dan sebagian lagi segera melewati plasenta.
Ekskresi magnesium terutama melalui ginjal, sedikit melalui pernapasan, air susu ibu, saliva dan diserap kembali melalui tubulus ginjal bagian proksimal.
B.  Chromium 
Chromium adalah sejenis mineral mikro yang esensial bagi tubuh. Esensial dalam hal ini berarti tidak bisa diproduksi oleh tubuh dan harus didapatkan dari sumber luar (seperti makanan dan suplementasi). Fungsi kromium termasuk salah satu mineral yang berperan mengendalikan metabolisme insulin di dalam tubuh, sehingga dianggap sebagai faktor pengendali kadar gula darah (glucose tolerance factor/GTF). Dengan kecukupan kromium dalam tubuh akan lebih efisien memanfaatkan insulin dan keseimbangan kadar gula darah dapat terjaga dan hampir sama dengan insulin yang diproduksi oleh tubuh yaitu untuk mendorong glukosa (karbohidrat) ke dalam sel untuk dijadikan energi. Asupan chromium yang optimal tampaknya menurunkan jumlah insulin yang diproduksi agar tidak terlalu banyak  menjaga kadar gula darah.
Di dalam  tubuh manusia dewasa pada umumnya  mengandung 0,4 mg hingga 6 mg  chromium, dengan kadar yang lebih rendah umumnya dimiliki oleh individu yang berusia lanjut. Dalam beberapa studi kesehatan berdasarkan variasi geografis (tempat tinggal), ditemukan adanya hubungan yang kuat antara asupan gizi chromium dengan penyakit diabetes dan jantung. Di tempat yang masyarakatnya mengkonsumsi cukup chromium, jumlah penderita diabetes dan jantung jauh lebih sedikit daripada tempat yang  masyarakatnya  tidak   mengkonsumsikan chromium. Kebutuhan harian terhadap mineral chromium adalah tergantung dari beberapa negara. Bagi masyarakat yang banyak mengkonsumsi hasil laut, asupan chromium memang cenderung  kurang di dapat. Untuk itu banyak ditetapkan asupan chromium per hari adalah lebih kurang 50–80 mcg per hari. Sementara pada produk suplemen, biasanya ditemukan dosis 200 mcg. Sumber alami Chromium: gandum, kuning telur, bayam, daging sapi, susu, dan kacang  hijau.
Penyerapan kromium oleh tubuh cenderung lamban, namun keluarnya dari dalam tubub justru sebaliknya, sangat mudah. Karena itu resiko kelebihan atau keracunan kromium jarang terjadi.
Kebanyakan suplemen dijual dalam dosis 200 mcg, dalam bentuk kapsul, tablet, cairan atau softgel. Dosis tersebut merupakan dosis maksimal yang cukup aman. Ukuran ini bisa digunakan untuk kesehatan umum atau bagian terapi penurunan berat badan, juga terapi hipoglikemia (tekanan gula darah terlalu rendah).
Kromium harus dikonsumsi bersama makanan atau segelas penuh air atau jus buah. Jika dikonsumsi dalam keadaan perut kosong fapat menyebabkan iritasi pada lambung. Kromium lebih mudah diserap jika dikombinasi dengan suplemen vitamin c atau makanan yang kaya vitamin C.  Hindari konsumsi kalsium karbonat atau antacit (obat maag) pada saat yang sama karena dapat menurunkan kualitas penyerapan kromiun.
C.  Kalsium
Kalsium adalah salah satu jenis mineral yang paling banyak ditemukan dalam tubuh  manusia, yakni pada tulang rangka. Oleh karena itu, ia sangat populer karena peranannya yang  besar dalam pembentukan dan pencegahan proses pengeroposan tulang. Pria dewasa rata-rata  memiliki 1,5 kg kalsium sedangkan wanita dewasa rata-rata memiliki 1kg kalsium, dimana 99%  kalsium dalam tubuh ditemukan di dalam tulang rangka.
Kemampuan absorpsi (penyerapan) kalsium lebih tinggi pada masa pertumbuhan dan menurun pada proses menua. Absorpsi pada laki-laki lebih tinggai daripada perempuan   pada   semua golongan usia. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi absorbsi kalsium, di   antaranya kelarutan kalsium dalam air dan jenis makanan yang dimakan bersama dengan   kalsium. Makanan tertentu menyebabkan pengendapan kalsium sehingga kalsium menjadi   sulit diabsorpsi. Kalsium yang tidak diabsorpsi akan dikeluarkan dari tubuh. Pengeluaran ini melalui lapisan kulit, kuku, rambut, keringat, urine dan feses.  
Gejala Kekurangan Kalsium
1.  Gangguan pertumbuhan
2.  Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh
 3.  Kekejangan otot
Gejala Kelebihan Kalsium
Kelebihan kalsium tejadi apabila mengkonsumsi kalsium sebesar 2500 mg/hari.   Kelebihan kalsium dapat menyebabkan terjadinya batu ginjal atau gangguan ginjal, konstipasi (susah buang  air besar)
Kalsium adalah mineral berwarna putih keperakan, bersifat basa dan tidak terdapat dalam bentuk bebas. Bagi ayam sendiri, kalsium merupakan unsur yang sangat esensial dalam pembentukan tulang dan kerabang telur. Kalsium yang terkandung dalam kerabang telur berbentuk kalsium karbonat (CaCO3).
            Secara aktif kalsium diserap oleh vili-vili usus. Kemudian pola absorpsi atau penyerapannya diatur oleh suatu mekanisme yang dikenal dengan nama Gate Keeper, yaitu suatu pola dimana jika proses metabolisme di dalam tubuh tidak memerlukan kalsium, maka absorpsinya tidak akan terjadi, dan demikian pula sebaliknya. Tinggi rendahnya kebutuhan kalsium pada ayam juga dipengaruhi oleh kondisi ayam. Ketika ayam berada dalam kondisi cekaman/stres, maka ayam akan menggunakan kalsium yang terdapat pada tulang dalam jumlah banyak.
Selain sebagai penyusun tulang dan kerabang telur, kalsium masih memiliki fungsi lain, yaitu:
1.      Mengatur kerja sistem syaraf
2.      Membantu dalam mekanisme penyerapan vitamin B12
3.      Mengatur kontraksi otot
4.      Penting untuk pertumbuhan yang normal
D.  Zinc/Seng (Zn)
Zinc (Zn) merupakan  mineral  yang berperan sebagai kofaktor lebih dari 100 enzim   dan penting untuk metabolism asam nukleat dan sintesis protein. Zn terdapat pada semua jaringan tubuh, tetapi sebagian besar terdapat dalam tulang. Jumlah yang besarjuga terdapat dalam kulit, rambut, dan bulu hewan ( Tillman et al., 1998 ). Zn berperan penting pada sintesis DNA serta metabolisme protein sehingga sistemtubuh akan terganggu jika defisien Zn. Zn juga berperan penting dalam metabolisme karbohidrat dan lemak serta pembentukkan sistemkekebalan tubuh ( Perry et al., 2003 ). Zn merupakan mikro mineral yang tersebar didalam jaringan hewan, manusia, dan tumbuhan serta terlibat dalam fungsi metabolisme. Zn berperan juga dalam fungsi berbagaienzim, meningkatkan nafsu makan, produksi telur, daya tetas telur dan pertumbuhantulang dan bulu pada ayam petelur.
Zn menstimulasi aktivitas lebih dari 100 enzim yang memiliki fungsi penting bagi tubuh termasuk produksi insulin, membuat sperma dan memainkan peran penting dalam sistem  imun dan  sintesis DNA. Zn membantu  penyembuhan luka dan membantu   pasien   mempertahankan kemampuan dalam pengecapan dan pembauan (Kamiensky, Keogh 2006).
v Farmakodinamik Obat
 Absorpsi Zn dipercepat oleh ligand berat molekul rendah yang berasal dari pancreas. Kurang lebih 20-30% Zn per oral diabsorpsi terutama pada duodenum dan usus halus bagian proksimal. Jumlah Zn yang diabsorpsi tergantung pada berbagai factor termasuk sumbernya. Zn yang berasal dari hewan pada umumnya diabsorpsi lebih   baik   daripada   yang   berasal   dari tumbuhan.  Hal  ini  disebabkan adanya fitat dan  serat  tumbuhan  yang mengikat   Zn   pada usus sehingga tidak dapat diabsorpsi. Fosfat, besi,  Cu,  Pb, cadmium, dan kalsium   juga menghambat absorpsi Zn. Sebaliknya absorpsi Zn meningkat pada masa kehamilan. Hal ini dikarenakan oleh kortikosteroid dan endotoksin. Dosis  Zn  yang  lebih  besar  dari  150  mg    dapat menyebabkan kekurangan tembaga, menurunkan HDL kolesterol, dan memperlemah respon imun pasien (Dewoto 2007).
v Farmakokinetik Obat
Zn didistribusikan ke seluruh  tubuh  dan   kadar  tertinggi  didapatkan  pada  koroid   mata, spermatozoa, rambut, kuku, tulang, dan  prostat. Di dalam plasma  sebagian  besar   Zn   terikat pada protein terutama pada albumin, α-2 makroglobulin, dan transferin.   Ekskresi Z terutama melalui feses sejumlah  kurang  lebih dua pertiga dari asupan Zn. Sekitar 2% diekskresi di urin. Kehilangan Zn dalam jumlah besar dapat terjadi akibat diare atau keluarnya cairan dari fistula. Zn menghambat absorpsi dari tetrasiklin (antibiotic) dan oleh karena itu sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan antibiotic. Pasien harus menunggu dua jam setelah meminum antibiotic sebelum mengkonsumsi Zn (Dewoto 2007).
v Indikasi
Pemberian Zn secara rasional adalah pada pasien dengan defisiensi Zn.  Defisiensi   ini   terjadi akibat asupan yang tidak cukup misalnya pada oang tua, alkoholisme dengan sirosis, dan gizi buruk; absorpsi yang kurang misalnya pada sindrom malabsorpsi, fibrosis kistik; meningkatnya ekskresi Zn pada pasien anemia sickle cell, luka bakar yang luas, fistula yan mengeluarkan cairan; atau pada pasien dengan gangguan metabolism bawaan misalnya     akrodermatitis enteropatik. Defisiensi Zn pada ibu hamil mungkin dapat menyebabkan       efek teratogenik. Disfungsi kelamin dan impoten yang terjadi   pada   pasien   penyakit   ginjal   sebagian  dapat  diatasi  dengan pemberian Zn.
v Posologi
Tersedia dalam bentuk per oral.
v Kondisi kekurangan
Retardasi pertumbuhan, diare, muntah, pubertas terlambat, kelemahan, kulit kering, penyembuhan luka yang lama.
v Efek samping
Tidak diketahui
v Adverse Reactions
Anemia, peningkatan LDL kolesterol, nyeri otot, demam, mual, dan muntah
v Kontra indikasi
Jangan diminum bersamaan dengan tetrasiklin (Kamiensky, Keogh 2006)
E.  Besi
Lebih dari 90% Fe yangterdapat dalam tubuh terikat pada protein dan terutama pada hemoglobin darah mengandung Fe sebanyak 0,34%. Fe juga terdapat dalam mioglobin, hati, limpa dan tulang. Fe dalam serum darah terdapat dalam bentuk non hemoglobin yang disebuttransferrin atau siderophilin. Pada individu normal hanya 30-40% transferrin yang membawa Fe, dalam keadaan normal plasma darah mengandung 240 – 480 mcg% ;pada sapi dewasa 130 – 140 mcg%.
Fungsi Fe yang penting adalah untuk absorpsi dan transport O2 ke dalam sel – sel, Fe juga merupakan komponen yang aktif dari beberapa enzim yaitu sitokrom perioksidase dan katalase. Selain itu Fe berfungsi sebagai mediator proses–proses oksidasi. Unsur Fe diabsorpsi sesuai dengan kebutuhan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti status Fe dalam tubuh, umur hewan. kebutuhan metabolik tubuh, bentuk komponen zat besi yang terdapat dalam makanan dan ada tidaknya zat – zat  nutrisi lain yang mempengaruhi absorpsi zat besi (Piliang, 2002). Fe lebih banyak diabsorpsi oleh hewan yang defisien Fe dibanding hewan yang tercukupi kebutuhan Fe, karena absorpsi dan metabolisme Fediatur oleh status Fe pada mukosa usus. Tempat absorpsi Fe pertama adalah duodenum.
Mineral Fe, atau lebih dikenal dengan zat besi, berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia di dalam tubuh ayam, antara lain yang utama ialah dalam memproduksi sel darah merah. Zat besi berfungsi sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel
F.   Tembaga (Cu)
Mineral Cu adalah salah satu mineral yang seiring dilaporkan defisien pada ternak ruminansia. defisien Cu dapat menyebabkan mencret, pertumbuhan terhambat, perubahan warna pada rambut dan rapuh serta mudah patahnya tulang–tulang panjang. Defisiensi sekunder mineral mikro sering dialami oleh ternak ruminansia walaupun ternak diberi suplemen mineral dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan.
Untuk mencukupi nutrisi mineral tembaga, biasanya hewan memperoleh dari pakan dan minuman yang mengandung mineral tembaga yang cukup. Mineral tembaga dari pakan biasanya didapat dari hijauan untuk ruminansia dan biji-bijian untuk unggas, tetapi jika rumput/hijauan tumbuh pada daerah yang kurang subur/rendah unsur mineral tembaga dalam tanah, maka kandungan tembaga itu juga berkurang dalam tanaman sehingga kurang dapat mencukupi kebutuhan tembaga. Jumlah tembaga yang dibutuhkan hewan sangat sedikit, kurang lebih hanya sepersepuluhnya dari kebutuhan besi.
            Defesiensi tembaga dapat menyebabkan anemia yang merupakan gejala umum untuk semua spesies dan pertumbuhan terhambat. Gejala lainnya yaitu gangguan pada tulang, kemadulan, depigmentasi pada rambut dan wool, gangguan saluran pencernaan, dan lesi pada saraf otak dan tulang belakang. Ada beberapa penyakit hewan akibat defesiensi tembaga yaitu terjangkit enzootic ataksia dan sering ditemukan di australia.
Unsur  Cu diabsorpsi kurang baik oleh ruminansia dalam metabolisme tubuh Meskipun Cu bukan merupakan bagiandari molekul haemoglobin, akan tetapi Cu ini adalah komponen yang sangat penting untuk pembentukkan sel darah merah dan menjaga aktivitasnya dalam sirkulasi. Unsur Cu terdapat dalam plasma darah, kandungan Cu secara normal dalam plasma darah adalah 0,6 Cu/ml.
v Farmakodinamik dan Farmakokinetik
            Unsur tembaga yang terdapat dalam makanan melalui saluran pencernaan diserap dan diangkut melalui darah. Segera setelah masuk peredaran darah, unsur tembaga akan berikatan dengan protein albumin. Kemudian diantarkan dan dilepaskan kepada jaringan-jaringan hati dan ginjal lau berikatan dengan protein membentuk enzim-enzim, terutama enzim seruloplasmin yang mengandung 90-94% tembaga dari total kandungan tembaga dalam tubuh. Ekskresi utama unsur ini melalui empedu, sedikit bersama urine dan dalam jumlah yang relatif kecil bersama keringat dan air susu. Jika terjadi gangguan pada rute pembuangan empedu, unsur ini akan diekskresi bersama urine.


BAB III
KESIMPULAN

Vitamin dan mineral termasuk salah satu bagian nutrisi mikronutrien atau nutrisi kecil yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang kecil.Pada mulanya peran nutrisi hanya untuk mencukupi kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien yang sifatnya esensial sebagai penyeimbang kehilangan masa otot dan mencegah menurunnya imunitas tubuh yang terkait dengan lamanya suatu perawatan. Saat ini peran nutrisi lebih jauh lagi, berbagai komponen nutrisi digunakan untuk memodulasi fungsi sistem imun.
Penyebab dari melemahnya sistim imunitas tubuh antara lain : Kebiasaan makan/diet yang buruk. Gaya hidup yang tidak sehat/inaktivitas fisik. Stress. Efek samping dari obat-obatan. (kortison, antibiotik, imunosupresan atau kemoterapi) Faktor keturunan, dll. Tapi pada umumnya penyebab terjadinya induksi disregulasi respon imun adalah asupan kurang yang dapat menurunkan fungsi sistem imun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi, kelainan janin, cacat  fisik dan keterlambatan perkembangan psiko-intelektual.


















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Klasifikasi dan Metabolisme Vitamin. http://imbang .staff.umm.ac.id/files /2010/02/Klasifikasi_dan_Metabilisme_vitamin_imba
Anonim. 2010. Farmaokologi Umum http:// rinapansieve. files.wordpress. com/2011/10/ farmakologifarmakokinetikfarmakodinamik.doc
Anonim. 2010. Mekanisme Kerja Vitamin. http://eprints.undip.ac.id/13893/2/bab_1-3.pdf
Dewoto.2007. Vitamin dan Mineral dalam Farmakologi.
Kamiensky, Keogh 2006. Vitamin dan Mineral.
Henri. 2011. Vitamin Mineral dan Terapi Cairan. http://farmakologi. files.wordpress. com/ 2011/02/vitamin-mineral-dan-terapi-cairan.pdf

0 komentar:

Copyright 2009 Assalamualaikum Penikmat BIRU..!!!. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy