RSS

Laporan Praktikum Uji Boraks


Laporan Praktikum



Uji Boraks




Oleh
SUHARMITA DARMIN
O111 10 127






PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN


Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia dewasa ini, maka semakin banyak jenis bahan makanan yang diproduksi, dijual, dan dikonsumsi dalam bentuk yang lebih awet dan lebih praktis dibandingkan dengan bentuk segarnya. Berkembangnya produk pangan awet tersebut hanya mungkin terjadi karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap berbagai jenis makanan yang praktis dan awet.
Produksi dan suplai produk jadi yang awet biasanya dilakukan secara sentral dalam pabrik pengolahan dan pengawetan makanan. Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk menyiapkan sajian sampai siap untuk dapat disantap dapat dipersingkat, dengan hasil makanan yang sama lezatnya seperti bila diolah sendiri dari bahan segar. Di kalangan konsumen pangan masih sering terjadi kontroversi mengenai penggunaan bahan tambahan makanan di industri pangan, khususnya mengenai resiko kesehatan, terutama yang berasal dari bahan sintetik kimiawi. Sebab masalah keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia, tetapi juga telah menjadi masalah setiap orang.
Kebanyakan makanan yang dikemas mengandung bahan tambahan, yaitu suatu bahan yang dapat mengawetkan makanan atau merubahnya dengan berbagai teknik dan cara. Bahan Tambahan Makanan didefinisikan sebagai bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan, dapat bernilai gizi atau tidak bernilai gizi, ditambahkan ke dalam makanan dengan sengaja untuk membantu teknik pengolahan makanan (termasuk organoleptik) baik dalam proses pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan produk makanan olahan, agar menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu makanan yang lebih baik atau secara nyata mempengaruhi sifat khas makanan tersebut. Jadi kontaminan atau bahan-bahan lain yang ditambahkan ke dalam makanan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu gizi bukan merupakan bahan makanan tambahan.
 TUJUAN DAN MANFAAT
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan zat pengawet yang berupa boraks pada makanan sampel yang diuji atau diperiksa yaitu bakso.
Manfaat praktikum ini adalah untuk memberikan informasi tentang ada tidaknya residu bahan pengawet yang berbahaya pada bakso di Kota Makassar.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.      Bakso
Bakso atau baso adalahjenis bola daging yang paling lazim dalam masakan Indonesia. Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge, tahu, terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat populer dan dapat ditemukan di seluruh Indonesia; dari gerobak pedagang kaki lima hingga restoran besar. Berbagai jenis bakso sekarang banyak ditawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual di pasar swalayan dan mal-mal. Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis makanan lain seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap cai (Wikipedia).
Bakso adalah makanan yang terbuat dari daging giling yang dicampur dengan tepung tapioka yang sudah dibulatkan berbentuk bola kecil yang dalam penyajiannya biasanya dilengkapi dengan kuah kaldu berwarna bening, serta dicampur dengan mi bihun, taoge, tahu, dan terkadang dengan telur, serta ditaburi dengan bumbu bawang goreng dan seledri. Bakso yang secara umum dapat ditemukan diseluruh wilayah Indonesia biasanya terbuat dari daging sapi, tetapi tidak tertutup kemungkinan juga bila kadang-kadang bakso terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang (www.beritaterhangat.net).
Bakso adalah jenis makanan yang sangat populer, ditemui mulai dari restoran hingga pedagang keliling. Pernah popularitas bakso merosot lantaran isu penggunaan boraks dan formalin untuk mengawetkan bakso. Bakso dapat dibuat dari berbagai jenis daging, seperti daging sapi, kerbau atau kelinci. Yang penting tahu rahasia formulasinya agar bakso enak, kenyal, empuk, bergizi, dan aman dikonsumsi (fazriyati.wordpress.com)
2.      Boraks
Boraks merupakan garam natrium Na2B4O7.10H2O serta asam borat yang tidak merupakan kategori bahan tambahan pangan food grade, biasanya digunakan dalam industri nonpangan seperti industri kertas, gelas, keramik, kayu, dan produk antiseptik toilet (Didinkaem, 2007).
Boraks merupanakan racun bagi semua sel. Pengaruh terhadap organ tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar tertinggi tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan dengan organ lainnya. Dosis fatal boraks antara 0,1 – 0,5 g/kg berat badan (Cahyo, 2006).
Boraks ditambahkan ke dalam makanan untuk memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus. Bakso mengandung boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Bakso yang mengandung boraks sangat renyah dan disukai dan tahan lama (Anonim, 2009).
Boraks termasuk kelompok mineral borat yang merupakan senyawa kimia alami yang tersusun dari atom boron (B) yang merupakan logam berat dan oksigen (O). Boraks sudah lama digunakan oleh masyarakat dan industri kecil dari pangan seperti gendar, kerupuk, mie dan bakso. Boraks secara lokal dikenal sebagai air bleng, atau cetitet, garam bleng atau pijer. Boraks sebetulnya sudah dilarang penggunaannya oleh pemerintah sejak juli 1978 dan diperkuat lagi dengan SK Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/Per/IX/1988 (Winarno, 1997). 
Asam boraks merupakan asam lemah dengan garam alkalinya  bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis. Baik boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika (zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Khamid, 2006).
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007).









































BAB III
METEDOLOGI PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar pada hari Rabu 15 Mei 2013 pukul 10.00 sampai selesai.
B.     Alat dan Bahan
Alat dan kegunaannya yang di gunakan dalam praktikum Uji Formalin adalah :
No.
Alat
Kegunaan
1
Cawan Petri
Untuk meletakkan objek pengamatan
2
Silet atau Pisau
Untuk mengiris sampel pengamatan
3
Pipet tetes
4
Korek Api
Memanaskan sampel

Bahan dan kegunaannya yang di gunakan dalam praktikum Uji Formalin yaitu sebagai berikut :
No.
Bahan
Kegunaan
1
Bakso
Sebagai sampel pengamatan
2
Air kunyit
Pereaksi boraks
3
Boraks (garam bleng)

C.    Prosedur Praktikum
1.      Sebelum menguji boraks pada makanan kita lakukan dahulu uji boraks
2.      Tetesi boraks (garam bleng) dengan kunyit. Boraks akan berwarna merah kecoklatan
3.      Bakso kita lumatkan lalu angin-anginkan
4.      Tetesi bakso tersebut dengan air kunyit. Biarkan selama kurang lebih lima menit
5.      Amati warna yang nampak pada bakso yang ditetesi air kunyit
6.      Lakukan dengan cara yang sama pada bahan makanan yang akan diuji
7.      Catat hasil pengamatan dan simpulkan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.  Hasil

No.
Sampel
Perlakuan
Reaksi
Hasil
1.       
Bakso 1
Ditambahkan boraks
Tidak Terjadi perubahan warna
+
2.   
Bakso 2
Ditambahkan boraks
Tidak Terjadi perubahan warna
+


2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, sampel bakso menunjukkan hasil  negative jadi sampel tersebut tidak mengandung boraks. Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi saat sampel ditetesi dengan kunyit. Terjadinya perubahan warna yang terjadi pada sampel yang membuktikan bahwa sampel tersebut mengandung bahan pengawet walaupun dengan kadar yang rendah.
Penggunaan boraks dalam dosis yang rendah tidak akan menyebabkan kerusakan namun akan terakumulasi di otak, hati, lemak dan ginjal. Jika terakumulasi terus akan menyebabkan mal fungsi dari organ-organ tersebut sehingga membahayakan tubuh. Penggunaan boraks dalam dosis yang banyak mengakibatkan penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, demam, anuria. Dan dalam jangka panjang akan menyebabkan radang kulit merangsang SPP, apatis, depresi, slanosis, pingsan, kebodohan dan karsinogen. Bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh sebab itu berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dilarang menggunakan boraks sebagai bahan campuran dan pengawet makanan.
Boraks merupakan bahan beracun dan bahan berbahaya bagi manusia, karena bisa menimbulkan efek racun, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Yang membahayakan, boraks bisa diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, usus atau testis sehingga dosisnya dalam tubuh menjadi tinggi. Bila dikonsumsi menahun bisa menyebabkan kanker. Boraks juga sering disalahgunakan dalam pangan. Biasanya ditambahkan pada kerupuk, bakso, lontong dan lain-lain. Masyarakat awam mengenal boraks dengan nama Bleng atau Cetitet
Boraks (Na2B4O7) dengan nama kimia natrium tetra bonat, natrium biborat, natrium piroborat merupakan senyawa kimia yang berbentuk kristal dan berwarna putih dan jika dilarutkan dalam air menjadi natrium hidroksida serta asam boraks. Natrium hidroksida dan asam boraks masing-masing bersifat antiseptik, sehingga banyak digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat misalnya : salep, bedak, larutan kompres, dan obat pencuci mata. Penggunaan boraks di industri farmasi ini sudah sangat dikenal. Hal ini dikarenakan banyaknya boraks yang dijual di pasaran dan harganya yang sangat murah. Selain itu boraks bagi industri farmasi memberikan untung yang besar. Boraks pada dasarnya merupakan bahan untuk pembuat solder, bahan pembersih, pengawet kayu, pengontrol kecoa, dan bahan pembuatan kaca. Dengan sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki, boraks digunakan sebagai bahan campuran untuk pembuatan benda-benda tersebut. Boraks sedikit larut dalam air, namun bisa bermanfaat jika sudah dilarutkan dalam air.
Beberapa survei menunjukkan, alasan para produsen menggunakan bahan pengawet seperti formalin dan boraks karena daya awet dan mutu bakso yang dihasilkan menjadi lebih bagus, serta murah harganya tanpa peduli bahaya yang dapat ditimbulkan. Tuntutan itu melahirkan konsekuensi yang bisa saja membahayakan, karena bahan kimia semakin lazim digunakan untuk mengawetkan makanan termasuk juga formalin yang dikenal menjadi bahan pengawet mayat. Hal tersebut ditunjang oleh perilaku konsumen yang cenderung untuk membeli makanan yang harganya lebih murah, tanpa memperhatikan kualitas makanan. Dengan demikian, penggunaan boraks dan formalin pada makanan seperti mie, bakso, kerupuk dan makanan lainnya dianggap suatu hal yang biasa. Sulitnya membedakan makanan seperti bakso biasa dan bakso yang dibuat dengan penambahan formalin dan boraks juga menjadi salah satu faktor pendorong perilaku konsumen itu sendiri.
Bakso menjadi salah satu jajanan yang menjadi favorit bagi banyak orang Indonesia. Sehingga tidak susah untuk mencari jajanan ini. Mulai dari warung di sekolahan hingga perkantoran, bakso menjadi salah satu menu favorit. Namun sayangnya, masih banyak produsen bakso yang tidak memperhatikan sisi kesehatan konsumen. Sebagai konsumen kita perlu waspada dengan memperhatikan ciri-ciri bakso yang memakai zat berbahaya berikut ini:
1.    Bakso mengandung Boraks memiliki struktur yang kenyal dan lebih keras
2.     Bakso mengandung boraks pasti memiliki daya tahan lebih lama
3.     Mampu bertahan sampai lima hari.
4.    Teksturnya sangat kental, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan
5.    Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.
6.     Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.
7.     Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola.
Pedagang makanan banyak yang memanfaatkan boraks pada makanan yang dijualnya agar makanan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila pada hari pertama penjualan tidak habis terjual, maka dapat dijual lagi di hari berikutnya. Mereka ingin memperoleh keuntungan dari makanan yang dijual tanpa mendapatkan kerugian yang besar. Selain faktor pedagangnya, konsumen yang membeli makanan pun lebih cenderung memilih makanan yang murah dan banyak tanpa memperhatikan kandungan gizi yang terdapat pada makanan tersebut. Sehingga walaupun makanan tersebut mengandung boraks, jika harganya lebih murah dan rasanya lebih enak tentu saja masyarakat lebih memilihnya dibandingkan dengan makanan-makanan yang sehat dan bebas dari boraks namun harganya mahal dan tidak awet.
Selain itu tingkat pengetahuan masyarakat mengenai bahan pengawet dan zat aditif pada makanan sangat rendah sehingga mereka tidak memperhatikan makanan yang dikonsumsinya dan bahaya apa yang bisa ditimbulkannya. Terkadang nilai gizi yang terkandung pada makanan yang dikonsumsi merekapun tidak dipedulikan. Mereka kurang menyadari pentingnya menjaga kesehatan yang salah satu caranya adalah dengan memperhatikan dan menghindari konsumsi terhadap makanan-makanan yang mengandung zat pengawet berbahaya dan mengandung zat-zat aditif yang beracun dan berlebih.
           










































BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Sampel makanan berupa bakso tidak mengandung boraks
B.  Saran

Dalam melakukan praktikum yang berkaitan dengan alat maupun bahan-bahan kimia, diharapkan agar kita tidak menyentuh ataupun menghirup secara langsung bahan-bahan tersebut, karena keteledoran ini akan berakibat fatal bagi kesehatan kita. Dalam menuang maupun meneteskan pereaksi formalin, disarankan agar hidung kita berada jauh dari tabung reaksi, sehingga bahan tersebut tidak terhirup secara langsung dan membahayakan kita.


 
























DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Formalin dan Boraks. (http: //oliveoile. wordpress. com/2008/01/07/formalin-boraks/). Diakses pada tanggal 20 Mei 2013


Pipit. 2005. Makanan Yang Mengandung Formalin.  (http://pipit. Wordpress .com/2005/12/30/ciri-ciri-makanan-yang-mengandung-formalin). Diakses pada tanggal 20 Mei 2013

Sitti. 2013. Uji Kandungan Boraks dan Formalin. http:// sittiassambo. blogspot. com/2013/04/uji-kandungan-boraks-dan-formalin-pada.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2013

Wahyu. 2008. Identifikasi Formalin Pada Produk. (http://wahyu-ramadhan.blogspot.com/2008/11/identifikasi-formalin-pada-produk_04.html). Diakses pada tanggal 20 Mei 2013




















LAMPIRAN

1.    Sampel Bakso









2.    Hasil Praktikum (- Boraks)

0 komentar:

Copyright 2009 Assalamualaikum Penikmat BIRU..!!!. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy