RSS

Praktikum sistem urinari


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Sistem urinari memiliki tiga fungsi, yaitu metabolisme, hormonal dan ekskresi. Sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu sistem urinari bagian atas dan bagian bawah. Sistem urinari bagian atas hanya terdiri dari ginjal  sedangkan  sistem urinari bagian bawah disusun oleh  ureter,  vesica urinaria (gall bladder) dan urethra. Pada sistem urinari, ginjal memiliki peranan yang sangat penting karena ia memiliki dua fungsi utama, yaitu filtrasi dan reabsorpsi. Selain itu, ginjal juga memiliki peranan penting dalam sistem sirkulasi darah. Ginjal turut berperan dalam proses pembentukan sel darah merah dan menjaga tekanan darah Sama halnya pada manusia, hewan pun dapat mengalami gangguan pada sistem urinarinya.
Gangguan tersebut dapat terjadi pada sistem urinari bagian bawah, bagian atas, maupun keduanya. Gangguan yang diderita baik oleh manusia maupun hewan, pada akhirnya dapat menyebabkan individu tersebut mengalami gagal ginjal, yaitu suatu keadaan tidak berfungsinya ginjal dengan baik, dan kondisi tersebut dapat menyebabkan kematian pada individu penderitanya. Terdapat beberapa kendala dalam mendiagnosis gangguan sistem urinari pada hewan, antara lain: (1) hewan tidak dapat memberitahukan secara langsung apa keluhan yang dideritanya, dan (2) beberapa pemeriksaan yang dilakukan memerlukan biaya yang cukup besar sedangkan tidak semua pemilik hewan bersedia mengeluarkan dana yang cukup besar untuk pemeriksaan tersebut.  Kendala-kendala di atas dapat menyulitkan pemeriksaan dan penentuan diagnosis yang tepat apakah hewan tersebut terkena gangguan ginjal atau tidak. Padahal dibutuhkan diagnosis yang tepat untuk menentukan terapi yang sesuai. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa obat yang bersifat meracuni ginjal.
Jika hewan yang bermasalah pada ginjalnya tidak berhasil di diagnosis dengan tepat, maka terdapat kemungkinan terapi yang dilakukan mengharuskan hewan itu mengkonsumsi obat-obatan yang dapat meracuni ginjalnya. Jika hal itu terjadi saat ginjal hewan terganggu, maka kondisi ginjal terutama fungsi dari ginjalnya akan semakin memburuk dan akan mempercepat proses terjadinya gagal ginjal.
Pemeriksaan urine dalam mengindikasikan beberapa penyakit sangat penting. Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran urin tetapi juga mengenai faal berbagai organ dalam beberapa tubuh seperti hati, saluran emepedu, pankreas dan korteks adrenal.
            Jika kita melakukan urinalisis dengan memakai urin kumpulan 24 jam pada hewan ternyata susunan urin itu tidak berbeda dari susunan urin 24 jam berikutnya. Akan tetapi jika kita melakukan pemeriksaan sampel urin dari hewan tersebut pada saat tidak menentu maka akan kita lihat susunan sampel urin dapat berbeda jauh. Itu sebabnya sangat penting memilih sampel urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Oleh karena pada pemeriksaa urin dapat dideteksi berbagai macam penyakit maka sangat penting dilakukan percobaan urinalisis.
I.2 Tujuan
            Tujuan Praktikum ini yaitu sebagai berikut :
·  Untuk mengetahui dan memahami teknik pemeriksaan makroskopik pada urine (volume, warna, kelarutan, keasaman/reaksi, berat jenis dan bau urine)
·  Untuk mengetahui dan memahami teknik pemeriksaan mikroskopik pada urine 
·  Untuk mengetahui dan memahami teknik pemeriksaan kimia urine (Uji protein, Uji Glukosa dan Uji “Occult Blood”)











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.  1. Pengertian Urine
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin. Selain urin juga terdapat mekanisme berkeringat dan juga rasa haus yang kesemuanya bekerja sama dalam mempertahankan homeostasis ini.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang “kotor”. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnyapun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh.
II. 2. Pemeriksaan Urine
Dalam basoeki (2000) disebutkan bahwa pada proses urinalisis terdapat banyak cara metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin. Analisis urin dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi dan anlisis secara mikroskopik.
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan proteinm ada banyak sekali metode yang ditawarkan , mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri. (basoeki, 2000)
II.2.1. Pemeriksaan Makroskopik
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin (Riswanto, 2010).
Volume urine normal adalah 750-2.000 ml/24hr. Pengukuran volume ini pada pengambilan acak (random) tidak relevan. Karena itu pengukuran volume harus dilakukan secara berjangka selama 24 jam untuk memperoleh hasil yang akurat.
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria).
Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
Merah : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna.
Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.
Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol (Riswanto, 2010).
II.2.2 Pemeriksaan Kimia
a.  Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria (Riswanto, 2010).
Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2. Dalam keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional (Riswanto,2010).
Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius.Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius.adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya penyebab/penyakit dasarnya.Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%.
Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal. Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari.pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai normal.Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.
b.   Glukosa
Di dalam tubuh glukosa didapat dari hasil akhir pencemaan amilum, sukrosa, maltosa dan laktosa. Glukosa darah merupakan bahan bakar utama yang akan diubah menjadi energi atau tenaga dan juga merupakan hasil yang paling besar (Baron, 1990). Sebagai sumber energi, glukosa ditranspor dari sirkulasi darah kedalam seluruh sel-sel tubuh untuk dimetabolisme. Sebagian glukosa yang ada dalam sel diubah menjadi energi melalui proses glikolisis dan sebagian lagi melalui proses glikogenesis diubah menjadi glikogen, dimana setiap saat dapat diubah kembali menjadi glukosa bila diperlukan. Kadar glukosa darah puasa normal sewaktu puasa adalah 80-90 mg/dL.
Konsentrasi tersebut meningkat menjadi 120-140 mg/dL selama jam pertama atau lebih setelah makan dan normal dalam waktu 2 jam setelah absorpsi karbohidrat yang terakhir. Jika kadar urine terlalu besar dalam darah maka akan dibuang melalui urine, padahal kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam).
Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus (Riswanto, 2010).
c.    Darah (Blood)
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urine.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam urine.
Hematuri adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel darah merah dalam urin. Secara klinis, hematuri dapat dikelompokkan menjadi: Hematuri makroskopis (gross hematuria) adalah suatu keadaan  urin bercampur darah dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Keadaan ini dapat terjadi bila 1 liter urin bercampur dengan 1 ml darah. Hematuri mikroskopis yaitu hematuri yang hanya dapat diketahui secara  mikroskopis atau tes kimiawi. Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem urogenitalia atau kelianan yang berada di luar urogenitalia. Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain :
·         Infeksi/inflamasi, antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan uretritis
·         Tumor jinak/tumor ganas, antara lain tumor Wilm, tumor Grawitz, tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak.
·         Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain kista ginjal dan renmobilis
·         Trauma yang mencederai sistem urogenitalia
·         Batu saluran kemih
II.2.3 Pemeriksaan Mikroskop
Eritrosit
Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih atas dan bawah, nefrotoksin, dll (Anonim, 2010).
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHVU0QwSEKXaR_YRzxsxHMOz6D9pOTrLZ0HTE7d09jUTFP-f4JYbfvSBU0fbx5Q0op5D8Kbsr7vr3tD378w8Y3S96nqJ1LDKuHsG3gc1g2-qTFzkj-JTKcbFVtGmEHSXjslii9J3tjnpQ3/s200/Eritrosit03.jpg
Leukosit
Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5D6mIOwnT2-6SreusXz6qHlW5Wmq1OF3hWpl7hw0qiJuXDWPg7l8eW8WCvDaAvtUiMh9e9tWpGiuI3OLV20q4cqctsdX3Rrji5qLqXpIkHPfz8xDlEQXAnHLHxvj7SJk5DLGIn1lflfqO/s200/Leukosit01.jpg
Sel epitel
Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar dari leukosit, mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urin dalam jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang mengarah ke degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa meningkat. Jumlah sel tubulus ≥ 13 / LPK atau penemuan fragmen sel tubulus dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau luka pada tubulus, seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal, penolakan transplnatasi ginjal, keracunan salisilat.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKtq2pLEplzBeHXoS05FRYtNHMLqOFyc8A-jY96SPsDWdYua19D7t5wrM0vpQu-e3s4gjQwHgkEv4cjfKLG8fzQRRtPC7VFM3loRkOd1ihjqYXkFGMx3hGRAAmIjLaCsYIQ2LVgFJGOg71/s200/epitel+tubulus2.jpg
Silinder Hialin
Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan ujung-ujungnya membulat. Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk sebuah silinder hialin di saluran pengumpul.
Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal (misalnya, overflow proteinuria seperti dalam myeloma).
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgES5bcudrHnvtoKNPX74pOUFPKJ1sh53c1OtK_I2KMTz98JexEpg0IZUI2zu8cXr75n7KTRaki1frRw33BA6-JvUs8oqO-1JaqQocP0IpiHFp2Hq7GWNdctk0yq9Ud31NSpaE7cw2i_bWa/s200/Hyaline+cast.jpg
Silinder Lekosit
Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk dalam matriks Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit glomerulus (glomerulonefritis). Glitter sel (fagositik neutrofil) biasanya akan menyertai silinder lekosit. Penemuan silinder leukosit yang bercampur dengan bakteri mempunyai arti penting untuk pielonefritis, mengingat pielonefritis dapat berjalan tanpa keluhan meskipun telah merusak jaringan ginjal secara progresif (Anonim, 2010).
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqHaKAgeRZ77nbMZ7GMjh-dtDc5J-yuJ8V9-xyGnEMxA8uA8Ga6FVG4Qg_3gDId0IN5SpMLXNyAo95BO0UaJPoZOyKASt54Q9wnnNgiBMt55Xsq-HGnEZpA_japxhmYfuh0R5DkdmY9HoV/s200/silinder+leukosit01.jpg
Kristal
Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat. Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya penyakit "kencing batu", yaitu terbentuknya batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus disertai pembentukan batu.
Kalsium oksalat
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien yang sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap pH, terutama pada pH yang asam. Kristal bervariasi dalam ukuran dari cukup besar untuk sangat kecil. Kristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk amplop atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPL masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSkVodi5-kwR65GkZ2gHrKH5yqFF5oaZzGdcpd4ZUeTIrw-ZbrlXVLOV5dQcWM8u0itSjdtLrVNUgZ-9btF9JzECVoFihniph85TPTRh_2SanIFiIHS62ED1n6MTQC4w6lbRKFoJe-A-K3/s200/oksalat.jpg
Kristal asam urat
Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan pengecualian langka, penemuan kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan dalam keganasan limfoma atau leukemia, kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi asam urat.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4p18r-3aIwSRlrVIFFmnshL-WTfLhOFIpk-jFFXVMtv2JdrWpf9rRySSA88qe6YR4N5pdLZbn3-GmAv-R76uzBwAcNjO6QZbtsvr8qvj5_tiFIeOc52Ifo5Y6ljkb1JJUvlh36xou3Jk5/s200/Asam+urat.jpg
Cystine
Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam urin sebagai akibat dari cacat genetic atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu sistin dapat dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Terbentuk pada pH asam dan ketika konsentrasinya > 300mg. Sering membingungkan dengan kristal asam urat. Sistin crystalluria atau urolithiasis merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan kelainan metabolisme bawaan cacat yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam amino sistin.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWrpha9Dz0K7L3lWOdqaWTyChWz1NshN_ARC_TgeiU__ALJ5vl1pjwMEVWgMPgifLr7ameaOT7cfN-sCq7x-oK6Ywl3OZWlfjQ8UaImc0RW68bmck4tH-xAlPzGp_igDBMN6IXMjgjTqs5/s200/kristal+sistin01.jpg
Kristal Kolestrol
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan, tampak sebagai pelat tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi diduga memiliki makna klinis seperti oval fat bodies. Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria (Anonim, 2103).
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjr1ZVz9VNSSDKP7VO9nkl2N47Vs3FGOQur0D0Tzw-7oaDdoypNeF8P07UaPcnnMiCBBwUrQEevXocXDU_uHpXwp-8ipSh74120x4W1GUIsCEhyphenhyphenYO0sdIUY81IpNREPfJlc60f5q7fdUD4C/s200/kristal+kolesterol01.jpg



           
BAB III
MATERI DAN METODE

III.1 Alat dan Bahan
a.    Pemeriksaan Fisik
1.      Alat
a.    Tabung reaksi
b.    Pipet tetes
2.      Bahan
a.    Sampel Urine
b.   Uji Protein
1.         Alat
a.    pipet ukur 1 ml
2.         Bahan
a.    Sampel urine
b.    Asam asetat 6 %
c.       Uji Glukosa
1.      Alat
a.       Gelas ukur
b.      Beker gelas
c.       reagen benedict
d.      waterbath
2.      Bahan
a.       Sampel urine
d.   Uji “Occult Blood”
1.      Alat
a.       Gelas Ukur
b.       Mikroskop
2.      Bahan
a.       Sampel urine
b.      Aquades

e.    Pemeriksaan Sedimen Urine
1.      Alat
a.    Mikroskop Centrifuge 
b.    Tabung centrifuge
c.     Objek gelas
d.     Dek gelas
e.     Pipet tetes
2.      Bahan
a.       Sampel Urine
III.2. Prosedur
a.      Pemeriksaan Fisik :
-          Mengukur Volume
-          Mencatat warna urine
-          Melihat adanya Buih           kocok urine dalam tabung reaksi, kemudian amati adanya buih atau tidak
-          Mencatat derajat kejernihan / kekeruhan
-          Mengukur pH urine
b.      Uji Protein           Uji Didih
1.      Tabung reaksi diisi 5 ml urine kemudian panaskan diatas bunsen sambil digoyang-goyangkan (30 detik)
2.      Amati dan catat jika timbul kekeruhan
3.      Tambahkan 5 tetes asam asetat 6 % (dengan pipet ukur 1 ml)
4.      Amati dan catat jika timbul kekeruhan
5.      Panaskan lagi sampai mendidih
6.      Penilaian :
a.           -       : Tidak ada kekeruhan
b.          +      : Kekeruhan ringan tanpa butir
c.          ++     : kekeruhan mudah dilihat & tampak butir-butir
d.         +++  : Kekeruhan jelas dan ada keping-kepingan
e.          ++++            : Sangat keruh dengan keping-kepingan besar / bergumpal-gumpal
c.       Uji Glukosa
1.      1 ml sampel urine ditambah dengan 3 ml reagen benedict
2.      Letakkan pada waterbath mendidih
3.      Amati perubahan warna
4.      Penilaian :
a.          -                    : Biru
b.      Sangat sedikit : Hijau
c.       +1                    : Hijau kekuningan
d.      +2                    : Kuning kehijauan
e.       +3                    : Cokelat
f.       +4                    : Merah bata

d.      Uji “Occult Blood”
1.      Urine dalam tabung reaksi ditambahkan larutan benzidine sampai timbul perubahan warna
2.      Penilaian :
a.        -    : Tidak ada perubahan
b.      +1  : Hijau
c.       +2  : Biru Hijau
d.      +3  : Biru
e.       +4  : Biru Tua
e.    Pemeriksaan sedimen urine
·      Ambil urine kemudian masukkan kedalam tabung centrifuge kemudian ¾ bagian tabung, lalu putar dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit.
·      Buang sisa cairan sehingga yang tersisa cuma endapannya.
·      Ambil endapan tersebut kemudian teteskan 1 tetes diatas objek gelas lalu tutup dengan menggunakan cover glass.
·      Periksa dibawah mikroskop


BAB IV
PEMBAHASAN

1.    Pemeriksaan Fisik
a.      Volume Urin
Volume urin yang didapat dari kelompok kami yaitu sebgai berikut :
Sampel
Volume
A4
5 cc
A5
2 cc

Dilihat dari volume urine tidak menunjukkan gejala poliuri atau oliguri. Jika menunjukkan poliuria karena biasanya kucing dalam sehari mengeluarkan kencing berkali- kali. Adapun jumlah urin ini dipengaruhi oleh pola makanan, cuaca, dan latihan (Anonim, 2010)
b.      Warna
Sampel
Warna
A4
Cokelat tua
A5
Cokelat muda

Hasil yang diperoleh berwarna cokelat tua dan cokelat muda.  Menurut Riswanto (2010) jika urine bewrana coklat bisa mengindikasikan hematin asam, mioglobin, pigmen empedu. Ini disebabkan oleh pengaruh obat seperti levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
Pemeriksaan warna urin dengan tabung reaksi atau urinometer. Warna urin tergantung dari jumlah urin yang dikeluarkan, urin yang encer berwarna pucat, urin yang pekat berwarna lebih tua. Normalnya urin berwarna kuning, atau kuning coklat. Warna ini terutama disebabkan karena “urochrom”. Urokrom (urochrome) adalah nama lain dari urobilin, zat kimia yang memberi warna alami kekuningan pada urin. Urokrom adalah produk sampingan dari metabolisme hemoglobin oleh hati dan dikeluarkan melalui urin (Anonim, 2010).

c.       Buih
Sampel
Buih
A4
Ada buih banyak/tebal
A5
Sedikit buih

Urine dikocok akan terjadi buih, adanya protein mempermudah terbentuknya buih. Normal berwarna putih, warna kuning disebabkan oleh karena adanya pigmen empedu (bilirubin) atau phenylazodian nopyridin. Dalam pemeriksaan kami ada buih yang banyak pada sampel A4 sedangkan pada A5 sedikit buih.
d.      Kejernihan/kekeruhan
Sampel
Kekeruhan/Kejernihan
A4
Agak keruh
A5
Keruh

Hasil yang diperoleh yaitu diperoleh pada sampel A4 agak keruh dan A5 itu keruh. Kekeruhan ini disebabkan pada proses pengambilan yang tidak langsung dari ureter kucing tapi diambil dari tempat kucing pada saat urinasi jadi bisa jadi urine tersebut bercampur dengan kotoran. Menurut (Anonim, 2010) bahwa urin yang normal dan baru umumnya jernih, kecuali urin kuda biasanya keruh dan berkabut karena adanya kristal CaCO3 dan mucus.
e. pH
Sampel
pH
A4
5
A5
3

Hasil pH yang diperoleh yaitu seperti pada tabel di atas. Menurut Anonim (2010) Nilai keasaman urine kucing normal pH antara  6-7. Dari uji yang didapat nilai pH urine 5 dan 3, jadi urine ini bersifat asam. Jika urine terlalu asam maka terjadi peradangan saluran kencing atau infeksi (Ayu, 2013).
Secara klinis pH urine tidak begitu penting, akan tetapi memberikan gambaran kearah etiologi dari infeksi saluran kencing atau adanya batu dalam saluran kencing dan memberi kesan tentang keadaan dalam tubuh. pH urin normal pada berbagai spesies hewan tergantung dari makanan yang di konsumsi serta metabolismenya.
2.    Uji Protein pada urine
Sampel
Penilaian
A4
++ (kekeruhan mudah dilihat & tampak butir-butir)
A1
+ (Kekeruhan ringan tanpa butir)
Hasil Uji protein yang diperoleh pada sampel A4 itu diperoleh kekeuhan mudah dilihat dan tampak butir-butir. Sedangkan pada sampel A1 itu protein ini diperoleh kekeruhan ringan tanpa butir berarti ada kelainan. Setelah diuji didapat hasil negatif yaitu dengan melihat adanya kekeruhan. Berarti fungsi renal bekerja dengan baik dan tidak ada indikasi kelainan. Fungsi ginjal merupakan membuang sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh dan mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit tubuh. Setiap saat, secara teratur, darah yang beredar di tubuh kita akan melewati ginjal untuk menjalani proses filtrasi di ginjal. Proses filtrasi tersebut akan menghasilkan urin yang membawa serta sisa metabolisme tubuh yang tidak diperlukan lagi. Sedangkan zat-zat yang berguna bagi tubuh, seperti protein, tidak terfiltrasi dan tidak keluar di urin. Proses metabolisme protein di dalam sistem pencernaan akan menghasilkan asam amino yang kemudian ikut dalam peredaran darah (Anonim, 2012)
Di dalam sel akan disintesa dan sebagai hasil akhir adalah asam urat. Asam urat merupakan suatu zat racun jika ada di dalam tubuh maka hepar akan dirombak sedikit demi sedikit menjadi urea dan dikeluarkan ginjal. Jika urine mengandung protein biasanya berupa asam amino. Keadaan demikian merupakan kelainan pada hepar ginjal. Urine yang terdapat atau ditemukan protein disebut proteinuria. Proteinuria ini ditandai dengan adanya kekeruhan setelah diuji dengan suatu metode. Proteinuria ditentukan dengan berbagai cara yaitu: asam sulfosalisilat, pemanasan dengan asam asetat, carik celup (hanya sensitif terhadap albumin).
3.    Uji Glukosa pada Urine

Sampel
Warna
A4
Hijau/sangat sedikit
A3
Cokelat/(+3)/tinggi glukosa

Hasil Uji glukosa yang diperoleh pada sampel A4 itu sangat sedikit berarti jumlah glukosa pada urine tersebut hanya sedikit. Sedangkan pada sampel A3 itu glukosanya tinggi ini berarti ada kelainan. Menurut Retno (2010) di dalam darah kadang terdapat jumlah glukosa yang berlebihan karena kerja hormon insulin yang tidak sempurna yang disebut dengan diabetes melitus. Keadaan demikian maka ginjal tidak bisa mempertahankan kadar glukosa tersebut. Ginjal meloloskan masuk kedalam tubulus ginjal sehingga urine yang dihasilkan akan mengandung gula. Hal tersebutlah yang menyebabkan glukosuria. Glukosuria atau glikosuria adalah ekskresi glukosa ke dalam urin. Seharusnya air seni tidak mengandung glukosa, karena ginjal akan menyerap glukosa hasil filtrasi kembali ke dalam sirkulasi darah. Hampir dapat dipastikan bahwa penyebab glikosuria adalah simtoma hiperglisemia yang tidak mendapatkan perawatan dengan baik, walaupun gangguan instrinsik pada ginjal kadang-kadang juga dapat menginduksi glikosuria. Simtoma ini disebut glikosuria renal dan sangat jarang terjadi.
Glikosuria akan menyebabkan dehidrasi karena air akan terekskresi dalam jumlah banyak ke dalam air seni melalui proses yang disebut diuresis osmosis.
Metode pemeriksaan glukosa urin yang berdasarkan reaksi reduksi banyak macamnya, tetapi metode benedict dengan menggunakan reagen kuprisulfat yang sampai saat ini masih banyak dipakai di laboratorium sederhana untuk memeriksa glukosa urin (BLAA, 2012).
 Cu2O + zat (oks)àCuSO4 + zat (red)

4.    Uji  “Occult Blood”
Sampel
Warna
A1
Tidak ada perubahan (-)



Hasil yang diperoleh pada Uji ini yaitu dinyatakan negatif (-) karena tak ada perubahan warna. Menurut Retno (2010) menyatakan bahwa jika dinyatakan positif (+) berarti ditemukan hemoglobin dalam urine yang mungkin disebabkan oleh pendarahan atau radang pada ginjal / saluran kencing.
5.    Pemeriksaan Sedimen
Hasil Pemeriksaan sedimen yaitu :
Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_152320.jpg
Pada pemeriksaan sedimen pada sampel A3 yang dapat dilihat pada mikroskop itu diduga ditemukan yaitu sebagai berikut :
·      Sel epitel
Sel ini (juga disebut sel urothelial) merupakan lapisan epitel pada sebagian besar saluran kemih dan sering tampak di sedimen (nol sampai satu per LP). Bentuknya bertingkat-tingkat dan biasanya beberapa lapisan sel tebal.  Ada  tiga bentuk utama: bulat, polyhedral, dan "kecebong." , sel Transisi memiliki karakteristik yang khas yaitu mudah menyerap air dan dengan demikian membengkak sampai dua kali ukuran aslinya.. Sel transisi Polyhedral sulit dibedakan dari sel RTE jika mereka tidak memiliki permukaan microvillus dan memiliki inti di pusat. Sitoplasma sel transisional tidak mengandung jumlah besar fosfatase asam.  Sel urothelial berbentuk kecebong sering tampak dalam urin. Mereka mungkin berasal dari lapisan pertengahan    epitel transisi.  Sel Transisi kecebong muncul dalam kelompok-kelompok atau pasangan, serta tunggal,  inti biasanya di pusat, dan mereka memiliki sitoplasma berbentuk fusiform      Peningkatan jumlah sel Transisi dalam urin biasanya menandakan  inflamasi pada saluran kemih
·      Kristal asam urat
Kristal asam urata adalah pleomorfik dibanding semua kristal urin, mereka ada dalam berbagai bentuk, seperti batang, kubus,  mawar enam sisi, piring, rhombi, dan seperti batu asahan. Mereka sangat birefringent dan   bervariasi dalam ukuran. Kristal asam urat   larut dalam larutan alkali dan tidak larut dalam asam. Mereka biasanya tidak berwarna sampai berwarna   kuning pucat,  pink atau coklat. Kristal asam urat sering dikaitkan dengan batu ginjal, tetapi keberadaan mereka di urin  orang normal adalah sangat umum (Ayu, 2012).
·      Kristal Kolestrol
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan, tampak sebagai pelat tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi diduga memiliki makna klinis seperti oval fat bodies. Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria.












BAB V
PENUTUP


V.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.      Pemeriksaaan fisik urin
·         Jumlah urin yang lebih banyak dari normal menunjukkan polyuria
·         Warna urin berwana cokelat muda dan cokelat tua. Jika urine bewrana coklat bisa mengindikasikan hematin asam, mioglobin, pigmen empedu
·          adanya buih yang sangat tebal menandakan adanya kelainan
·          berbau amonil menunjukkan adanya perombakan ureum oleh bakteri
·         Kedua sampel menunjukkan ph asam
2.      Uji protein
Uji Protein sampel menunjukkan adanya kekeruhan berarti di dalam urine ada kelaianan atau biasa disebut dengan protuneria
3.      Uji Glukosa
Uji glukosa yang diperoleh pada sampel A4 itu sangat sedikit berarti jumlah glukosa pada urine tersebut hanya sedikit. Sedangkan pada sampel A3 itu glukosanya tinggi ini berarti ada kelainan. Salah satu kelainan jika kelebebihan glukosa yaitu Diabetes Melitus.
4.      Uji “Occult Blood”
Pada Uji ini yaitu dinyatakan negatif (-) karena tak ada perubahan warna berarti tidak ada kelainan dan tidak terjadi Hematuria.
5.      Pemeriksaan Sedimen diduga ditemukan sel epitel, kristal asam urat dan kristal kolestrol.
V.2 SARAN
Praktikum ini belum berjalan dengan baik. Sampel urin yang digunakan tidak sesuai yang direncanakan. Jadinya hasil praktikum yang didapatkan juga tidak tepat. Untuk praktikum urin sampel urin adalah faktor utama yang menjaga proses praktikum berjalan dengan baik dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2010. Laporan Biokimia Analisis Urine. http://barbienetter .blogspot. com/2010/01/laporan-biokimia-analisis-urine.html
diakses pada tanggal 30 November 2013.
Anonim. 2012. Pemeriksaan Urine Secara Makroskopik dan Pemeriksaan Sedimen Urine. http://mitsukoraynzz .wordpress.com /2012 /06/10/ pemeriksaan-urine-secara-makroskopis-pemeriksaan-sedimen-urine/. diakses pada tanggal 30 November 2013.

Anonim. 2013. Pemeriksaan Kimia Urine. http://rddachie. blogspot.com/ 2013 /03/pemeriksaan-kimia-urine. html# xzz2mWf38iJF. diakses pada tanggal 30 November 2013.

Ayu. 2013. Defenisi Feline Urinary Syncdrome. http://ayu-w.blogspot. com/2013 /04/definisi-feline-urinary-syncdrome-fus.html. diakses pada tanggal 30 November 2013.

Ayu. 2011. Sistem Urinaria. http://sismami-ayu.blogspot.com/2011/10/sistem urinaria.html. diakses pada tanggal 30 November 2013.

Bijanti, Retno dan Utomo, Budi. 2010. Buku Ajar Patologi Klinik Veteriner. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP): Surabaya.
Dharmawan, S. et all. 2000. Penuntun Praktikum Hematologi Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Denpasar.
Dharmawan, S. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner. Hematologi Klinik. Cetakan II. Penerbit Universitas Udayana Kampus bukit Jimbaran. Denpasar.
Kusumawati, Diah. 2006.Perbandingan Pemberian Cat Food dan Pindang terhadap Ph Urin, Albuminaria dan Bilirubinaria Kucing. Bagian Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Volume 22. No 2, Surabaya.

Wijayanti, Tri. 2008. Diagnosa Ultrasonografi Untuk Mendeteksi  Kelainan Pada Organ Urinaria Kucing  (Felis Catus) [Skripsi], Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor.




LAMPIRAN

Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_141812.jpg  Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_142044.jpg
Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_142005.jpg  Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_142458.jpg
Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_142514.jpg   Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_142531.jpg
Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_143845.jpg   Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_143922.jpg
Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_144135.jpg   Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_144209.jpg
Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_144451.jpg   Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_144733.jpg
Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_145421.jpg   Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_145831.jpg

Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_150705.jpg   Description: F:\Foto Praktikum Patologi Klinik\20131121_152320.jpg



0 komentar:

Copyright 2009 Assalamualaikum Penikmat BIRU..!!!. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy